Pagi yang begitu cerah pun datang, sedikit cahaya matahari pun masuk dari sela-sela kamar. Seorang gadis tapi bukan merupakan seorang gadis lagi, melainkan seorang perempuan yang tengah tidur terlelap di kasur.
Tiba-tiba perempuan itu terbangun dari tidurnya. Cara bangunnya, dari tidur seperti orang terkejut, kayak orang baru bangun dari mimpi buruknya saja. Pandangannya pun menyapu satu kamar hotel. Ia meminjit pelipisnya yang sedikit terasa pusing. Apa yang telah terjadi semalam dirinya tidak tau. Bahkan terlihat dari penampilan perempuan itu biasa-biasa saja sama seperti semalam dirinya kenakan dan seprainya juga. Dan seperti kayak semalam. Kemudian kayak tidak terjadi apa-apa.
Ceklek...
Suara pintu terbuka pun terdengar. Ia pun menoleh kearah pintu dan terlihat seorang wanita pelayan hotel. "Nona di panggil tuan Renaldy di suruh ke restoran di hotel ini" Pinta wanita Pelayan hotel tersebut dengan ramah. Nona yang di panggil pelayan itu adalah Luziana. Luziana mengeryitkan dahinya heran dengan ucapan pelayan hotel tersebut. Tuan Renaldy? siapa dia?, namanya kek gak asing?. batin Luziana.
"Nona" Panggil pelayan wanita hotel itu karena tidak mendengar sahutan dari nonanya tersebut.
Lamunan Luziana pun buyar. "O'uh ya nantik saya datang" Sahut Luziana gak kalah ramah. Wanita Pelayan hotel tersebut pun izin pamit dan menutup pintu kamar hotel nonanya tersebut.
Saat ingin bangkit dari kasur, tubuhnya kayak terasa remuk dan daerah intimnya juga terasa sakit. "Kenapa terasa sakit sekali ya." Gumamnya merasa sakit ditubuhnya dan juga di daerah bawahnya. Ada apa dengannya kok bisa merasakan sakit di badannya dan juga di bagian bawahnya. Ia pun mencoba mengingat-ingat apa yang telah terjadi semalam. Beberapa menit ia mencoba mengingat-ingat apa yang telah terjadi semalam hasilnya nihil, yang ada kepalanya terasa ingin pecah mencoba mengingat apa yang telah terjadi semalam.
Luziana pun bergidik ngeri di kamar hotel tersebut. Karena mungkin saja dirinya baru pertama kali tidur kamar hotel, makanya badannya jadi sakit dan juga daerah intimnya. Tetapi kayak tidak masuk akal, dahlah biarin aja gausah terlalu di pikirin. Batin Luziana.
Tiba-tiba ia kayak teringat sesuatu tapi apa?. "Renaldy" Gumam Luziana terhadap nama Renaldy kayak gak asing bagi dirinya.
"Ouh iya... Renaldy itu suami aku sendiri kok bisa lupa ya." Monolog Luziana sambil menggaruk kepalanya yang terasa gatal. Bahwa perempuan itu sudah lupa kalau ia baru kemarin sudah menikah dengan lelaki bernama Renaldy.
Tanpa ingin di tunggu lama-lama sama orang yang telah menjadi suaminya itu. Ia pun cepat-cepat membersihkan tubuhnya. Setelah berselang beberapa menit dirinya pun siap. Ia pun keluar dari kamar hotel tersebut dan pergi menuju tempat suaminya berada.
Luziana berjalan terlihat seperti tertatih-tatih dan raut wajahnya pun terlihat seperti mencari sesuatu. "Nona ada bisa saya bantu" Tanyak resepsionis hotel kepada Luziana yang tidak jauh darinya. Seketika Luziana menoleh pada tempat suara tersebut.
"Ouh iya, mbak bisa nunjukin tempat restoran hotel ini di mana? boleh gak." Soalnya Luziana dari tadi mencari dimana tempat restoran hotel bintang lima tidak ketemu-temu. Padahal ia sudah menghabiskan beberapa jam mengelilingi hotel besar dan mewah ini.
"Hem boleh nona. Nona bisa lurus aja dan jangan lupa belok kiri dah langsung nampak restorannya nona" Ujar resepsionis mengasih tahu dimana letak restoran hotel mewah ini berada. Luziana pun mengangguk kepalanya paham dan berterimakasih kepada resepsionis tersebut.
Ia pun kembali melanjutkan langkahnya yang terhenti. Gak lama kemudian ia pun sampai di sebuah restoran di hotel bintang lima. Luziana pun mengedarkan pandangannya mencari keberadaan suaminya.
Di tempat lain. Renaldy duduk di kursi restoran itu dengan perasaan gusar atas kejadian percintaan semalam. Dan juga kesal melihat istrinya yang gak kunjung datang. Cowok itu bukan tipe suka menunggu orang dan tidak suka basa-basi. Kalau ada seseorang ada keperluan dengannya orang itu sendiri harus datang padanya dan juga sebaliknya begitu kalau ia butuh keperluan sama seseorang. Tetap orang yang, ia perlu itu datang padanya. Baginya menunggu seseorang walaupun orang itu penting tetap saja buang-buang waktu. Lebih baik jika ingin bertemu dengannya harus buat janji terlebih dahulu, jadi tidak saling menunggu dan langsung membahas apa tujuan ingin bertemu dengan CEO Renaldy.
Meskipun begitu tetap banyak juga orang penting yang ingin menemui Renaldy. Apalagi mendengar dan melihat berita-berita bahwa perusahaan Company Hervandez sekarang lebih maju dan pastinya di handle oleh Renaldy. Cara kerjanya pun tidak bertele-tele.
Orang yang di tunggu pun datang ia tersenyum canggung telah membuat Renaldy menunggunya. "Em maa-"
"Kenapa kau lama sekali." Potong Renaldy datar dan dengan nada dingin. Luziana menggaruk kepalanya sembari tersenyum canggung.
"Aku tadi tidak tau dimana restorannya. Makanya jadi terlambat, dan aku juga minta maaf telah membuat kamu menunggu" Balas Luziana seraya tersenyum tipis pada suaminya yang Pandangan menatap kearah meja. Karena tidak tau dimana restorannya, membuat ia harus mengelilingi hotel bintang lima ini dan menghabiskan beberapa jam. Capek-capek mengelilingi hotel bintang lima ini lupanya restorannya berada di lantai satu dan menemukannya tidak susah.
"Saya tidak suka dengan orang terlambat, lain kali kau jangan terlambat lagi kalau tidak mau saya tinggal" Ujar Renaldy datar. Dan nada bicaranya pun dingin terdengar sangat dingin.
"Silahkan kamu duduk, dan pesan makanan yang kamu ingin. Habis itu kita pulang dari sini "Luziana pun menarik kursinya dan mendaratkan bokongnya di kursi tersebut. Perempuan itu menatap suaminya yang dari tadi tidak menatapnya. Ada menatapnya tapi cuman sekilas.
"Saya tidak suka dengan orang terlambat , segeralah pesan makanan atau saya tinggal" Mendengar nada peringatan cowok itu. Cepat-cepat Luziana membuka buku menu.
Mata Luziana membulat lebar melihat harga makanan cukup sangat mahal dari buku menu "Buset harga makanannya mahal semua" Gumamnya. Luziana tidak tahu harus memesan makanan apa, soalnya harga makanan yang ia lihat di buku menu, harga makanannya mahal semua.
Renaldy yang tau Luziana tampak bingung ia membuka suara. "Pilihlah makanan yang kau inginkan, gausah terlalu memikirkan harganya. Karena aku yang akan membayarnya." Ujar cowok itu dengan nada dingin.
Mata Luziana berbinar-binar. "Serius?" Tanyak Luziana dengan nada tinggi. Ia cukup bahagia kalau makanannya akan di bayar suaminya, memang tugas suami membayarin apa yang diinginkan istri.
Renaldy menatap Luziana dengan sorot mata tidak suka. Luziana yang tahu maksud Renaldy yang tidak suka dengan penuturan dengan nada sedikit tinggi, perempuan itu pun meminta maaf. "Em maaf ya" Ucapnya merasa bersalah karena dirinya sampai orang yang berada restoran tersebut menatap mereka.
Cowok itu hanya diam, datar tanpa membalas permintaan maaf Luziana. Perempuan itu pun hanya biasa saja yang melihat suaminya tidak membalas perkataan maafnya.
Setelah melihat menu mereka berdua pun memesan makanan. Gak lama kemudian yang mereka pesan pun datang. Makanan yang dipesan Luziana sama dengan Renaldy, bukan kebetulan sama. Tapi Luziana sendiri yang pesan makanannya minta di samakan aja dengan Renaldy. Karena makanan disini terlalu mahal walaupun akan di bayarin oleh suaminya, tetap saja perempuan itu kayak gak enakan dan malu kalau di bayarin suaminya sendiri. Biasanya Luziana kalau di bayarin dengan senang hati memesan makanan yang ia sukai, tapi tetap saja tau diri, dan memilih pesanan makanan yang tidak terlalu mahal.
Luziana berbinar-binar menatap makanan yang sangat terlihat lezat yang sudah dihidangkan atas meja. Satu suapan daging sapi steak masuk dalam mulutnya. Saat mengunyah rahangnya terasa sangat sakit. Padahal daging steaknya lembut sekali.
Melihat perempuan itu berhenti membuat Renaldy sedikit penasaran. "Kau kenapa" Tanyaknya datar. Pandangannya Luziana menunduk kini menatap suaminya. Ia pun mengeleng kepalanya pelan.
"Gak ada apa-apa" Balas Luziana dengan seraya tersenyum hangat. Cowok itu mendengar jawaban Luziana tetap saja dengan wajah khasnya datar, padahal ia kayak merasa aneh dengan jawaban perempuan itu. Namun perasaan seperti itu ia tepiskan. Renaldy seakan tidak mau memedulikan istrinya.
Dirinya sangat cukup pusing dengan percintaan semalam. Biasanya melakukan berhubungan suami-istri membuat hubungan makin dekat tapi ini kayaknya makin menjauh.
Paling sangat memusingkan adalah memikirkan bagaimana benihnya itu menjadi seorang malaikat kecil di rahim perempuan tersebut. Tugas panggilan dari negara mungkin saja ia tidak bisa ikut, karena di larang mommy Liona sebab Luziana itu hamil.
Sebagai abdi negara ia harus memang ikut, tapi bisa saja pemimpin bertugas di gantikan sama orang lain. Tetapi cowok itu memang ingin sendiri ikut dalam bertugas. Apalagi tugas dari panggilan negara ini, lebih susah daripada sebelumnya para pasukan tentara lain sangat membutuhkan seorang Jenderal mereka ikut serta dalam bertugas ini. Seorang sang pang Lima tempur Renaldy dirgantara Hervandez.
"Kau makan jangan lama-lama, habis ini kita pulang kerumah" Ujar Cowok itu datar. Memberi tahu Luziana bahwa mereka selesai siap makanan ini akan kerumah mommy Liona, dimana orang tuanya tinggal. Karena Renaldy nantik akan bertugas lebih baik istrinya itu tinggal bersama di rumah orang tuanya untuk sementara waktu. Lagipun tidak ada yang protes dengan keputusannya. Bahkan Papa Haris dan Mama Safira sangat suka dan senang dengan keputusan Renaldy malahan bagi Papa Haris lebih baik Luziana itu tinggal di rumah mertuanya untuk selamanya. Jadi rasa hutang Budi mereka dengan keluarga Hervandez terbalas dengan kehadiran Luziana. Yang mungkin akan membantu Mommy Liona sedikit-dikit dalam hal rumah tangga.
Luziana pun kembali mengunyah steak dagingnya tapi tetap saja rahangnya terasa sakit. Ia pun tetap mengunyahnya dengan pelan dan berusaha untuk cepat karena mendengar peringatan cowok itu.
Suara wanita terdengar sedikit heboh walaupun sedikit. Mereka kayak berbisik sesuatu dan pandangan mereka asik menatap kearah Renaldy. Luziana cukup risih dengan wanita yang berada di restoran tersebut. Bukan merasa risih karena suaminya di lihat para wanita dengan tatapan dambaan bukan. Melainkan ia ikut juga terseret gosipan mereka. Bahkan para wanita di situ menatapnya kayak gak suka.
Siapa sih tidak terpesona dengan ketampanan Renaldy rahang yang kokoh badannya kekar, tegap, ketampanannya seperti bak dewa. Dan memiliki harta yang berlimpah kemudian tampilannya sangat sungguh mempesona kaum hawa. Bahkan cowok yang di sekitar disitu mengakui ketampanan Renaldy dan kehebatannya. Para cowok berada sekitar disitu rasanya ingin sekali berjabat tangan pada pengusaha bisnis terkenal baru ini. Dalam seminggu Renaldy sudah terkenal dalam dunianya berbisnis sampai orang-orang ingin berkerja sama kepada Renaldy.
Luziana mencoba mengacuhkan para wanita yang sedang menatap mereka itu dan fokus pada makanannya. Rasa penasaran tiba-tiba muncul di benaknya.
"Kamu semalam tidur mana?." Mendengar Pertanyaan Luziana. Renaldy yang sedang makan pun berhenti. Tiba-tiba rahang laki itu mengeras dan memengang erat sendok dan garpu kuat seakan ingin mematahkannya.
...----------------...
LANJUT GAK?
JANGAN LUPA DUKUNGANYA
LIKE
VOTE
KOMENTAR
DAN JANGAN LUPA GIFT HADIAHNYA
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 185 Episodes
Comments