"Sial!" umpat Hazel saat tak bisa lagi menemukan kedua tikus besar itu. Kini dugaannya semakin kuat. Lihat saja apa yang akan dia lakukan kepada Arga selanjutnya. Karena kecewa tidak menemukan tikus besar itu Hazel memutuskan untuk kembali dalam.
Satu jam telah berlalu. Hazel dan Rinjani juga sudah lelah mengikuti acara malam ini. Keduanya pun memutuskan untuk pulang lebih awal karena besok mereka juga harus kembali ke sekolah. Perdebatan kedua pria dewasa itu pun juga sudah usai. Rinjani menerima kedua hadiah yang diberikan oleh ayah dan Daddy-nya. Meskipun dia tidak tahu untuk apa kedua mobil mewah itu nanti.
Sesampainya di rumah, Rinjani memutuskan untuk membersihkan diri terlebih dahulu karena memang badannya juga terasa sangat lengket.
"Lu gak mandi lagi?" tanya Rinjani saat melihat Hazel telah mengganti pakaiannya.
"Dingin," jawab Hazel. "Rin, kamu nggak bisa mengganti panggilan aku-kamu gitu?"
"Duh ... gimana ya. Lidah gue udah kejepit makanya agak susah. Tapi gue akan usahakan pelan-pelan."
"Bagus. Aku percaya kalau kamu pasti bisa. Oh, ya ngomong-ngomong gimana kamu suka nggak sama hadiah aku tadi?" Hazel mengingatkan akan sebuah kotak kecil yang masih berada di dalam tasnya.
"Tunggu aku ambil bentar ya."
Rinjani bangkit menuju ke sebuah meja dimana tasnya teronggok. Sebuah kotak berukuran kecil, bahkan nyaris tak ada beratnya membuat Rinjani semakin penasaran dengan apa yang ada di dalam kotak tersebut.
"Ini apa?" tanya Rinjani sambil membuka bingkisan kecil itu.
"Buka aja," kata hasil dengan garis bibir yang telah diangkat.
Dengan pelan Rinjani membuka hadiah dari Hazel. Lagi-lagi dia harus melawan detak jantung yang sudah berirama lebih kencang. Rinjani hanya berdoa agar Hazel tidak mendengarkan detak jantungnya.
"Kalung." Satu kata terucap dari bibir Rinjani saat sebuah kalung berlian permata biru itu berhasil dia keluarkan dari sebuah kotak.
"Ini asli?" tanya Rinjani seolah tidak percaya dengan benda yang saat ini telah dia pegang.
Jelas Rinjani tahu itu adalah kalung limited edition yang hanya diproduksi dua buah saja di dunia. Jika pun ada yang memakainya bisa dipastikan itu adalah jenis barang KW.
"Apakah kamu berpikir aku akan memberikan hadiah palsu kepada orang yang aku cintai? Sini aku bantu untuk memakaikannya. Kamu harus ingat dalam keadaan apapun kamu tidak boleh melepaskan kalung ini."
Rinjani tersenyum lebar saat kalung itu sudah melingkar di lehernya. Ingin menjerit untuk mengungkapkan rasa bahagianya, tapi Rinjani tidak bisa melakukannya. Sumpah, Hazel so sweet banget sih. Ini kalung incaran wanita sosialita. Entah bagaimana Hazel bisa mendapatkannya. Batin Rinjani dengan penuh rasa bahagia.
"Hazel, makasih," kata Rinjani dengan wajah yang berbunga.
"Kamu suka?" tanya Hazel lagi.
"Iya aku suka."
Hazel menautkan kedua alisnya. "Apa kamu bilang? Aku?" Hazel terkejut saat mendengar kata 'aku' keluar dari mulut Rinjani.
Rinjani hanya mengangguk pelan tanpa kata. "Nah, gitu kan enak kalau didengar," kata Hazel lagi.
Kata orang, cinta itu akan datang sendiri dengan seiringnya waktu dan kebersamaan. Kata orang, cinta sebuah kenyamanan saat dua insan saling bersandar. Kata orang, cinta itu dua hati yang saling melengkapi.
Seperti musim gugur yang telah berganti menjadi musim semi. Taman-taman bunga pun sudah mulai bermekaran. Hati yang dahulunya masih kosong, kini sudah tersimpan rasa cinta yang sesungguhnya. Tidak butuh waktu lama kata cinta itu sudah menyebar dalam urat nadi.
Pagi ini, Hazel dan Rinjani seperti tak ingin bangkit dari tempat tidur. Untuk kali pertama pengantin muda itu bisa tidur dengan nyenyak dalam sebuah dekapan. Rinjani bisa menghirup aroma tubuh maskulin milik Hazel yang membuat dadanya terus berdebar. Meskipun sudah bangun, Rinjani masih enggan untuk membuka mata ataupun bangkit dari dekapan Hazel.
Alarm milik Hazel pun terus bernyanyi. Tak seperti biasanya, kali ini Hazel malas untuk bangkit.
"Rin, kamu gak mau bangun?" tanya Hazel sambil memberikan kecupan hangat di kepala Rinjani.
"Masih ngantuk," ucap Rinjani dengan malas.
"Tapi kita harus sekolah. Gak lucu seorang ketua OSIS datang terlambat ke sekolah. Kamu mau aku dibully sama teman-teman?"
"Siapa suruh kamu galak. Kalau kamu kena hukuman aku orang pertama yang akan tertawa keras," ujar Rinjani dengan menahan tawanya.
"Oh ... jadi kamu senang kalau aku dapat hukuman? Well nggak apa-apa, selagi itu membuatmu bahagia."
Akhirnya dengan rasa malas Rinjani bangkit dari tempat tidur dan menyuruh Hazel untuk mandi terlebih dahulu.
Bibi Line yang baru saja menyiapkan makanan di atas meja hanya bisa menautkan alisnya dengan heran. Sepertinya kejutan dari Excel mampu membuat kedua tikus kecil itu semakin lebih dekat. Bibi Line merasa sangat menyesal saat dia tidak bisa menyaksikan acara ulang tahun Rinjani. Namun, dia juga sudah menyiapkan hadiah kecil untuk Rinjani.
"Apakah bibi sudah melewati sesuatu?" tanya bibi Line pada kedua bocah yang baru saja keluar dari kamarnya.
Hazel dan Rinjani dengan serentak menjawab, "Kepo." Setelah itu keduanya pun tertawa bersama.
"Oh Tuhan, ternyata aku memang telah melewatkan sesuatu yang sangat bersejarah. Tapi tidaklah masalah dengan apapun yang telah terjadi. Bibi hanya ingin kalian berdua selalu bahagia selamanya."
Bibi Line ikut bahagia saat hubungan Hazel dan Rinjani sudah hangat dan ada sedikit kemajuan. Hanya butuh menunggu waktu dan kesabaran agar segera menggendong bayi, yang pasti akan menjadi bahan rebutan oleh kedua belah pihak keluarga mereka.
"Nona Rinjani, selamat ulang. Maaf Bibi telat memberikan ucapan kepada Nona. Ini ada bingkisan kecil yang tak seberapa. Semoga Nona Rinjani menyukainya." Bibi Line memberikan sebuah kotak kecil yang hampir sama seperti ukuran milik Hazel malam tadi.
"Wah ... terima kasih ya bibi Line. Bibi baik sekali," ucap Rinjani dengan bahagia.
***
Beruntung saja Hazel dan Rinjani sampai di sekolah belum banyak murid yang datang, sehingga tak banyak murid yang mengetahui jika keduanya datang dalam satu mobil.
"Rin, aku langsung ke ruangan OSIS ya. Kamu duluan aja ke kelas," kata Hazel pada Rinjani yang masih ingin melepaskan stafety belt.
"Iya. Tak perlu kamu kasih tahu, aku sudah tahu tempat singgahan pertamamu," ujar Rinjani.
Saat Rinjani ingin membuka pintu, tangan Hazel segera menahan Rinjani agar tidak keluar terlebih dahulu. "Perlu kamu ingat lagi, mulai saat ini kamu harus jauhi Cakra. Aku tidak mau melihat kalian berdua lengket kayak perangko."
"Gimana ya ... Cakra itu pangeran aku sejak aku masuk ke sekolah ini. Dan asal kamu tahu, untuk bisa mendekat dengan Cakra itu tidaklah mudah. Butuh perjuangan keras. Saat ini aku sedang menikmati hasil dari perjuangan kerasku. Masa iya aku abaikan begitu saja." Rinjani segera membuka pintu saat Hazel sedikit terlena. Sebenarnya Rinjani hanya ingin menggoda Hazel, yang sudah menunjukkan sifat posesifnya.
"Dah ah, aku turun ya! Bye-bye, ketos killer."
...~BERSAMBUNG~...
Halo-halo, jangan lupa jejaknya! Kali ini aku akan membawakan rekomendasi novel keren yang harus kalian baca.
Judul Novel : IZINKAN AKU PERGI, aku lelah mampir ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Dahlia Anwar
aneh ya Arga itu udah dewasa pasti mengerti larangan , kalau dia sayang Ama adik nya mesti nya dia merelakan hati nya apa lagi sekarang iparan agak engga etis aja di sini .
2023-04-12
0
Qaisaa Nazarudin
Kan Rinjani juga udah punya mobil sendiri,,Ntar ketahuan lg kalo selalu pulang dan berangkat skolah bareng,,
2023-01-01
0
Qaisaa Nazarudin
Apa gak bahaya kalo di pake setiap hari,apa lg anak sekolahan,barang mahal gitu,bisa2 jd incaran perampok🤭🤭😅😅
2023-01-01
0