Bab 14 ( Menerima Pinangan Fahri )

Setelah melakukan Shalat istikharah pada tengah malam, akhirnya Mentari memutuskan untuk kembali tidur. Dan kini yang hadir dalam mimpi Mentari adalah Fahri.

Mentari pun terbangun dari tidurnya karena merasa terkejut dengan mimpi yang telah ia alami.

"Astagfirulloh," ucap Mentari dengan mengusap dadanya.

"Barusan aku bermimpi mas Fahri memberikan Al-qur'an dan tasbih, apa mungkin itu semua adalah petunjuk atas semua do'aku," gumam Mentari.

Selang beberapa saat Adzan subuh pun terdengar berkumandang, sehingga Mentari bergegas untuk melaksanakan kewajibannya sebagai umat muslim.

Seperti biasa Mentari melakukan pekerjaan rumah sebelum ia berangkat bekerja ke Restoran, dan setelah selesai sarapan Mentari pun pamitan kepada kedua orangtuanya.

"Bu, Pak, Mentari berangkat kerja dulu ya," ucap Mentari dengan mencium punggung tangan kedua orangtuanya.

"Nak, apa semalam Mentari sudah melakukan Shalat Istikharah?" tanya Bu Rima.

"Sudah Bu," jawab Mentari dengan tertunduk malu.

"Kenapa Mentari tertunduk seperti itu? sepertinya Mentari sudah menemukan jawaban dari do'a Mentari ya?" tanya Bu Rima.

"Iya Bu, insyaallah Mentari akan menerima pinangan mas Fahri," jawab Mentari dengan tersenyum malu.

"Ya sudah kalau begitu Ibu panggil dulu Nak Fahri sama Bu Asih ya untuk masuk ke dalam rumah," ujar Bu Rima.

"Lho, kenapa Bu Asih sama mas Fahri datang ke sini Bu?" tanya Mentari kaget.

"Bu Asih sama Nak Fahri sengaja membuat kejutan untuk Mentari," jawab Bu Rima dengan berlalu meninggalkan Mentari yang masih diam mematung.

"Kejutan apa sih Pak?" tanya Mentari pada Pak Hasan karena sudah merasa penasaran.

"Sebaiknya kita temui saja mereka, supaya Mentari tidak penasaran lagi," ajak Pak Hasan.

Mentari pun kini mendorong kursi roda Bapaknya menuju ruang tamu, dan ternyata benar jika Bu Asih dan Fahri sudah terlihat duduk di sana.

"Ibu, mas Fahri, kenapa gak bilang dulu sama Mentari kalau mau ke sini? apa ada masalah di Restoran? padahal Mentari baru saja mau berangkat kerja," ujar Mentari yang saat ini terlihat cemas.

"Sebaiknya Mentari duduk dulu ya, biar Ibu jelasin tujuan kami berdua datang kemari," ujar Bu Asih dengan menggandeng Mentari untuk duduk di sebelahnya.

"Ibu sengaja datang ke sini berniat melamar Mentari untuk Fahri," ucap Bu Asih, sehingga membuat Mentari terkejut.

"Ibu dengar Mentari sudah melakukan Shalat Istikharah?" tanya Bu Asih, dan Mentari pun menjawabnya dengan anggukan kepala.

"Sekarang kami mau mendengar sendiri jawaban Mentari atas lamaran Fahri, bagaimana apa Mentari menerima lamaran Fahri?" tanya Bu Asih.

"Bismillah...insyaallah Mentari menerima lamaran mas Fahri Bu," ucap Mentari dengan menghembuskan nafas panjang, karena daritadi jantungnya berdetak kencang.

"Alhamdulillah," ucap semua yang berada di sana.

"Terimakasih ya sayang karena Mentari sudah berkenan menerima pinangan Anak Ibu, semoga semuanya berjalan lancar sesuai rencana kita ya," ucap Bu Asih yang di Amini semua nya, kemudian Bu Asih memakaikan kalung dan memberikan satu set perhiasan kepada Mentari, serta memakaikan cincin di jari manis nya.

"Seharusnya kami semua yang berterimakasih karena Ibu sudah berkenan menerima Mentari, padahal keadaan kami seperti yang Ibu lihat, apalagi Jingga sudah melukai hati Nak Fahri," ucap Bu Rima dengan meneteskan airmata.

"Ibu tidak boleh berkata seperti itu, semua manusia di mata Allah SWT sama, yang membedakan adalah keimanannya. Saya justru merasa beruntung karena akan memiliki menantu sebaik Mentari, kalau masalah Jingga sebaiknya kita semua melupakan masalalu, Jingga juga kan sudah menikah dengan lelaki pilihannya. Oh iya saya sampai lupa, Bu Rima tolong pakaikan cincin tunangan Mentari dan Fahri ke jari manis Fahri ya," pinta Bu Asih, kemudian Bu Rima pun memasukan cincin ke dalam jari manis Fahri.

"Alhamdulillah, saya merasa bahagia karena Mentari akan mendapatkan mertua yang baik hati, serta calon Suami yang Saleh," ucap Bu Rima dengan meneteskan airmata bahagia.

"Rencananya Fahri akan menikahi Mentari bulan depan, apa Mentari bersedia?" tanya Bu Asih.

"Kalau Mentari gimana baiknya saja Bu," jawab Mentari yang masih tertunduk malu.

"Tapi kami belum mempunyai persiapan apa-apa Bu," ucap Ibu dan Bapak Mentari.

"Ibu dan Bapak tenang saja, insyaallah kami yang akan mempersiapkan semuanya, dan maaf semoga Ibu dan Bapak tidak tersinggung karena Fahri sudah berencana untuk merenovasi rumah ini sebelum acara Pernikahan dilangsungkan," ucap Bu Asih.

"Apa tidak merepotkan Ibu dan Nak Fahri?" tanya Bu Rima.

"Sama sekali tidak Bu, Pak, karena Fahri akan menjadi Anak Ibu dan Bapak juga, jadi sudah seharusnya Fahri melakukan semua itu," ujar Fahri dengan tersenyum.

"Alhamdulillah, Allah SWT sudah mengirimkan orang-orang baik kepada kita ya Bu," ucap Pak Hasan dengan merangkul tubuh Bu Rima.

"Untuk acara Pernikahan tidak apa-apa kan jika di adakan di sini saja? soalnya saya dan Fahri sudah tidak mempunyai kerabat, paling kami hanya akan mengundang tetangga terdekat saja," ucap Bu Asih.

"Justru kami senang jika Ibu menginginkan acaranya di adakan di sini, soalnya kami tidak terbiasa jika harus menghadiri pesta pernikahan di Gedung," ucap Bu Rima.

"Ya sudah kalau begitu nanti biar Fahri menghubungi anak buahnya supaya secepatnya merenovasi rumah ini," ucap Bu Asih.

"Bu, Pak, Fahri minta ijin ya buat ngajak Mentari keluar," ucap Fahri.

"Iya Nak, kalian hati-hati ya," jawab Bu Asih, Bu Rima dan Pak Hasan.

Mentari dan Fahri pun kini mencium punggung tangan orangtuanya secara bergantian, kemudian mereka pergi setelah sebelumnya mengucapkan Salam.

"Sebenarnya mas Fahri mau ajak Mentari kemana sih?" tanya Mentari.

"Kita akan pergi untuk berbelanja semua keperluan kamu sayang," jawab Fahri.

"Tapi Mentari tidak membutuhkan apa-apa mas, jadi Mas Fahri tidak usah repot-repot membelikan sesuatu yang tidak Mentari perlukan, karena itu hanya akan buang-buang uang saja," cerocos Mentari.

"Udah belum bicaranya?" tanya Fahri dengan tersenyum, sehingga Mentari menjadi malu.

"Sekarang mas Fahri adalah calon imam Mentari, jadi sudah tanggung jawab mas Fahri untuk memenuhi semua kebutuhan Mentari, salah sendiri Mentari gak mau menerima ATM mas Fahri, jadi lebih baik kita berdua saja yang berbelanja, anggap saja ini adalah kencan pertama kita, gimana?" goda Fahri dengan menaik turunkan alisnya.

"Iya..iya..Mentari ikut saja apa mau mas Fahri," jawab Mentari dengan cemberut.

"Gak usah di monyongin juga itu bibir, mau mas Fahri cium ya?"

"Mas Fahri kenapa sih dari tadi godain terus? Mentari kan jadi malu."

"Kenapa harus malu, mas Fahri kan calon Suami Mentari. Eh gak kerasa kok udah sampai aja ya sayang, mungkin karena mas jalannya sama kamu," ucap Fahri dengan cengengesan.

Fahri pun kini turun terlebih dahulu dari mobil, kemudian dia bergegas membukakan pintu untuk Mentari.

"Silahkan turun Ratuku," ucap Fahri dengan membungkukkan badannya.

"Mas Fahri apaan sih, malu tau dilihat orang, ucap Mentari dengan mendorong pelan tubuh Fahri, kemudian Fahri menggandeng Mentari masuk ke dalam pusat perbelanjaan dan mereka berdua terlihat sangat bahagia.

Jingga yang dari kejauhan melihat kebahagiaan Mentari dan Fahri pun mengepalkan tangannya.

"Sial, kenapa mereka berdua terlihat bahagia sedangkan aku saat ini hidup kesepian meskipun sudah bergelimang harta, tapi mas Bram selalu sibuk dengan pekerjaannya sehingga tidak mempunyai waktu untukku," gumam Jingga.

Setelah menikah dengan Jingga, Bramantyo memang selalu sibuk dengan pekerjaannya sehingga harus menunda untuk berbulan madu. Bram bahkan tidak mengetahui jika Dewi istri pertamanya telah meninggal dunia karena Fajar meminta kepada Bi Sumi dan Pak Tarno untuk merahasiakan semuanya dari Bram.

Fajar merasa percuma memberitahu semuanya terhadap Bram, sementara Bram sendiri sudah tidak peduli lagi terhadap Anak dan Istrinya. Sehingga akhirnya Fajar memutuskan untuk membawa kedua Anak Bram pindah ke luar Negeri.

Terpopuler

Comments

Dewi Payang

Dewi Payang

Syukur ada fajar

2023-02-09

1

Dewi Payang

Dewi Payang

Akhirnya diterima, semoga lancar sampai hari H ya Mentari.

2023-02-09

1

𝓓𝓮𝓪

𝓓𝓮𝓪

cari lagi aja

2022-11-02

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 ( Mentari )
2 Bab 2 ( Diam adalah Emas )
3 Bab 3 ( Semakin menjadi-jadi )
4 Bab 4 ( Bertemu Calon Mertua )
5 Bab 5 ( Kebohongan yang terbongkar )
6 Bab 6 ( Kegilaan Jingga )
7 Bab 7 ( Jingga Hilang )
8 Bab 8 ( Berebut Mentari )
9 Bab 9 ( Ungkapan Cinta Fahri )
10 Bab 10 ( Ciuman Pertama Mentari )
11 Bab 11 ( Restu dari Ibu dan Bapak )
12 Bab 12 ( Jingga Anak Durhaka )
13 Bab 13 ( Pernikahan Jingga yang membuat malapetaka )
14 Bab 14 ( Menerima Pinangan Fahri )
15 Bab 15 ( Permintaan Fahri )
16 Bab 16 ( Pernikahan Mentari dan Fahri )
17 Bab 17 ( Kecelakaan maut )
18 Bab 18 ( Janur kuning dan Bendera kuning )
19 Bab 19 ( Pembawa sial )
20 Bab 20 ( Perjuangan cinta Angga )
21 Bab 21 ( Menjadi Janda bukanlah pilihan )
22 Bab 22 ( Ada udang di balik batu )
23 Bab 23 ( Akan tetap menunggu )
24 Bab 24 ( Apa yang kita tanam, itu juga yang akan kita tuai )
25 Bab 25 ( Harta peninggalan Fahri )
26 Bab 26 ( Getaran aneh dalam dada )
27 Bab 27 ( Penculikan Mentari )
28 Bab 28 ( Dokter Cinta )
29 Bab 29 ( Pernikahan tanpa restu )
30 Bab 30 ( Hasil merebut, pasti direbut juga )
31 Bab 31 ( Siang pertama Mentari dan Angga )
32 Bab 32 ( Berita suka dan Duka )
33 Bab 33 ( Kedatangan keluarga Angga )
34 Bab 34 ( Menantu Benalu )
35 Bab 35 ( Pesta di atas duka )
36 Bab 36 ( Disuruh jualan )
37 Bab 37 ( Tuduhan Selingkuh )
38 Bab 38 ( Rencana licik Jingga )
39 Bab 39 ( Menjagamu dengan Do'a )
40 Bab 40 ( Jingga dan David semakin menjadi-jadi )
41 Bab 41 ( Hinaan Sandra terhadap orangtua Mentari )
42 Bab 42 ( Senjata makan Tuan )
43 Bab 43 ( Jingga mulai beraksi )
44 Bab 44 ( Kehadiran Jingga membawa luka )
45 Bab 45 ( Tidak semua bisa dibeli dengan uang )
46 Bab 46 ( Usaha Fajar membantu Mentari )
47 Bab 47 ( Obat Penguras Perut )
48 Bab 48 ( Keracunan di Panti Asuhan )
49 Bab 49 ( Godaan Jingga )
50 Bab 50 ( Kesalahpahaman Angga terhadap Mentari )
51 Bab 51 ( Membuat keretakan dalam rumah tangga Mentari dan Angga )
52 Bab 52 ( Rencana yang gagal total )
53 Bab 53 ( Jatuh kedalam pelukan David )
54 Bab 54 ( Kesialan Jingga )
55 Bab 55 ( Fajar menyelamatkan Mentari )
56 Bab 56 ( Fajar Amnesia )
57 Bab 57 ( Jingga Hamil )
58 Bab 58 ( Pilihan yang sulit )
59 Bab 59 ( Mimpi buruk )
60 Bab 60 ( Jebakan Jingga )
61 Bab 61 ( Penyesalan Angga )
62 Bab 62 ( Perubahan sikap Angga )
63 Bab 63 ( Pasangan Benalu )
64 Bab 64 ( Adikku sayang, Adikku malang )
65 Bab 65 ( Kejujuran Angga )
66 Bab 66 ( Ingatan yang mulai kembali )
67 Bab 67 ( Stella Hamil )
68 Bab 68 ( Pesona David )
69 Bab 69 ( David berada dalam Dilema )
70 Bab 70 ( Pernikahan Dadakan )
71 Pengumuman
72 Pengumuman
Episodes

Updated 72 Episodes

1
Bab 1 ( Mentari )
2
Bab 2 ( Diam adalah Emas )
3
Bab 3 ( Semakin menjadi-jadi )
4
Bab 4 ( Bertemu Calon Mertua )
5
Bab 5 ( Kebohongan yang terbongkar )
6
Bab 6 ( Kegilaan Jingga )
7
Bab 7 ( Jingga Hilang )
8
Bab 8 ( Berebut Mentari )
9
Bab 9 ( Ungkapan Cinta Fahri )
10
Bab 10 ( Ciuman Pertama Mentari )
11
Bab 11 ( Restu dari Ibu dan Bapak )
12
Bab 12 ( Jingga Anak Durhaka )
13
Bab 13 ( Pernikahan Jingga yang membuat malapetaka )
14
Bab 14 ( Menerima Pinangan Fahri )
15
Bab 15 ( Permintaan Fahri )
16
Bab 16 ( Pernikahan Mentari dan Fahri )
17
Bab 17 ( Kecelakaan maut )
18
Bab 18 ( Janur kuning dan Bendera kuning )
19
Bab 19 ( Pembawa sial )
20
Bab 20 ( Perjuangan cinta Angga )
21
Bab 21 ( Menjadi Janda bukanlah pilihan )
22
Bab 22 ( Ada udang di balik batu )
23
Bab 23 ( Akan tetap menunggu )
24
Bab 24 ( Apa yang kita tanam, itu juga yang akan kita tuai )
25
Bab 25 ( Harta peninggalan Fahri )
26
Bab 26 ( Getaran aneh dalam dada )
27
Bab 27 ( Penculikan Mentari )
28
Bab 28 ( Dokter Cinta )
29
Bab 29 ( Pernikahan tanpa restu )
30
Bab 30 ( Hasil merebut, pasti direbut juga )
31
Bab 31 ( Siang pertama Mentari dan Angga )
32
Bab 32 ( Berita suka dan Duka )
33
Bab 33 ( Kedatangan keluarga Angga )
34
Bab 34 ( Menantu Benalu )
35
Bab 35 ( Pesta di atas duka )
36
Bab 36 ( Disuruh jualan )
37
Bab 37 ( Tuduhan Selingkuh )
38
Bab 38 ( Rencana licik Jingga )
39
Bab 39 ( Menjagamu dengan Do'a )
40
Bab 40 ( Jingga dan David semakin menjadi-jadi )
41
Bab 41 ( Hinaan Sandra terhadap orangtua Mentari )
42
Bab 42 ( Senjata makan Tuan )
43
Bab 43 ( Jingga mulai beraksi )
44
Bab 44 ( Kehadiran Jingga membawa luka )
45
Bab 45 ( Tidak semua bisa dibeli dengan uang )
46
Bab 46 ( Usaha Fajar membantu Mentari )
47
Bab 47 ( Obat Penguras Perut )
48
Bab 48 ( Keracunan di Panti Asuhan )
49
Bab 49 ( Godaan Jingga )
50
Bab 50 ( Kesalahpahaman Angga terhadap Mentari )
51
Bab 51 ( Membuat keretakan dalam rumah tangga Mentari dan Angga )
52
Bab 52 ( Rencana yang gagal total )
53
Bab 53 ( Jatuh kedalam pelukan David )
54
Bab 54 ( Kesialan Jingga )
55
Bab 55 ( Fajar menyelamatkan Mentari )
56
Bab 56 ( Fajar Amnesia )
57
Bab 57 ( Jingga Hamil )
58
Bab 58 ( Pilihan yang sulit )
59
Bab 59 ( Mimpi buruk )
60
Bab 60 ( Jebakan Jingga )
61
Bab 61 ( Penyesalan Angga )
62
Bab 62 ( Perubahan sikap Angga )
63
Bab 63 ( Pasangan Benalu )
64
Bab 64 ( Adikku sayang, Adikku malang )
65
Bab 65 ( Kejujuran Angga )
66
Bab 66 ( Ingatan yang mulai kembali )
67
Bab 67 ( Stella Hamil )
68
Bab 68 ( Pesona David )
69
Bab 69 ( David berada dalam Dilema )
70
Bab 70 ( Pernikahan Dadakan )
71
Pengumuman
72
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!