Renaldy memengang sendok dan garpu dengan kuat, seakan ingin mematahkannya. Kejadian semalam terus berputar di pikirannya. Ia pun menghela nafas berat, dan menatap istri kecilnya. Melihat tatapan suaminya membuat Luziana jadi gegelapan.
"Tidur di samping kau" Balasnya datar. Ia ingin merahasiakan dulu, bahwa dirinya telah mengambil perawan perempuan tersebut. Sungguh dari tadi ia tidak habis-habis memikirkan kejadian semalam. Andai istrinya itu tidak kenak obat perangsang apa yang terjadi semalam pasti tidak terjadi. Dan ia bisa tenang dan tidak gelisah seperti sekarang. Yang sudah terjadi biarlah terjadi, sekarang yang ia harus pikirkan bagaimana jika benihnya menjadi malaikat kecil di rahim istrinya. Apa yang ia harus lakukan agar berita itu tidak sampai di telinga orang tuanya. Renaldy pun mencoba menyangkal belum tentu Luziana hamil karena mereka sekali buat.
Luziana hanya ber'oh ria mendengar perkataan suaminya bahwa ia tidur di sampingnya semalam. Ia pun melanjutkan makannya. Beberapa selang detik kemudian ia pun selesai makan. Kalau Renaldy sudah beberapa detik sudah siap. Luziana menatap heran pada suaminya, padahal cowok itu makannya pelan santai sedangkan ia cepat. Tapi yang duluan siap cowok itu, aneh?. Tetapi ia tidak terlalu ingin memikirkannya.
Datanglah seorang wanita dengan pakaian seperti kurang bahan saja. "Tuan sudah selesai makannya," Tanyak waiterss wanita itu dengan suara mendayu-dayu. Mereka tidak perlu membayar makanan yang mereka makan di kasir soalnya, pelayan itu datang sendiri dan tagih pembayaran pesanan makanan mereka pesan. Jadi mereka hanya perlu duduk diam saja.
Luziana menatap wanita itu aneh. Karena wanita itu menatapnya dengan tatapan sinis, membuat Luziana berusaha tersenyum walaupun canggung pada waiters wanita itu.
"Siapa ini cewek, kalau di lihat-lihat cantik juga." Gumam waiters wanita itu. Ia kayak merasa terasa tersaingi pada Luziana yang telah duduk satu meja dengan Renaldy. Padahal penampilan Luziana biasa saja, tidak memakai makai make up. Walaupun begitu kalau di lihat perempuan itu sangat cantik dengan tampilannya sederhana. Bibir pink muda alami mengunakan jilbab Kurung warna biru tua, kulit putih seperti salju. Tidak seperti waiters wanita itu yang memakai make up terlalu tebal. Gini aja tersaingi apalagi Luziana memakai make up.
"Berapa harganya." Ucapnya datar. Gak lihatlah kah waiterss itu kalau mereka itu sudah selesai makan. Mungkin itu cuman basa-basinya agar bisa mendekati Renaldy.
Waiterss itu tersenyum kecut. Mendengar nada bicara cowok itu, ia pun mengasih kertas berapa total biaya yang mereka pesan. Setelah melihatnya, Renaldy mengasih kartu black card. Waiterss wanita itu matanya membelalakkan melihat kartu black card punya Renaldy. Saat mau mengambilnya wanita itu sengaja tangannya ingin bersentuhan dengan tangan Renaldy. Sebelum menyentuhnya cowok itu menarik kembali tangannya dan menjatuhkan black card itu di atas meja. Kejadian itu tidak luput dari pandangan Luziana, rasanya ia tertawa melihatnya.
Setelah pembayarannya, waiters wanita itu mengembalikan Kartu black cardnya pada Renaldy. "Terimakasih Tuan Renaldy." Cowok itu langsung bangkit dan beranjak dari tempat itu. Perkataan waiterss itu tidak di dengar oleh Renaldy yang sudah beranjak terlebih dahulu.
Luziana menatap wanita itu dengan tertawa kecil, melihat perlakuan suaminya yang dingin dan dan datar pada waiters wanita itu yang berusaha mendekati cowok itu. Dirinya pun ikut menyusul suaminya.
Kini mereka berada dalam satu mobil. Renaldy duduk kursi bagian depan yang sedang menyetir mobil. Sedangkan dirinya di kursi bagian dua, ia tidak ingin duduk di samping kursi suaminya. Rasanya malu. Dari mereka tidak ada suara, hanya terdengar suara kendaraan di jalan raya kota.
Luziana menatap kaca mobil yang terlihat padatnya jalan raya dengan kendaraan. Dirinya tersenyum sendiri sembari menatap kaca mobil. Luziana terkekeh mengingat perlakuan suaminya yang dingin pada waiterss di hotel. Pergerakan Luziana terlihat oleh Renaldy yang tertawa-tawa sendiri melalui kaca spion dalam mobil. Dengan sengaja cowok itu mengeram mendadak.
Luziana yang tidak memakai seat belt, kepalanya pun terbentur dengan kursi mobil depan. "Aduuh". Ringgisnya pelan seraya mengusap dahinya yang terasa sakit. Pandangannya pun menoleh kedepan melihat suaminya yang hanya datar saja tanpa merasa bersalah. Luziana pun mengerucutkan bibirnya kesal dengan suaminya yang tiba-tiba rem mendadak hingga membuat dahinya kebentur dengan kursi mobil. Dirinya ingin sekali protes tapi gak punya nyali.
Renaldy pun melajukan mobilnya kembali yang tadi sempat berhenti. Beberapa jam mereka pun sampai di sebuah mansion yang begitu mewah. Mata Luziana tidak berkedip melihat sebuah mansion yang begitu besar dan mewah. Ia pun membuka pintu mobil sport dan keluar.
"Wahh besar banget," Gumamnya takjub pada bangunan yang bernuansa putih dan besar serta mewah.
"Ini serius rumah kamu". Tanyaknya gak percaya bahwa mansion mewah itu tempat tinggal suaminya. Renaldy yang berdiri di samping Luziana tampak datar dan tidak menggubris pertanyaan istri kecilnya. Pria itu pun berjalan dan mendekati mommynya yang dari tadi menunggu mereka. Wanita paruh baya itu ingin menyambut pasangan yang sudah sah. Luziana yang masih tercengang pun mengekor suaminya dari belakang.
"Hei sayang selamat datang di keluarga Hervandez" Ucap mommy Liona tersenyum lebar sembari menghamburkan pelukan pada Luziana. Luziana hanya terpaku di peluk oleh oleh mertuanya.
"Gimana kamu semalam ada lakuin apa aja" Tanyak Mommy Liona setelah menggerai pelukan menantunya. Wanita paruh itu ingin tahu apakah mereka melakukan lebih selain tidur satu ranjang. Moga apa ia harap benar-benar terjadi.
"Kami tidak melakukan apa-apa hanya sebatas tidur saja." Yang menjawab pertanyaan itu bukan Luziana, melainkan Renaldy. Ia tahu maksud dari pertanyaan Mommy yang ingin kami melakukan lebih.
Mommy Liona yang awalnya tersenyum lebar kini wajahnya jadi sendu mendengar perkataan putranya. Ia harap mereka melakukannya, jadi cepat-cepat punya cucu deh dan putranya itu tidak bisa pergi bertugas yang sangat berbahaya itu. Lupanya apa yang harapkan tidak seperti ia bayangkan. Tapi gapapa dia akan turun tangan dan membuat mereka melakukannya.
Luziana yang melihat wajah mertuanya jadi sedih, membuat perempuan itu merasa canggung dan gak enakan sama mertuanya. Sedangkan suaminya itu sudah berjalan masuk kedalam rumah.
Terlihat seorang cewek cantik dengan rambut hitam kecoklatan sepanjang bahu. Bersedekap dada dan bersandar di pintu. Dari raut wajah cewek itu kayak tidak ada rasa senang menyambut kehadiran mereka, yang pastinya kehadiran Luziana. Saat suaminya mau masuk kedalam mansion. Cewek yang awalnya bersandar di pintu dengan datar kini mengulum senyum melihat Renaldy saat memasuki ke mansion.
"Kak Al" Panggil meysa seraya memeluk lengan kekar Renaldy. Renaldy melihat adiknya hanya mengulum senyum tipis. Dua orang yang di ketahui saudara kandung itu masuk ke dalam ke mansion dengan barengan. Yang meysa memeluk lengan kekar Renaldy sedangkan cowok itu hanya datar.
"Ayooo masuk" Ajak Mommy Liona dengan senyum lebarnya kembali. Lamunan Luziana pun buyar, kini ia menatap wajah wanita paruh baya itu terlihat masih cantik walaupun umur sudah lanjut usia.
"Iya Tante" Sahut Luziana dengan senyuman lebarnya. Mommy Liona yang mendengar menantunya memanggil dirinya dengan tante. Sontak memukul lengan menantunya pelan.
"Kok panggil Tante?. Harusnya mommy dong kamu kan udah menikah dengan anak saya. Jadinya kamu harus panggil saya mommy jangan Tante oke." Ujar mommy Liona memberitahu seraya terkekeh pelan.
"Iya tan-. Eh maksudnya Mommy" Balas Luziana sembari tersenyum hangat pada mertuanya.
Dua perempuan yang beda usia itu pun masuk kedalam mansion.
...----------------...
Jangan lupa dukunganya
LIKE
VOTE
HADIAH
KOMENTAR
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 185 Episodes
Comments