Mentari dan Fahri akhirnya berjalan beriringan menuju rumah Mentari yang berada tidak jauh dari rumah mewah yang selama ini selalu di akui Jingga sebagai rumahnya.
"Jadi ini rumah kamu ya Mentari?" tanya Fahri.
"Iya mas, maaf ya jika mas kurang nyaman karena keadaannya yang seperti ini," ucap Mentari.
"Tidak sayang, bukan maksud mas begitu, mas hanya kagum saja sama Mentari karena sudah berani jujur, tidak seperti Jingga yang selama ini sudah banyak berbohong kepada mas," ujar Fahri, tapi sepertinya Mentari salfok dengan kata sayang yang di ucapkan oleh Fahri, sehingga dia hanya diam mematung.
"Mentari, kamu kenapa? apa mas sudah salah bicara?" tanya Fahri.
"Eh..eng..enggak mas, sebaiknya kita masuk, kasihan Ibu dan Bapak pasti bertambah khawatir karena Mentari sudah tengah malam belum pulang," jawab Mentari dengan gugup.
Astagfirulloh, sepertinya aku sudah keceplosan menyebut sayang kepada Mentari, gimana sih ni mulut gak bisa dijaga banget, batin Fahri.
"Assalamu'alaikum," ucap Mentari ketika masuk ke dalam rumah.
"Wa'alaikumsalam," jawab kedua orangtua Mentari, lalu kemudian Mentari pun bergantian mencium punggung tangan kedua orangtuanya.
"Bu, maaf ya Mentari pulangnya kemalaman, soalnya tadi gak ada kendaraan yang lewat," ucap Mentari, dia tidak menceritakan kejadian yang sebenarnya tentang dirinya yang sudah dicegat oleh kedua Preman, karena Mentari tidak mau membuat orangtuanya khawatir.
"Bu, Pak, perkenalkan nama saya Fahri," ucap Fahri, lalu kemudian mencium punggung tangan kedua orangtua Mentari.
"Oh, jadi ini ya calon Suaminya Jingga? Jingga sangat beruntung sekali ya karena memiliki calon Suami setampan dan sebaik Nak Fahri," ucap Bu Rima. Namun, Fahri hanya diam saja tanpa menjawab pertanyaan Bu Rima, dan lagi-lagi Mentari merasakan sesak dalam dadanya karena dia harus menerima kenyataan jika Fahri adalah calon Kakak iparnya.
"Bu, sebaiknya Mentari ganti baju dulu ya, Mas Fahri Mentari tinggal dulu ya sebentar," ucap Mentari dengan berlalu masuk ke dalam kamarnya.
Setelah beberapa saat, Mentari kembali ke ruang tamu dengan membawa teh manis hangat juga keripik singkong buatannya.
"Nak Fahri, ayo diminum teh nya mungpung masih hangat, keripik singkongnya juga Mentari yang buat lho," ujar Bu Rima.
"Iya Bu terimakasih, kalau Mentari yang buat sudah pasti rasanya enak," puji Fahri, sehingga membuat Mentari tersipu malu.
"Sebelumnya saya minta maaf jika kedatangan saya ke rumah ini sudah mengganggu waktu istirahat Ibu dan Bapak," ucap Fahri.
"Tidak apa-apa Nak, kami justru berterimakasih karena Nak Fahri sudah berkenan mengantarkan Mentari pulang," jawab Pak Hasan.
"Pak, Bu, apa benar Jingga hilang?" tanya Fahri.
"Iya benar Nak, sejak tadi siang Jingga pamit untuk pergi bersama Nak Fahri, sampai saat ini Jingga belum pulang juga," jawab Bu Rima.
"Mohon maaf Bu, Pak, karena saya tidak mengetahui tentang keberadaan Jingga saat ini, karena ketika saya meninggalkannya untuk melaksanakan Shalat Ashar ke Mushala yang berada tidak jauh dari taman, Jingga sudah tidak ada di sana. Dan pada saat saya mencoba untuk menelponnya dia berkata jika Ibu sakit jadi dia buru-buru pulang," cerita Fahri.
"Astagfirulloh Jingga, tega sekali dia berbohong dengan berkata jika Ibu sakit, padahal Alhamdulillah Ibu baik-baik saja Nak Fahri, mohon maaf jika Jingga telah membohongi Nak Fahri, selama ini kelakuannya memang seperti itu, bahkan dia malu dengan keadaan kami yang miskin, sehingga tidak mau mengajak Nak Fahri ke rumah ini," ujar bu Rima.
"Iya Bu, sebenarnya saya dan Jingga sudah pacaran selama 2 tahun, tapi Jingga selalu menolak jika saya ingin berkunjung ke rumahnya dan bertemu kedua orangtuanya, karena Jingga bilang kedua orangtuanya sibuk kerja dan berada di luar Negeri," ujar Fahri.
"Anak itu memang keterlaluan, padahal selama ini kami sudah membanting tulang untuk menyekolahkan dia, tapi Jingga justru tidak ada dewasa-dewasanya, beda dengan Mentari yang selalu berkorban untuk keluarganya," ucap Pak Hasan.
"Bapak tidak boleh berbicara seperti itu, sudah kewajiban seorang Anak berbakti kepada orangtuanya, jadi apa yang dilakukan oleh Mentari bukanlah sebagai pengorbanan tapi itu adalah sebuah kewajiban," ucap Mentari, sehingga Fahri yang mendengarnya pun semakin kagum dengan sifat dan sikap Mentari yang begitu bijak di usianya yang masih remaja.
"Maaf Pak, Bu, sebaiknya saya pamit pulang sekarang, tidak enak juga mengganggu Ibu dan Bapak yang mau istirahat, biar besok saya bantu mencari Jingga," ujar Fahri.
"Tidak apa-apa Nak Fahri, sebaiknya Nak Fahri beristirahatlah di sini, kasihan Nak Fahri pasti sudah mengantuk, bahaya juga kalau menyetir pada saat mengantuk, dan terimakasih banyak karena Nak Fahri sudah berkenan untuk mencari Jingga setelah apa yang dia perbuat kepada Nak Fahri," ucap Pak Hasan.
"Terimakasih ya Pak, kalau begitu Fahri ikut istirahat dulu di sini sebelum besok mencari keberadaan Jingga," ujar Fahri.
"Iya sama-sama Nak. Mentari tolong antar Nak Fahri ke kamar Jingga ya, Ibu dan Bapak mau istirahat duluan," ujar Pak Hasan yang kini berlalu bersama Bu Rima masuk ke dalam kamarnya.
"Mari mas Fahri saya antar," ajak Mentari.
Ketika Mentari membuka kamar Jingga, dia sangat kaget karena banyak baju kotor yang berserakan dimana-mana, akhirnya Mentari pun memunguti pakaian Jingga dan memasukannya ke dalam keranjang cucian.
"Mas Fahri, sebaiknya mas Fahri tidur di kamar Mentari saja ya, soalnya Mentari belum sempat membersihkan kamar Kak Jingga," ucap Mentari.
"Memangnya mas Fahri boleh tidur sama Mentari?" goda Fahri.
"Bukan begitu mas, maksud Mentari mas Fahri tidur di kamar Mentari, biar Mentari tidur di kamar Kak Jingga," jelas Mentari dengan wajah yang memerah.
"Oh..kirain Mentari mau mas Fahri temenin tidur," Fahri kembali menggoda Mentari sehingga Mentari menjadi salah tingkah.
"Mas cuma bercanda sayang, ya sudah ayo antar mas ke kamar Mentari," ajak Fahri dengan menarik lembut tangan Mentari.
Ketika Fahri masuk ke dalam kamar Mentari, dia begitu takjub karena melihat kamar yang begitu bersih dan rapi tanpa ada kotoran sedikit pun.
"Sepertinya mas bakalan betah tidur di sini, selain bersih dan rapi, mas juga bisa tidur sambil lihat foto bidadari," ujar Fahri dengan tersenyum.
"Mas Fahri gak usah godain aku terus deh, ingat, mas Fahri itu pacar Kak Jingga, jadi mas Fahri itu calon Kakak ipar aku," ucap Mentari.
Fahri yang mendengar ucapan Mentari pun kini menarik tubuh Mentari, lalu mendekapnya dengan erat.
"Maafkan mas Fahri ya Mentari, karena selama ini mas sudah dibutakan oleh cinta kepada Jingga, dan sekarang mas baru sadar jika perempuan yang benar-benar mas cintai adalah kamu," ujar Fahri.
Jantung Mentari rasanya berdetak begitu kencang, dadanya terasa berdebar-debar, dia seakan tidak percaya jika lelaki yang dia cintai ternyata mempunyai perasaan yang sama, entah Mentari harus sedih atau bahagia karena kenyataannya saat ini Fahri masih berstatus pacar Jingga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
himawatidewi satyawira
ntar ri tak ambilin lakban dulu ya
2023-10-21
1
Dul...😇
terlalu lebay si Fahri, langsung bilang sayang sayang aja ke mentari.
2023-04-11
1
Dewi Payang
Wah-wah si Fahri....😁
2023-02-07
1