Bibi Line mencium aroma panas dingin pada kedua anak yang saat ini sedang dia awasi. Saat sarapan, tak ada kata yang terucap dari bibir keduanya. Hanya denting sendok yang beradu dengan piring. Bahkan Rinjani sama sekali enggan untuk menatap Hazel, meskipun Hazel terus mengamati gerakan Rinjani.
"Aku bisa jelaskan mengapa Bella bisa ikut aku pulang. Aku tak sengaja bertemu dengannya di loby dan dia ngotot untuk ikut aku kesini," jelas Hazel, meskipun Rinjani tak memintanya untuk memberikan penjelasan.
Hati Rinjani masih terasa kesal saja lantaran Hazel masih menanggapi Bella yang jelas-jelas memiliki rasa kepada dirinya. Sementara Hazel tidak bisa sedikitpun untuk melawannya.
"Bibi Line, siapkan aku bekal! Hari ini aku akan mengikuti ekstrakurikuler jadi aku akan pulang sore!" kata Rinjani setelah menyantap sarapannya.
"Siap Nona muda."
Lagi-lagi Hazel hanya bisa menatap punggung Rinjani saat berlalu meninggalkannya. Hazel sendiri tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Hazel tidak ingin salah langkah jika tidak akan menghancurkan bisnis Daddy-nya.
Saat ini Daddy-nya sedang melakukan kerjasama dengan perusahaan milik papanya Bella. Sebelum ada kesepakatan deal, Hazel harus bisa menjaga sikap. Namun, setelah perusahaan Daddy-nya memiliki celah dan bisa mengendalikan perusahaan milik papanya Bella, Hazel tidak akan memberikan celah Bella untuk mendekatinya. Saat ini memang terasa sangat berat untuk Hazel. Namun, dia harus tetap bersabar menunggu waktu itu tiba.
"Bibi Line, aku juga berangkat," kata Hazel yang sudah menyandang ranselnya.
"Iya. Hati-hati ya."
Wanita yang dipanggil bibi Line membuang napas beratnya. Aroma panas dingin itu benar-benar terasa sangat jelas. "Anak masih kecil kok sudah dinikahkan sih?" Bibi Line menggelengkan kepalanya pelan.
Mentari merasa sangat senang ketika Rinjani memutuskan untuk bergabung di team cheerleadernya. Sudah lama Mentari mengajak Rinjani untuk bergabung, tetapi Rinjani selalu menolaknya. Dan kini Rinjani datang menyerahkan dirinya untuk bergabung.
"Sumpah gue senang banget, akhirnya lu menyerahkan diri juga. Kenapa nggak dari dulu sih, Rin? Jangan-jangan semua ini karena pangeran Cakrawala, ya? So sweet banget sih kalian?" Mentari merasa sangat bahagia.
"Gue cuma lagi males aja di rumah."
"Well gak masalah apapun alasannya. Yang penting lu udah nyerahin diri aja udah buat team gue seneng."
***
Karena Rinjani sedang malas, akhirnya dia memutuskan untuk tetap di kelas meskipun Cakra telah mengajaknya untuk ke kantin. Hari ini hatinya sedang tidak mood karena bayangan Hazel dan Bella malam tadi terus terngiang-ngiang.
"Kenapa gak ke kantin?" tanya Hazel yang kebetulan masih berada di dalam kelas.
Rinjani melirik ke arahnya. "Suka-suka gue," ketusnya.
"Ya udah, aku tinggal ya."
Selain moodnya tak jelas, perut Rinjani juga terasa sakit. Sudah tidak heran lagi dengan kram yang melilit. Rinjani baru menyadari jika saat ini tamu bulanan sedang datang secara tiba-tiba. Tamu yang tak diundang datang di waktu yang tidak tepat. Rinjani berpikir keras agar bisa menutupi noda jejaknya yang pasti sudah menempel di roknya.
"Sial! Kenapa harus di sekolahan sih? Kan gue nggak bawa persiapan apa-apa." Rinjani menggerutu pada dirinya sendiri.
Saat Rinjani sedang sibuk dengan pemikirannya, tiba-tiba Shereena dari kelas IPA datang mengejutkannya.
"Lu ngapain kesini? Hazel gak disini," kata Rinjani saat melihat wajah Shereena di depannya.
"Siapa juga yang lagi nyariin Hazel. Nih, aku bawa titipan dari bunda kamu." Shereena memberikan sebuah paper bag berukuran sedang kepada Rinjani.
"Apaan ini?" Rinjani mengernyit.
"Kata kak Arga itu persiapan untuk kamu. Kali aja kamu lupa."
"Kaka Arga?" cicit Rinjani.
Shereena yang menyadari akan ucapannya segera menutup mulutnya rapat. "Ups, kayaknya aku harus segera pergi deh. Daaa Rinjani." Shereena berlari kecil meninggalkan kelas Rinjani.
Rinjani masih membeku menetap kepergian Shereena. Pikirannya langsung membenarkan dugaan Hazel, jika ada sesuatu yang sedang terjadi antara kakaknya dan juga adik iparnya.
"Ini kan ...." Rinjani merasa bersyukur. Masalah kecil seperti ini saja bundanya masih peduli kepada dirinya. Tiba-tiba air mata Rinjani malah menetes. Dia merasa haru dan juga merindukan bundanya.
"Bunda ... makasih. Bunda adalah malaikat untuk Rinjani. Selamanya bunda akan tetap menjadi malaikat untuk Rinjani meskipun Rinjani sudah memiliki kehidupan sendiri."
Ternyata hari pertama Rinjani ingin mengikuti ekstrakurikuler-nya gagal total akibat tamu bulanan yang datang secara tiba-tiba. Beruntung saja, ada malaikat yang menyelamatkan kepanikannya.
"Yah percuma aja dong kalau daftar, tapi nggak bisa latihan," gerutu Mentari.
"Yah mau gimana, Tar. Kan bukan keinginan gue."
"Eh, by the way kita mau ngerjain tugas kelompok dimana nih. Kayaknya kalau di tempat gue nggak bisa deh, soalnya emak bapak gue ada di rumah. Lu tahu kan kalau mereka udah ada di rumah, pasti mereka nggak bisa akur. Gimana kalau di rumah lu aja. Lagian gue juga udah lama loh nggak main ke rumah lu. Gue juga rindu sama masakan Bunda."
Rinjani menatap Mentari dengan bingung. Dia berpikir untuk beberapa saat sebelum memberikan jawaban kepada Mentari.
"Tapi ... "
"Udahlah, kelamaan mikir lu. Tenang aja masalah snack gue yang beli nanti. Yang penting lu siapin drama apa yang mau kita tonton nanti, oke!"
Belum sempat memberikan jawaban kepada Mentari, gadis itu sudah berlari untuk menghambur kepada timnya yang hendak berlatih cheerleader.
Rinjani hanya bisa melihat mereka dari bangku penonton. "Cakra," lirih Rinjani saat Cakra sudah duduk di sampingnya.
"Tumben di sini? Mau lihat kita lagi latihan ya? turun aja yuk gabung di sana aja." Tunjuk Cakra kearah teman-temannya yang sedang melakukan pemanasan.
"Tapi ..."
"Udah ayo!" tanpa persetujuan dari Rinjani, Cakra telah menggandeng tangannya untuk turun.
Lagi-lagi suara siulan itu terdengar. Mereka bersorak saat menyambut kedatangan Rinjani.
"Cie yang baru yang dapat semangat dari ayang," ucap salah satu temannya.
"Kayaknya kalau Rinjani di sini bakalan ada yang lebih semangat lagi nih untuk latihan."
"Jiwa jumbo gue meronta-ronta lihat kemesraan kalian," timpa salah seorang saat melihat tangan Rinjani masih berada dalam genggaman Cakra. Dengan cepat Rinjani pun langsung melepaskan genggaman itu.
"Salah siapa jomblo? Banyak tuh janda nganggur," ketus Rinjani.
"Sembarang lu! Emang tampang gue kayak duda kurang belaian?"
Gelak tawa akhirnya menggema di lapangan basket. Akhirnya suasana beku itu saat ini sudah mencair dengan kehadiran Rinjani. Seorang Cakrawala yang terlihat selalu dingin, akhirnya bisa tersenyum saat bersama dengan Rinjani.
Tanpa disadari oleh Rinjani, sepasang mata telah mengintai dirinya sejak tadi. Untuk kesekian kalinya Hazel harus melihat kemesraan Rinjani dengan Cakrawala. Ada rasa bersalah yang bersarang dalam hatinya, tetapi Hazel tetap kuat karena ini sudah menjadi konsekuensi dari tindakannya.
...~BERAMBUNG~...
Tepat semangat, jangan lupa tetap tinggalkan jejaknya!
Selagi menunggu novel ini Up lagi, mampir n dulu yuk ke novel teman aku, judulnya ASA DI UJUNG LEMBAYUNG, karya dari Author Vhendhie. Mampir ya!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
vheindie19
Terimakasih kak udah mau bantuin promo, salam Literasi, semangat terus dalam berkarya dan semoga sukses selalu
2022-09-15
1
alvika cahyawati
salah sendiri udah cinta ngk mau bilang ngk jujur
2022-09-12
2
Nayra Syafira Ahzahra
semangat Rinjani🤭🤭🤭 lnjut thor dan tetap semangat 💪💪💪
2022-09-08
1