Perkumpulan anak sekolah yang tinggal beberapa orang. Berkumpul di satu tempat mengelilingi orang lagi bertengkar.
"Dasar anak gak pernah di didik sama orang tua." Cibir meysa pada Luziana, dengan bersedekap dada . Waktu pulang sekolah sebenarnya sudah beberapa menit yang lalu. Ntah ada masalah apa mereka sampai berdebat begini. Sampai orang gak mau pulang hanya untuk menonton pergaduhan ini .
"Gausah bawa bawa nama orang tua ya!." Balas gak suka Luziana. Ia tidak mau permasalahan seperti ini membawa nama orang tuanya. Padahal orang tuanya tidak, melakukan kesalahan-kesalahan apa-apa. Kenapa harus di bawa bawa.
"Udah Lun." Ucap Karina yang berada di sampingnya. Ia seharusnya sudah ada di rumah. Kini masih berada di sekolah. Karena pertengkaran Luziana dengan meysa. Sejak tadi Karina ingin melerai pertikaian mereka. Yah gimana dua gadis itu gak ada mau ngalah sedikit pun. Yang biasanya di lerai sama Vian. Kini pastinya cowok itu sudah pulang.
"Kenapa gak suka. Dengerin ya, Lo tu dah miskin. Lo sekolah sini karena beasiswa dari keluarga gue. Karena apa, orang tua Lo tu gak mampu bayarin Lo sekolah." Ucapan yang sungguh menyakitkan sampai ke hulu hati. Ia tidak tau seberapa banyak malam begadang gadis itu hanya belajar, dan berusaha mendapatkan beasiswa. Mendapatkan beasiswa, gak mudah seperti balik telapak tangan. Tapi dengan kegigihan nya, ia berhasil. Masuk sekolah paling elit dengan gratis. Dan mendapatkan beasiswa itu dari siapa?. Dari keluarga Hervandez. Kalau di bilang orang tua Luziana. Sebenarnya sangat mampu membiayai ia bersekolah. Tapi orang tuanya tidak pernah peduli dengan nya. Kalau ingin masuk sekolah yang elit. Yah berusaha mendapatkan itu. Bahkan kejuaraan yang di dapat kan tidak pernah di apresiasi kan oleh orang tuanya. Beda dengan adiknya yang selalu di sayang padahal adiknya tidak pernah mendapat juara apapun. Terlebih lagi Adiknya juga masuk sekolah elit yang di biayai oleh orang tua nya sendiri. Tidak seperti dirinya yang haru berusaha masuk sekolah elit itu.
"Hei meysa. Ngomong itu kira-kira." Ucap Karina yang tidak suka dengan perkataan perempuan itu.
"Kenapa. Emang benar itu kenyataannya kan." Balas meysa dengan tersenyum sinis.
"Ouh ya. Emang apa yang kau bilang itu benar. Kalau aku itu dapat beasiswa dari keluarga Lo. Asal Lo tau, emang lu bisa keluarin gue dari sekolah ini. Anak yang pintar di kelas yang mendapat kan rangking satu. Sedangkan Lo ranking dua." Luziana bukan tipe, orang mempamerkan kepintarannya. Soalnya ini lagi mendesak dari pada di injak-injak lebih baik kita lawan.
Benar apa yang di bilang Luziana. Ia tidak pernah bakal bisa, mengeluarkan gadis itu dari sekolah elit ini. Padahal beasiswa itu dari keluarga nya. Bukannya gak bisa orang tuanya tidak mengizinkan nya. Masalah pribadi jangan bawa-bawa dalam hal beasiswa. Itu kata yang di sering di ucapkan oleh orang tuanya.
"Sombong banget lu." Meysa tertawa meremehkan. Menatap gadis yang begitu tinggi darinya. Sedangkan dirinya pendek.
"Seharusnya Lo yang sadar meysa." Balas Karina. Kalau yang sombong itu adalah meysa, bukan Luziana. Dan sebaiknya cewek tu ngaca dulu sebelum menjelekkan orang.
Perkataan dari Karina tidak di gubris oleh meysa. Ia cuman punya masalah hanya sama Luziana bukan Karina.
"Ingat Lo gak bakal pernah jadi orang kaya raya seperti keluarga gue. Lo bakal tetap jadi rakyat jelata." meysa mendorong tubuh Luziana. Hampir aja gadis itu jatuh kalau tidak segera mengimbangi tubuhnya. Luziana yang tidak mau kalah juga balik mendorong meysa. Hingga gadis itu terjatuh.
"Kurang ajar loh yah." Meysa melayangkan tangan nya untuk menampar pipi mungil Luziana.
Plak
Suara begitu nyaring terdengar. Para anak sekolah yang menonton pergaduhan itu, menutup mulut nya dengan tangan melihat tamparan dari meysa. Luziana ingin membalas balik. Namun segera di cekal oleh Karina.
Kenapa Karina tidak terlalu ikut campur pertengkaran Luziana dan meysa. Karena gadis itu malas melerai pertikaian mereka yang tidak ada habisnya. Lebih baik dia diam. Tapi bukan nya dia diam tidak membela teman karibnya. Karina juga sudah di larang oleh Luziana. Jangan terlalu lalu ikut campur urusan nya dengan meysa. Kata Luziana. Dan gadis itu tidak mau teman karibnya terbawa masalah karena dirinya.
Bola mata Karina membulat sempurna. Melihat cowok yang begitu ia kenalin dan sekarang makin begitu tampan saja. Dengan tubuh nya yang tegap dan kekar. Berjalan mendekati mereka. Ia mencekal lengan Luziana. Karena apa!. masalah nya bakal akan jadi rumit. Jika cowok itu melihat nya. Bahkan bukan dirinya saja. Orang sama hal kaget melihat lelaki tampan itu. Sampai para wanita yang berkumpul disitu ternganga melihat nya. Para cowok SMA yang masih situ juga menatap kagum pada lelaki itu. Sekolah SMA yang bernama Harvard. Yang dimana para mereka menimbang ilmu, termasuk. Luziana, meysa, Karina dan perkumpulan anak sekolah yang menonton pergaduhan tersebut. Murid yang berada disitu sangat mengenali siapa sebenarnya lelaki tubuh tegap dan kekar itu.
"Ck' apa sih lu ah. Karina." Berdecak kesal Luziana karena tangan nya di cekal. Melihat para orang yang berkumpul disitu mancam kaget melihat sesuatu. Meysa segera membalikkan badan dan menatap seseorang yang ia sangat rindu kan.
Mata meysa langsung berbinar-binar melihat kakaknya datang menghampiri nya. "Kak Al." Pekik meysa seraya berlari mendekati kakak tersayang nya. Al langsung merentangkan tangannya dan membalas kan pelukan adik tersayang nya.
Renaldy datang sekolah SMA Harvard itu hanya ingin menjemput adik tersayang nya adalah meysa Fiola Hervandez.
Flash back
"Mommy Meysa mana?." Yang dari tadi tidak melihat keberadaan adik kesayangannya itu. Biasanya adiknya itu langsung menemui dirinya. Seperti waktu pas sebelum jadi tentara. Kalau dirinya pulang, pasti ada adiknya menyambut kehadiran nya. Namun sekarang ia tidak melihat sedikit pun, batang hidung adiknya kemana kah adiknya itu.
"Ouh meysa lagi di sekolah." Balas Liona. Ia melihat jam di dinding yang sudah pukul waktu pulangnya meysa dari sekolah."Meysa dah waktu nya pulang sekolah. Mommy panggil pak Anto dulu ya. Untuk suruh jemput meysa di sekolah." Sambung nya lagi.
"Gausah mommy. Biar Al jemput aja meysa." Ucap Renaldy menawarkan diri untuk menjemput adiknya.
"Gausah. kan, Al baru pulang pasti capek kan. Lebih baik pak Anto aja yang jemput." Nolak Liona atas tawaran putranya. Ia ingin putra sulung beristirahat karena baru pulang dari perjalanan jauh.
"Gpp mommy. Biar Al aja jemput meysa. Al gak capek kok" Balas kekeuh Renaldy. Ia tetap berusaha ingin sendiri yang menjemput adiknya itu.
Papi Devan memberikan isyarat kepada istri agar memperbolehkan, Renaldy menjemput meysa.
Liona menghela nafas panjang. "Yaudah kamu boleh jemput. Tapi kamu harus ganti baju kamu dulu oke." Pinta Liona dengan lembut. Renaldy mengangguk kepalanya sebagai jawaban. Cowok itu pun melenggang pergi. Namun beberapa langkah Liona memanggil Renaldy. Dan cowok itu memberhentikan langkah nya.
"Al kamu tau kan. Sekolah meysa dimana." Tanya Liona dengan nada sedikit tinggi.
"Tau. Meysa di SD Nusantara." Balas Renaldy. Tawa dua pasangan paruh baya itu pecah. Mendengar kalau Al menganggap adiknya masih SD. Melihat orang tuanya ketawa, Renaldy menjadi heran.
"Umur kamu berapa." Tanya Liona. Dan jangan sampai putra nya itu lupa dengan umur nya sendiri.
"26". Sahut Renaldy datar. Apa yang tadi pikiran tentang putranya. Bahwa ia lupa dengan lupa umur sendiri. Ternyata salah lupanya putranya masih ingat dengan umurnya.
"Ter-." Belum selesai perkataan nya. Namun sudah di potong oleh suaminya.
"Adik mu. Sudah SMA Al." Potong Devan dengan nada naik beberapa oktaf. Sampai diakhir kalimat lelaki paruh baya itu terkekeh. Melihat putranya lupa dengan meysa. Yang sekolah sudah mencapai ke jenjang apa. Dan menganggap bahwa meysa masih SD. Karena pas terakhir dirinya masih belum menjadi tentara. Adiknya itu aja masih jenjang SD.
Mommy Liona merenggut melihat suaminya asal main potong perkataannya."Ihh papi kenapa potong perkataan mommy sih." Ucap kesal Liona. Devan cengengesan sekaligus takut terhadap istri nya.
"SMA mana." Tanya Renaldy datar.
"SMA Harvard Al." Sahut mommy Liona. Cowok itu pun segera pergi kelantai atas dimana kamarnya berada. Setelah selang beberapa menit. Cowok itu pun selesai membersihkan tubuhnya. Ia pun menuju ke garasi dan menyetir mobil sport nya. lelaki itu pun pergi dari tempat itu juga menuju SMA Harvard.
"Sayang".
"Iya ada apa."
"Umur al kan. Dah dua puluh enam tahun. Gimana Al kita nikahi aja." Ujar Papi Devan. Mengetahui umur putranya yang sudah menginjak usia dua puluh enam tahun. Rasanya ingin ia sekali menikah kan putranya dengan anak perempuan sahabat nya itu.
"Boleh juga. Emang Al mau?"
FLASH OFF
Iri, pengen. Itulah orang yang lagi rasakan sekarang. Melihat adegan itu, mereka semua menjadi terharu melihat pelukan adik dan seorang kakak. Saling melepaskan kerinduan yang pernah didalam hati. Sedangkan Luziana melongo heran, menatap adegan itu. Soalnya ia tidak kenal sama sekali sama lelaki itu. Bahkan hampir seluruh murid SMA Harvard mengenali Renaldy dirgantara HERVANDEZ. Seorang anak sulung pengusaha paling terkaya. Dan juga pemilik yayasan sekolah elit SMA Harvard. Luziana menggaruk kepala yang berbalut jilbab dengan bingung. Ia menatap Karina, tengah menangis melihat adegan tersebut.
"Kak Al sejak kapan kakak pulang. Kenapa selama ini kak kak Al gak pernah kasih kabar kepada kami. Apa kak Al gak sayang lagi sama meysa." Pertanyaan mengebu-ngebu ia lontarkan kepada Renaldy. lelaki itu mengangkat jemarinya untuk menghapus air mata adiknya.
"Nanti ya! Pas di dalam mobil kakak jelasin ya." Pinta Renaldy. Meysa mengangguk kepalanya sebagai jawaban. Dan segera mendekati perkumpulan yang tadi menonton pergaduhan dan adegan tersebut. Untuk mengambil tas nya yang berada di lantai.
Meysa mengambil tas ransel nya berwana pink tergeletak di lantai. "Rakyat jelata jelata. Lebih baik Lo tau diri. Sebelum ingin lawan gue. Karena apa?! Lo gak bakal sebanding dengan gue. Encamkan itu". Ucap pelan meysa. Namun mampu di dengar beberapa dari orang yang menonton pergaduhan tersebut.
"Lo ki-." Belum melanjutkan perkataannya. Mulut nya sudah di tutup oleh Karina dengan tangan nya.
"Lebih baik kau diam. Kalau masih ingin melihat matahari pagi besok." Ucap penuh penekanan Karina. Jangan sampai banget, Luziana mengasari atau beradu mulut dengan meysa di depan Renaldy. Pastinya ia akan besoknya tidak melihat matahari hari pagi lagi.
Mata Renaldy dan Luziana bertemu. Tatapan diantara mereka berdua susah ucapkan dengan kata kata. Tangan Karina yang menutup mulut teman karibnya terlepas. Meysa dan Renaldy yang baru berjalan beberapa langkah. Kini berhenti mendadak.
"Banyak omong lu meysa. Dasar telur busuk" Pekik kesal Luziana. Karina berada di samping Luziana rasanya pengen menghilang dari bumi. Kenapa teman karibnya itu susah di bilangin.
"Yang lu lawan bukan meysa lagi oii.. Sedih banget aku bilang nya. Moga aja tuhan memberikan hidayah pada umat seperti mu. Aku lebih baik bobo cantik aja." Gumam Karina yang rasanya ingin nanggis. Luziana sebenarnya bisa sampai kapan pun, bisa adu mulut sama meysa. Gak bakal terjadi apa-apa kok.Tapi-.
"Ada Kakaknya oi Luziana. Ya Allah ampunilah dosa temanku satu ini. Moga nantik dia pergi dengan tenang. Karena Dia sangat tol*l. Apalagi Kakaknya tentara pula hiks hiks. Pengen rasanya insaf terus. Nengok badannya aja yang kekar. Aku dah ketar ketir ni Cok. Bismilah mati." Karina menutup muka dan mata Luziana dengan kasar.
"Aduh." Ringgis Luziana muka nya pukul pakai tangan dan tangan itu masih berdiam di muka nya. Hingga sampai ia tidak bisa melihat karena ada tangan itu menghalanginya.
Luziana menghempas tangan Karina dengan susah payah. "Apaan sih Karina. asal main Ngemplak muka orang aja." Ucap kesal Luziana.
Karina tersenyum sangat lebar. Dan senyuman mulut nya itu seperti hampir robek karena terlalu lebar nya."Lo mending pura pingsan gitu, atau pura pura mati kek. Karena malaikat Izrail lagi di depan lu. Sekarang gausah banyak omong lagi, sebentar lagi kau menghadap ilahi." Tangan Karina terangkat mengusap wajah Luziana.
Luziana mencebik kesal. karena tangan Karina asik mengusap wajahnya aja. Jarak yang tidak jauh terlihat Meysa memutar bola matanya malas melihat mereka yang gajelas menurut nya. Sedangkan perkumpulan murid yang nonton itu. Tengang atas perkataan Luziana, dan merasa lucu mencampur aduk menjadi satu.
Renaldy menatap mereka dengan tatapan yang susah di artikan.
"Kak Al." Panggil meysa.
"Hmm. Iya ada apa." Sahut lembut Renaldy.
"Cewek itu kan-".
"Astagfirullah gempa, gempa bumi." Pekik Karina heboh sendiri. Sambil menggoyang tubuh Luziana. Mereka semua menjadi siap siaga. Namun kok gak ada rasa gempa. Batin mereka semua.
Perkataan meysa yang putus. Mencebik kesal. Ia tahu, kalau karina. Ingin ia tidak bisa mengungkapkan apa yang telah gadis itu lakukan padanya.
"Mana gempa gempa." Ucap Luziana juga ikut panik.
"Cepat lari lun." Teriak Karina sambil menarik tangan Luziana. Sebelum itu ia membungkuk badannya sebagai tanda permintaan maaf pada Renaldy. Sedangkan Luziana dengan polosnya heboh, dan takut sendiri. Padahal gak ada gempa.
Mereka semua menahan ketawa setengah mati. Rasanya ingin tertawa sekencang kencangnya. Melihat kelucuan Karina dan Luziana. Namun mereka tahan. Karena ada Renaldy.
Renaldy menatap datar kepergian dua gadis itu. Yang menurut nya aneh, padahal gak ada terasa sedikit pun gempa. Paling mengganjal adalah kenapa?. Cewek gadis berjilbab itu seperti tadi menjelekkan adiknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 185 Episodes
Comments
Melia Gusnetty
maaf thor..tlng kata2 nya d perbaiki lg..biar gk pusing baca nya🙏
2024-01-01
0
Yuliati
thor umur 26 th kok sdh jendral bintang 4 ya perwira gitu masih pantas klo jedral ya sdh tdk blusukan ke hutan
2023-12-07
0
Wa Ode Istika Mayasari
duh thor gini amat bkin pusing typo, kblik2 ktax, kurang2, dan g tau lg .. maaf yah thor .. 🙏
2023-12-06
0