Bab 9 ( Ungkapan Cinta Fahri )

Mentari dan Fahri akhirnya berjalan beriringan menuju rumah Mentari yang berada tidak jauh dari rumah mewah yang selama ini selalu di akui Jingga sebagai rumahnya.

"Jadi ini rumah kamu ya Mentari?" tanya Fahri.

"Iya mas, maaf ya jika mas kurang nyaman karena keadaannya yang seperti ini," ucap Mentari.

"Tidak sayang, bukan maksud mas begitu, mas hanya kagum saja sama Mentari karena sudah berani jujur, tidak seperti Jingga yang selama ini sudah banyak berbohong kepada mas," ujar Fahri, tapi sepertinya Mentari salfok dengan kata sayang yang di ucapkan oleh Fahri, sehingga dia hanya diam mematung.

"Mentari, kamu kenapa? apa mas sudah salah bicara?" tanya Fahri.

"Eh..eng..enggak mas, sebaiknya kita masuk, kasihan Ibu dan Bapak pasti bertambah khawatir karena Mentari sudah tengah malam belum pulang," jawab Mentari dengan gugup.

Astagfirulloh, sepertinya aku sudah keceplosan menyebut sayang kepada Mentari, gimana sih ni mulut gak bisa dijaga banget, batin Fahri.

"Assalamu'alaikum," ucap Mentari ketika masuk ke dalam rumah.

"Wa'alaikumsalam," jawab kedua orangtua Mentari, lalu kemudian Mentari pun bergantian mencium punggung tangan kedua orangtuanya.

"Bu, maaf ya Mentari pulangnya kemalaman, soalnya tadi gak ada kendaraan yang lewat," ucap Mentari, dia tidak menceritakan kejadian yang sebenarnya tentang dirinya yang sudah dicegat oleh kedua Preman, karena Mentari tidak mau membuat orangtuanya khawatir.

"Bu, Pak, perkenalkan nama saya Fahri," ucap Fahri, lalu kemudian mencium punggung tangan kedua orangtua Mentari.

"Oh, jadi ini ya calon Suaminya Jingga? Jingga sangat beruntung sekali ya karena memiliki calon Suami setampan dan sebaik Nak Fahri," ucap Bu Rima. Namun, Fahri hanya diam saja tanpa menjawab pertanyaan Bu Rima, dan lagi-lagi Mentari merasakan sesak dalam dadanya karena dia harus menerima kenyataan jika Fahri adalah calon Kakak iparnya.

"Bu, sebaiknya Mentari ganti baju dulu ya, Mas Fahri Mentari tinggal dulu ya sebentar," ucap Mentari dengan berlalu masuk ke dalam kamarnya.

Setelah beberapa saat, Mentari kembali ke ruang tamu dengan membawa teh manis hangat juga keripik singkong buatannya.

"Nak Fahri, ayo diminum teh nya mungpung masih hangat, keripik singkongnya juga Mentari yang buat lho," ujar Bu Rima.

"Iya Bu terimakasih, kalau Mentari yang buat sudah pasti rasanya enak," puji Fahri, sehingga membuat Mentari tersipu malu.

"Sebelumnya saya minta maaf jika kedatangan saya ke rumah ini sudah mengganggu waktu istirahat Ibu dan Bapak," ucap Fahri.

"Tidak apa-apa Nak, kami justru berterimakasih karena Nak Fahri sudah berkenan mengantarkan Mentari pulang," jawab Pak Hasan.

"Pak, Bu, apa benar Jingga hilang?" tanya Fahri.

"Iya benar Nak, sejak tadi siang Jingga pamit untuk pergi bersama Nak Fahri, sampai saat ini Jingga belum pulang juga," jawab Bu Rima.

"Mohon maaf Bu, Pak, karena saya tidak mengetahui tentang keberadaan Jingga saat ini, karena ketika saya meninggalkannya untuk melaksanakan Shalat Ashar ke Mushala yang berada tidak jauh dari taman, Jingga sudah tidak ada di sana. Dan pada saat saya mencoba untuk menelponnya dia berkata jika Ibu sakit jadi dia buru-buru pulang," cerita Fahri.

"Astagfirulloh Jingga, tega sekali dia berbohong dengan berkata jika Ibu sakit, padahal Alhamdulillah Ibu baik-baik saja Nak Fahri, mohon maaf jika Jingga telah membohongi Nak Fahri, selama ini kelakuannya memang seperti itu, bahkan dia malu dengan keadaan kami yang miskin, sehingga tidak mau mengajak Nak Fahri ke rumah ini," ujar bu Rima.

"Iya Bu, sebenarnya saya dan Jingga sudah pacaran selama 2 tahun, tapi Jingga selalu menolak jika saya ingin berkunjung ke rumahnya dan bertemu kedua orangtuanya, karena Jingga bilang kedua orangtuanya sibuk kerja dan berada di luar Negeri," ujar Fahri.

"Anak itu memang keterlaluan, padahal selama ini kami sudah membanting tulang untuk menyekolahkan dia, tapi Jingga justru tidak ada dewasa-dewasanya, beda dengan Mentari yang selalu berkorban untuk keluarganya," ucap Pak Hasan.

"Bapak tidak boleh berbicara seperti itu, sudah kewajiban seorang Anak berbakti kepada orangtuanya, jadi apa yang dilakukan oleh Mentari bukanlah sebagai pengorbanan tapi itu adalah sebuah kewajiban," ucap Mentari, sehingga Fahri yang mendengarnya pun semakin kagum dengan sifat dan sikap Mentari yang begitu bijak di usianya yang masih remaja.

"Maaf Pak, Bu, sebaiknya saya pamit pulang sekarang, tidak enak juga mengganggu Ibu dan Bapak yang mau istirahat, biar besok saya bantu mencari Jingga," ujar Fahri.

"Tidak apa-apa Nak Fahri, sebaiknya Nak Fahri beristirahatlah di sini, kasihan Nak Fahri pasti sudah mengantuk, bahaya juga kalau menyetir pada saat mengantuk, dan terimakasih banyak karena Nak Fahri sudah berkenan untuk mencari Jingga setelah apa yang dia perbuat kepada Nak Fahri," ucap Pak Hasan.

"Terimakasih ya Pak, kalau begitu Fahri ikut istirahat dulu di sini sebelum besok mencari keberadaan Jingga," ujar Fahri.

"Iya sama-sama Nak. Mentari tolong antar Nak Fahri ke kamar Jingga ya, Ibu dan Bapak mau istirahat duluan," ujar Pak Hasan yang kini berlalu bersama Bu Rima masuk ke dalam kamarnya.

"Mari mas Fahri saya antar," ajak Mentari.

Ketika Mentari membuka kamar Jingga, dia sangat kaget karena banyak baju kotor yang berserakan dimana-mana, akhirnya Mentari pun memunguti pakaian Jingga dan memasukannya ke dalam keranjang cucian.

"Mas Fahri, sebaiknya mas Fahri tidur di kamar Mentari saja ya, soalnya Mentari belum sempat membersihkan kamar Kak Jingga," ucap Mentari.

"Memangnya mas Fahri boleh tidur sama Mentari?" goda Fahri.

"Bukan begitu mas, maksud Mentari mas Fahri tidur di kamar Mentari, biar Mentari tidur di kamar Kak Jingga," jelas Mentari dengan wajah yang memerah.

"Oh..kirain Mentari mau mas Fahri temenin tidur," Fahri kembali menggoda Mentari sehingga Mentari menjadi salah tingkah.

"Mas cuma bercanda sayang, ya sudah ayo antar mas ke kamar Mentari," ajak Fahri dengan menarik lembut tangan Mentari.

Ketika Fahri masuk ke dalam kamar Mentari, dia begitu takjub karena melihat kamar yang begitu bersih dan rapi tanpa ada kotoran sedikit pun.

"Sepertinya mas bakalan betah tidur di sini, selain bersih dan rapi, mas juga bisa tidur sambil lihat foto bidadari," ujar Fahri dengan tersenyum.

"Mas Fahri gak usah godain aku terus deh, ingat, mas Fahri itu pacar Kak Jingga, jadi mas Fahri itu calon Kakak ipar aku," ucap Mentari.

Fahri yang mendengar ucapan Mentari pun kini menarik tubuh Mentari, lalu mendekapnya dengan erat.

"Maafkan mas Fahri ya Mentari, karena selama ini mas sudah dibutakan oleh cinta kepada Jingga, dan sekarang mas baru sadar jika perempuan yang benar-benar mas cintai adalah kamu," ujar Fahri.

Jantung Mentari rasanya berdetak begitu kencang, dadanya terasa berdebar-debar, dia seakan tidak percaya jika lelaki yang dia cintai ternyata mempunyai perasaan yang sama, entah Mentari harus sedih atau bahagia karena kenyataannya saat ini Fahri masih berstatus pacar Jingga.

Terpopuler

Comments

himawatidewi satyawira

himawatidewi satyawira

ntar ri tak ambilin lakban dulu ya

2023-10-21

1

Dul...😇

Dul...😇

terlalu lebay si Fahri, langsung bilang sayang sayang aja ke mentari.

2023-04-11

1

Dewi Payang

Dewi Payang

Wah-wah si Fahri....😁

2023-02-07

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 ( Mentari )
2 Bab 2 ( Diam adalah Emas )
3 Bab 3 ( Semakin menjadi-jadi )
4 Bab 4 ( Bertemu Calon Mertua )
5 Bab 5 ( Kebohongan yang terbongkar )
6 Bab 6 ( Kegilaan Jingga )
7 Bab 7 ( Jingga Hilang )
8 Bab 8 ( Berebut Mentari )
9 Bab 9 ( Ungkapan Cinta Fahri )
10 Bab 10 ( Ciuman Pertama Mentari )
11 Bab 11 ( Restu dari Ibu dan Bapak )
12 Bab 12 ( Jingga Anak Durhaka )
13 Bab 13 ( Pernikahan Jingga yang membuat malapetaka )
14 Bab 14 ( Menerima Pinangan Fahri )
15 Bab 15 ( Permintaan Fahri )
16 Bab 16 ( Pernikahan Mentari dan Fahri )
17 Bab 17 ( Kecelakaan maut )
18 Bab 18 ( Janur kuning dan Bendera kuning )
19 Bab 19 ( Pembawa sial )
20 Bab 20 ( Perjuangan cinta Angga )
21 Bab 21 ( Menjadi Janda bukanlah pilihan )
22 Bab 22 ( Ada udang di balik batu )
23 Bab 23 ( Akan tetap menunggu )
24 Bab 24 ( Apa yang kita tanam, itu juga yang akan kita tuai )
25 Bab 25 ( Harta peninggalan Fahri )
26 Bab 26 ( Getaran aneh dalam dada )
27 Bab 27 ( Penculikan Mentari )
28 Bab 28 ( Dokter Cinta )
29 Bab 29 ( Pernikahan tanpa restu )
30 Bab 30 ( Hasil merebut, pasti direbut juga )
31 Bab 31 ( Siang pertama Mentari dan Angga )
32 Bab 32 ( Berita suka dan Duka )
33 Bab 33 ( Kedatangan keluarga Angga )
34 Bab 34 ( Menantu Benalu )
35 Bab 35 ( Pesta di atas duka )
36 Bab 36 ( Disuruh jualan )
37 Bab 37 ( Tuduhan Selingkuh )
38 Bab 38 ( Rencana licik Jingga )
39 Bab 39 ( Menjagamu dengan Do'a )
40 Bab 40 ( Jingga dan David semakin menjadi-jadi )
41 Bab 41 ( Hinaan Sandra terhadap orangtua Mentari )
42 Bab 42 ( Senjata makan Tuan )
43 Bab 43 ( Jingga mulai beraksi )
44 Bab 44 ( Kehadiran Jingga membawa luka )
45 Bab 45 ( Tidak semua bisa dibeli dengan uang )
46 Bab 46 ( Usaha Fajar membantu Mentari )
47 Bab 47 ( Obat Penguras Perut )
48 Bab 48 ( Keracunan di Panti Asuhan )
49 Bab 49 ( Godaan Jingga )
50 Bab 50 ( Kesalahpahaman Angga terhadap Mentari )
51 Bab 51 ( Membuat keretakan dalam rumah tangga Mentari dan Angga )
52 Bab 52 ( Rencana yang gagal total )
53 Bab 53 ( Jatuh kedalam pelukan David )
54 Bab 54 ( Kesialan Jingga )
55 Bab 55 ( Fajar menyelamatkan Mentari )
56 Bab 56 ( Fajar Amnesia )
57 Bab 57 ( Jingga Hamil )
58 Bab 58 ( Pilihan yang sulit )
59 Bab 59 ( Mimpi buruk )
60 Bab 60 ( Jebakan Jingga )
61 Bab 61 ( Penyesalan Angga )
62 Bab 62 ( Perubahan sikap Angga )
63 Bab 63 ( Pasangan Benalu )
64 Bab 64 ( Adikku sayang, Adikku malang )
65 Bab 65 ( Kejujuran Angga )
66 Bab 66 ( Ingatan yang mulai kembali )
67 Bab 67 ( Stella Hamil )
68 Bab 68 ( Pesona David )
69 Bab 69 ( David berada dalam Dilema )
70 Bab 70 ( Pernikahan Dadakan )
71 Pengumuman
72 Pengumuman
Episodes

Updated 72 Episodes

1
Bab 1 ( Mentari )
2
Bab 2 ( Diam adalah Emas )
3
Bab 3 ( Semakin menjadi-jadi )
4
Bab 4 ( Bertemu Calon Mertua )
5
Bab 5 ( Kebohongan yang terbongkar )
6
Bab 6 ( Kegilaan Jingga )
7
Bab 7 ( Jingga Hilang )
8
Bab 8 ( Berebut Mentari )
9
Bab 9 ( Ungkapan Cinta Fahri )
10
Bab 10 ( Ciuman Pertama Mentari )
11
Bab 11 ( Restu dari Ibu dan Bapak )
12
Bab 12 ( Jingga Anak Durhaka )
13
Bab 13 ( Pernikahan Jingga yang membuat malapetaka )
14
Bab 14 ( Menerima Pinangan Fahri )
15
Bab 15 ( Permintaan Fahri )
16
Bab 16 ( Pernikahan Mentari dan Fahri )
17
Bab 17 ( Kecelakaan maut )
18
Bab 18 ( Janur kuning dan Bendera kuning )
19
Bab 19 ( Pembawa sial )
20
Bab 20 ( Perjuangan cinta Angga )
21
Bab 21 ( Menjadi Janda bukanlah pilihan )
22
Bab 22 ( Ada udang di balik batu )
23
Bab 23 ( Akan tetap menunggu )
24
Bab 24 ( Apa yang kita tanam, itu juga yang akan kita tuai )
25
Bab 25 ( Harta peninggalan Fahri )
26
Bab 26 ( Getaran aneh dalam dada )
27
Bab 27 ( Penculikan Mentari )
28
Bab 28 ( Dokter Cinta )
29
Bab 29 ( Pernikahan tanpa restu )
30
Bab 30 ( Hasil merebut, pasti direbut juga )
31
Bab 31 ( Siang pertama Mentari dan Angga )
32
Bab 32 ( Berita suka dan Duka )
33
Bab 33 ( Kedatangan keluarga Angga )
34
Bab 34 ( Menantu Benalu )
35
Bab 35 ( Pesta di atas duka )
36
Bab 36 ( Disuruh jualan )
37
Bab 37 ( Tuduhan Selingkuh )
38
Bab 38 ( Rencana licik Jingga )
39
Bab 39 ( Menjagamu dengan Do'a )
40
Bab 40 ( Jingga dan David semakin menjadi-jadi )
41
Bab 41 ( Hinaan Sandra terhadap orangtua Mentari )
42
Bab 42 ( Senjata makan Tuan )
43
Bab 43 ( Jingga mulai beraksi )
44
Bab 44 ( Kehadiran Jingga membawa luka )
45
Bab 45 ( Tidak semua bisa dibeli dengan uang )
46
Bab 46 ( Usaha Fajar membantu Mentari )
47
Bab 47 ( Obat Penguras Perut )
48
Bab 48 ( Keracunan di Panti Asuhan )
49
Bab 49 ( Godaan Jingga )
50
Bab 50 ( Kesalahpahaman Angga terhadap Mentari )
51
Bab 51 ( Membuat keretakan dalam rumah tangga Mentari dan Angga )
52
Bab 52 ( Rencana yang gagal total )
53
Bab 53 ( Jatuh kedalam pelukan David )
54
Bab 54 ( Kesialan Jingga )
55
Bab 55 ( Fajar menyelamatkan Mentari )
56
Bab 56 ( Fajar Amnesia )
57
Bab 57 ( Jingga Hamil )
58
Bab 58 ( Pilihan yang sulit )
59
Bab 59 ( Mimpi buruk )
60
Bab 60 ( Jebakan Jingga )
61
Bab 61 ( Penyesalan Angga )
62
Bab 62 ( Perubahan sikap Angga )
63
Bab 63 ( Pasangan Benalu )
64
Bab 64 ( Adikku sayang, Adikku malang )
65
Bab 65 ( Kejujuran Angga )
66
Bab 66 ( Ingatan yang mulai kembali )
67
Bab 67 ( Stella Hamil )
68
Bab 68 ( Pesona David )
69
Bab 69 ( David berada dalam Dilema )
70
Bab 70 ( Pernikahan Dadakan )
71
Pengumuman
72
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!