BUAT PARA READERS MOHON MAAF JIKA GAK SERING UPDATE 🙏🥲. KARENA di Kehidupan nyata author banyak sekali pekerjaan. Sementara ini author bisa update dalam seminggu cuman sekali bab Update. 😴
Tapi tenang ceritanya akan tetap berlanjut hingga tamat. Dan jangan lupa mampir di karya author satu lagi. judulya, Geng motor and school.
SELAMAT MEMBACA.
...----------------...
Luziana memasuki mansion yang begitu mewah, dirinya ternganga melihat isi dalam mansion tersebut, pasti barang-barang perabotan mansion itu harganya sampai ratusan juta. Mereka pun berhenti di ruang tengah dan menatap mommy Liona dengan penuh pertanyaan.
"Nantik malam, kalian berdua jangan lupa ngumpul di meja makan ya." Ucap Mommy Liona memberi tahu menantunya dan Putranya. Meysa yang disamping Renaldy memutar bola matanya jengah.
"Dia ikut makan juga" Ucap Meysa dengan tatapan sinis kepada Luziana. Dirinya gak suka kalau Luziana ikut turut makan malam bareng keluarga. Walaupun sekarang Luziana telah menjadi kakak iparnya, tetap aja cewek itu gak suka pada Luziana.
Mommy Liona mengangguk pelan sembari tersenyum. "Iyahh Luziana ikut juga. Dia kan sekarang sudah bagian dari keluarga kita" Balas mommy Liona seraya mengusap kepala Luziana dengan penuh hangat. Luziana menanggapi penuturan mommy Liona dengan tersenyum canggung.
Meysa berdecak kesal melihat perlakuan Mommy Liona yang begitu hangat pada Luziana. Mereka pun berpisah menuju ke kamar masing-masing.
Kini sekarang pasangan suami istri yang sudah sah itu berada di kamar Renaldy. Bahkan sekarang Luziana terbuat tercengang dengan kamar suaminya, yang begitu rapi dan bagus dari pada kamarnya yang kasur sudah reot kipas angin gak berfungsi habis itu berserakan. Beda dengan kamar suaminya yang ia lihat sekarang ini, ada AC kasur empuk, lemari pakaiannya besar dan terisi begitu banyak pakaian. Warna kamar suaminya itu pun bernuansa warna hitam dan putih. Terkesan sederhana tetapi sangat-sangat mewah.
"Kamar mandi di kamar ini hanya satu saya harap, jangan sampai ada pakaian dalam kau tertinggal di kamar mandi" Ujar Renaldy dengan datar dan penuh penekanan. Perkataan Renaldy mampu membuat Luziana menjadi merona merah karena malu. Kenapa sih pria itu dengan mudahnya berkata seperti itu tanpa basa-basi atau kodean gitu, kan dia sekarang malu.
Luziana mengangguk kepalanya paham. "Iya" Sahut Luziana dengan sembari tersenyum canggung. Renaldy melirik jam tangannya, yang sebentar lagi shalat magrib. Tanpa ngomong apa-apa cowok itu keluar dari kamarnya.
Luziana menatap suaminya yang sudah keluar dari kamar. Perempuan itu pun duduk di tepi kasur sambil pandangan menyapu satu kamar. Dia, tidak masih gak nyangka bakal nikah sama kakaknya Meysa. Apalagi keluarga mereka orang terpandang dan bergelimang harta.
Suara adzan Maghrib pun terdengar. Luziana pun bergegas ke kamar mandi untuk mengambil wudhu. Saat membuka pintu kamar mandi, matanya langsung melongok melihat kamar mandinya begitu luas. Kayak sebesar rumahnya saja. Ia pun menghidupkan kran dan terus berwudhu. Selesai mengambil Air wudhu Luziana menatap dirinya di cermin yang ada masih buliran air di wajah cantiknya. Rambut hitam lebat sepanjang hampir sepinggang dan diujung rambut sedikit bergelombang. Tangannya pun terangkat dan mengikat rambut panjangnya. Dan menggunakan hijabnya kembali, ia tidak ingin menampakkan mahkotanya walaupun pada suaminya. Padahal pria itu sudah melihat seluruh anggota tubuh Luziana. Mereka pun menunaikan ibadah shalat masing-masing di ruang yang berbeda. Yang seharusnya biasanya orang sudah nikah, suaminya jadi iman kini mereka shalat sendiri-sendiri.
...*****...
Suara dentingan sendok dan garpu saling bersahutan di ruang meja makan. Semua Keluarga Hervandez tengah berkumpul di ruang meja makan dan sembari memakan hasil masakan Mommy Liona. Papi Devan yang sebenarnya ada meeting malam ini terpaksa membatalkan demi berkumpul bersama keluarga. Apalagi tambahnya satu anggota keluarga baru di Keluarga Hervandez.
Wanita paruh baya itu dari tadi berbincang-bincang ringan pada Luziana. "Adik kamu siapa namanya, mommy lupa" Ujar Mommy seraya mencoba mengingat nama adiknya Luziana.
"Febby, tante" Balas Luziana seraya tersenyum.
"Ouhh iya namanya Febby hampir aja lupa. Sekali-kali ajak dia main kesini ya. Tunggu-tunggu kamu panggil saya apa" Tanyak Mommy Liona seraya mengeryitkan dahinya. Luziana yang merasa ada yang salah memanggil mertuanya menjadi takut.
"Tante" Balasnya hati-hati. Mommy Liona yang mendengarnya langsung membuat muka segalak-galaknya sambil menatap Luziana. Luziana melihat raut wajahnya kayak marah langsung menundukkan kepalanya takut.
"Saya udah bilang kamu harus panggil saya, mommy. Bukan Tante ngerti. Dan juga memanggil ayah mertua kamu papi" Ucap Mommy Liona dengan penuh penekanan tapi terkesan lembut cara bicaranya. Mommy Liona memperingatkan itu karena bahwa mereka gak suka menantunya memanggil dengan sebutan orang tua suaminya dengan sebutan Tante dan om.
"Baik Mommy" Sahut Luziana pelan. Papi Devan yang tadi hanya menyimak saja kini membuka suara.
"Agh, Mommy jangan begitu sama Luziana. Kan dia baru jadi menantu di keluarga kita. Jadi maklum susah memanggil kita yang orang tua suaminya, dengan sebutan Papi dan mommy" Ujar Papi Devan dengan penuh pengertian. Meysa memutar bola matanya dengan malas mendengarnya. Bahkan kuping cewek itu terasa panas mendengar perbincangan orang tuanya dengan Luziana.
"Bisa gak sih gausah lebay. Dan lo ya rakyat jelata. Lo disini cuman beban disini. Jadi gausah bangga-bangga kalau Lo dah nikah sam-"
"Meysa jaga omongan kamu, dia itu Kakak ipar kamu" Sergah mommy Liona dengan emosi.
Meysa mendengar perkataan mommynya tertawa sinis. "Kakak ipar?. Kakak ipar darimananya umur kami berdua aja sebaya. Itu di sebut kakak ipar?. Kayaknya lebih cocok di sebut babu deh". Balas meysa dengan enteng.
Papi Devan mendengar perkataan putrinya langsung menjadi emosi. "Meys-" Belum melanjutkan perkataannya namun sudah di hentikan oleh Renaldy dengan bahasa isyarat.
"Luziana kau pergi ke kamar" Titah Renaldy dengan nada dingin. Luziana yang di perintah di suruh ke kamar. Perempuan itu pun bangkit dari kursinya.
"Saya permisi ke kamar dulu ya Mommy, Papi" Pamit Luziana dengan ramah seraya tersenyum.
"Gausah sebut nama orang tua gue dengan sebutan Mommy, papi. Kirain itu orang tua lu" Ucap meysa dengan sinis. Mereka ingin membalas perkataan Meysa tidak bisa karena Renaldy memberi bahasa isyarat agar tetap diam.
Luziana yang tadi mendengar perkataan Meysa. Perempuan itu biasa-biasa saja, gak sakit hati. Ia pun berjalan menuju ke kamar suaminya.
Merasa Luziana sudah pergi dan tidak terlihat lagi. Renaldy pun menghela nafas panjang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 185 Episodes
Comments
Tya Dito
iya kasihan luziana al km msu tubuhnya kenapa gengsi banget jadi orang kok bsa bedakan mana baik dan tdk katanta abdi negara
2023-06-16
0
Devi Sihotang Sihotang
renaldy kelewatan x belain meysa... meysa yg mulutnya kasar pun bukan nya di nasehati
2023-03-17
1