Renaldy menghela nafas berat. Mengingat perkataan Meysa yang berulang kali mengatakan. Yang tidak benar tentang istri kecilnya.
Flash back
Kini yang tinggal di meja makan tiga orang. Mommy Liona, Papi Devan, Meysa dan tentu saja ada Renaldy. Renaldy menghela nafas panjang dan menghembuskan nafas di udara secara kasar.
"Meysa! kak Al gak ingin dengarin kamu, Berkata seperti itu dengan istri kakak. Walaupun kamu punya masalah sama dia, itu gak akan ngerubah status dia, yang telah menjadi kakak ipar kamu." Ucap Renaldy tegas namun secara baik-baik. Meysa mendengarnya mendengus kesal.
"Iya benar kata kak Al. Kalau perempuan itu telah menjadi kakak ipar Meysa karena telah nikah sama Kakak. Tapi Meysa ingin bilang kalau Luziana itu orangnya jahat kak. Kakak harus sadar bahwa perempuan yang jadi istri kakak itu orangnya gak benar. Kayak waktu itu dia yang selalu marahin meysa di sekolah padahal meysa gak ada salah apa-apa sama dia. Dan terus dia itu gak pantes bersanding dengan kak Al. Mungkin aja dia nikahin kakak karena harta. Kan harta kita berlimpah sedangkan dia enggak. Meysa bilang gini karena gak ingin kakak sengsara dapat istri kayak Luziana."
"Meysa cukup! kamu kenapa selalu-"
Mommy Liona belum melanjutkan perkataannya namun sudah di potong oleh Meysa. "Bukan kenapa Mom!. Tapi itu fakta. Sampai pernah kan Meysa pulang sekolah nangis-nangis sambil cerita ke Mommy. Ya, penyebab gara-gara perempuan itu yang membuat meysa nangis"
Nangis?.
Renaldy mendengarnya pun mengeryitkan dahinya. "Kapan?" Tanyak cowok itu dengan nada dingin dan ekspresinya sedikit kaget mendengar pernyataan bahwa Luziana pernah membuat meysa sampai menangis. Renaldy yang menanyakan itu, semua orang tatapannya menoleh kearahnya.
Papi Devan dan Mommy Liona, tahu bahwa putranya sebentar lagi bakal emosi mendengar perkataan Meysa. Kedua orang tua Renaldy sangat tahu bagaimana cowok itu menyayangi adiknya. Sampai mereka pun tidak berani membentak Meysa. Jika ada cowok tersebut saat mereka memarahi Meysa. Meysa yang melihat kakaknya sebentar lagi bakal emosi, ia pun tersenyum kemenangan.
"Enggak ada itu cuman masalah kecil kok. Ya kan Mommy" Kata Papi Devan mencoba membilang bahwa permasalahannya itu tidak seperti Renaldy pikirkan, lagipun kejadian itu sudah lama. Mendengar perkataan Papi Devan membuat Renaldy sedikit curiga kepada Papinya. Membuat suasana semakin mencekam.
"Benar itu Al. Apa Papi bilang" Balas Mommy dengan ekspresi sedikit takut. Meysa mendengar perkataan orang tuanya yang mencoba menyangkal kesalahan Luziana. Ia pun menjadi kesal.
"Papi sama Mommy gausah mencoba membela Luziana deh. Kalian itu gak pernah tahu sifat si Rakyat jelata kayak gimana. Kalau Meysa sudah tahu sifat cewek itu kek mana" Sentak Meysa dengan emosi. Ia berusaha memancing emosi Renaldy agar apa yang ia inginkan akan terjadi.
Sebenarnya Renaldy tipe cowok yang gak gampang terpancing emosi. Tapi kalau soal mengenai adiknya dia gak akan segan-segan memberi orang itu hukuman. Mungkin nantik termasuk istrinya sendiri.
Mommy Liona yang tahu kalau meysa sedang ingin memancing emosi Renaldy, segera menyuruh putrinya itu ke kamar. Karena waktu sudah pukul jam sepuluh malam.
"Meysa lebih baik kamu tidur, besok kan kamu sekolah lebih baik. Kamu tidur sekarang daripada nantik pagi susah bangun" Titah Mommy Liona. Belum apa-apa mommynya itu sudah menyuruhnya tidur padahal ia ingin sekali menghasut kakaknya itu supaya membenci Luziana. Setidaknya Pria itu lebih hati-hati dengan istrinya bahwa perempuan itu jahat seperti apa Meysa bilang. Padahal itu cuman karangan meysa agar Renaldy segera berpisah dengan si Luziana.
"Benar tuh kata Mommy sekarang kamu lebih baik tidur" Timpal Papi Devan seraya tersenyum hangat pada putrinya.
Gak mau gak mau meysa menuruti kata orang tuanya. Lagipun masih ada hari lain untuk melakukan rencananya. Dan ia pun tidak ingin terlalu buru-buru kali memisahkan mereka. Karena dia akan menyiksa Luziana terlebih dahulu sebelum perempuan itu cerai dengan kakaknya, Renaldy.
Flash off
Pria itu pun memutar handle pintu.
Ceklek..
Luziana yang mendengar ada orang membukakan pintu langsung gelagapan. Renaldy pun berjalan masuk dengan ekspresi datar. Ia melirik sekilas istri kecilnya yang berpenampilan memakai piyama bermotif kayak baju anak kecil dan tidak lupa perempuan itu mengunakan jilbab Kurung warna abu-abu.
"Duuh serius ini tidur satu ranjang" Gumam batin Luziana sambil menautkan jarinya.
Pria itu pun mengangkat selimut dan merebahkan tubuhnya. Luziana yang melihat suaminya tidur di ujung kasur king size. Ia pun juga turut tidur juga yang pastinya juga tidur di ujung kasur king size.
Mereka tidur tidak saling berhadapan. Dua pasangan suami-istri tidur saling tidur miring dengan posisi Luziana tidur kearah kiri dan Renaldy tidur miring kearah kanan. Di tengahnya kosong.
Luziana tidur sudah di ujung namun perempuan itu mencoba bergeser agar mereka itu tidak kedekatan. Padahal mereka tidur sudah jauh, sama-sama tidur di ujung kasur. Perempuan itu yang sudah paling ujung kasur. Kalau bergeser lagi tidak ada lagi kasur. Namun tetap saja Luziana bergeser terus dan.
Bruk
Mendengar ada suara jatuh gitu di belakang punggungnya. Pria itu pun menoleh sekilas dan dapat melihat istrinya yang jatuh.
Luziana merutuki dirinya sendiri baru tidur satu ranjang sama suami sendiri sudah bikin malu. Perempuan itu mencengir melihat suaminya yang menatapnya dengan datar. Ia pun mengangkat selimutnya dan merebahkan tubuhnya.
Renaldy pun kembali dengan posisi tidurnya yang awal. Dalam pikiran pria itu merasa aneh dan lucu sama istrinya. Sebab perempuan itu bisa-bisanya jatuh dan kemudian tidur dengan menggunakan jilbab. Buat apa perempuan itu saat tidur menggunakan jilbab. Lagipun mereka berdua adalah pasangan yang sudah sah di mata hukum maupun agama. Terus gak dosa pun suami melihat rambut istrinya. Apalagi pria itu sudah melihat seluruh anggota tubuh istri kecilnya yang tidak mengunakan sehelai benang pun.
Renaldy pun mencoba tidak memedulikan kenapa perempuan itu tidur mengunakan jilbab. Apa mungkin ia tidak ingin kasih melihat mahkotanya sama suaminya, pria pun tidak memperdulikan jika perempuan itu tidak ingin kasih menampakan rambutnya. Lagipun percuma menutupnya pria itu sudah melihat rambut istri kecilnya itu terus ia pun sudah Lebih melihatnya daripada sekedar rambut lagi.
Renaldy pun mencoba memejamkan matanya. Saat matanya ingin terlelap ia kembali sadar setelah mendengar suara permintaan istrinya.
"Di tengahnya aku taruk batal ya! sebagai pembatas, sampai mana kawasan kamu yang boleh tidur. Nantik kamu tidur juga jangan melewatkan pembatas batal ini. Jadi boleh kan aku taruk batalnya." Cuman minta izin hal sepele itu?. Tanpa pembatas itu Pria itu tidak akan tidur dekat dengan istri kecilnya.
Renaldy hanya datar dan diam tanpa menjawab pemintaan istrinya. Melihat suaminya itu tidak menyahut permintaannya ia pun meletakkan batalnya di tengah-tengah kasur, bodoh amat jika suaminya nantik marah. Yang penting keinginannya yang gak ingin itu terjadi, benar-benar tidak terjadi. Seperti berhubungan suami-istri.
Tanpa butuh lama perempuan itu tertidur. Sedangkan Renaldy menghela nafas kasar dengan pikirannya yang memikirkan tentang kejadian semalam itu. Yang masih terngiang-ngiang di kepalanya. Semoga benihnya itu berbuahkan hasil.
Waktu subuh pagi pun kini tiba. Seseorang perempuan menggaruk pipinya dengan posisi masih terlelap tidur. Batal sebagai pembatas kini batal itu di timpa oleh kaki Luziana. Perempuan yang sudah tidak perawan lagi itu tidur dengan posisi sangat cantik sekali saking cantiknya seperti bukan anak perempuan saja cara posisi tidurnya.
Perempuan itu pun membuka matanya. Dirinya tersadar jika Kalau ini sudah waktu mau pagi dan ia harus bangun pagi sekali untuk melayani suaminya. Tapi di liat Pria itu tidak ada lagi tidur di sampingnya dan di dalam kamar pun juga tidak ada. Ia pun cepat-cepat bangkit dan berjalan menuju ke kamar mandi. Selesai mandi, ia shalat subuh terlebih dahulu lagi pun matahari belum terbit masih boleh untuk melaksanakan shalat subuh walaupun pukul sudah jam enam lewat.
Luziana pun selesai shalat subuh. Pakaian sekolah pun sudah terbalut di badannya. Sebelum shalat subuh ia pun sudah memakai baju sekolahnya terlebih dahulu di kamar mandi, kalau di kamar takutnya suaminya itu tiba-tiba masuk, kan nantik dah beda cerita laginya.
Luziana pun keluar dari kamar suaminya dan pergi menuju tempat meja makan. Saat sudah sampai di meja makan, yang disitu sudah ada mommy Liona, Papi Devan, Meysa dan ada suaminya juga ada di situ dengan pakaian memakai baju jas kerja.
Sejak kapan pria itu memakai baju kerja?. Setahunya, perasaan gak ada suaminya di kamar. Meysa yang melihat kedatangan Luziana. Langsung tersenyum sinis.
"ISTRI MANCAM APAAN TU BANGUNNYA TELAT?"
...----------------...
Sampai jumpa di hari Sabtu🤗
Jangan lupa dukunganya
LIKE
KOMENTAR
VOTE
GIFT HADIAHNYA JANGAN LUPA 😉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 185 Episodes
Comments
Siti Arifatun
😃
2023-12-26
0
𝕗 𝕚 𝕚
lanjut
2023-12-07
0
Jono
lanjut
2023-06-07
0