"Rin, kita jadikan ngerjain tugas hari ini? Sekalian gue nginep di rumah lu, ya." Mentari mengingatkan tugas yang akan mereka kerjakan, karena lusa sudah harus di kumpulkan.
"Gak boleh!" Spontan Rinjani memberikan penolakan. "Maksud gue gak boleh nginep. Gue sekarang udah hidup mandiri, tinggal di apartemen sendiri," lanjutnya.
"Wah ... seru tuh! Kan gue bisa temenin lu bobok disana, Rin. Tapi napa gak boleh nginep?"
"Soalnya gue udah bobok sama Hazel, Tar." Batin Rinjani.
"Gue baru dalam masa hukuman, Tar. Jadi sebenarnya gak boleh ada orang yang tahu, tapi berhubung lu sahabat gue paling gemoy, gue ajak deh, tapi gak boleh sering-sering kesana, ya. Bisa-bisa hukuman gue bertambah lagi," kilah Rinjani dengan lancar.
Hari ini Rinjani harus memastikan bahwa Hazel tidak pulang cepat. Berulang kali Rinjani mengirimkan pesan kepada Hazel, akan tetapi pesan itu belum juga dibaca oleh Hazel. Mungkin saat ini Hazel sedang sibuk bersama para osis lainnya dalam rangka penyambutan hari jadi sekolahnya.
"Tar, gue cari Hazel dulu ya. Urgent ," kata Rinjani dengan wajah serius.
"Lu kesambet jin mana Rin, tiba-tiba mau cari Hazel?" protes Mentari dengan sejuta rasa heran. Rinjani tak menanggapi lagi ucapan Mentari, dia terus nyelonong seribu langkah agar segera sampai di ruang osis. "Rin, gue ikut!" teriak Mentari sambil mengejar langkah Rinjani yang terlalu cepat.
"Napa feeling gue saat ini ada Bella disampingnya Hazel ya?" lirih Rinjani dalam langkahnya.
Tanpa mengetuk pintu, Rinjani membuka pintu ruang OSIS, dimana mereka sedang rapat, namun tak ada sosok Hazel dalam.
"Lu ngapain kesini? Ada pasal apa yang menjerat sehingga lu nyerahin diri?" sinis Aura saat melihat Rinjani diambang pintu. Rinjani pun menggelengkan kepalanya pelan.
"Trus ngapain lu kesini? Ganggu aja, mana gak sopan lagi," lanjut Aura lagi.
"Gue nyari Hazel," kata Rinjani dengan berat.
Semua mata terdiam dan menatap lekat kearah Rinjani. "Ngapain lu nyari ketos kita? Dia lagi nemenin calon ibu ketos nyari buku di perpustakaan," timpal Bima.
Tanpa permisi, Rinjani langsung pergi dengan membanting pintu dengan keras sehingga menimbulkan beberapa orang untuk mengumpatnya.
"Dasar, anak gak tahu sopan santun! Masuk ke tempat orang lain tanpa permisi, pergi-pergi banting pintu," ujar salah seorang anggota OSIS.
"Kayak lagi kehilangan induk, eh lakik," sambung Bima yang pada akhirnya mendapatkan gelak tawa dari para temannya.
Diluar, Mentari merasa heran dengan sikap Rinjani yang dilihat semakin aneh. "Lu kenapa Rin, kaya lagi panas dingin tuh muka."
"Gue lagi sebel, Tar. Si ketos itu lagi berduaan sama si cewek sok cantik itu di perpustakaan."
"Lho, emang kenapa, kok lu jadi sewot gitu. Kan mereka emang lagi deket. Kali aja hubungan mereka ada kemajuan, seperti hubungan lu sama Cakra."
Langkah Rinjani semakin cepat. Dia tidak akan mengizinkan jika Hazel benar-benar memiliki hubungan dengan Bella.
"Gak bisa dibiarkan!"
***
Mentari merasa sangat heran saat melihat Rinjani sewot hanya gara-gara tak menemukan keberadaan Hazel di perpustakaan. Bahkan sesampainya di apartemen, Rinjani menyuruh Mentari untuk mengerjakan tugasnya sendiri. Saat ini mood Rinjani benar-benar sangat hancur.
"Heran deh gue sama lu, Rin. Hanya gara-gara nggak nemuin keberadaan Hazel aja, elu sampai kehilangan mood kayak gitu, aneh," cibir Mentari.
Bibi Line yang tak sengaja mendengarkan ucapan Mentari langsung ikut nimbrung. "Hazel itu bukan lagi berduaan sama cewek lain, tapi dia kayaknya sedang ke perusahaan milik Daddy-nya. Masa sih kalian nggak tahu kalau Hazel itu calon pewaris perusahaan EX group?"
Rinjani yang tengah merebahkan tubuhnya mendadak dia bangkit dan menatap bibi Line dengan serius.
"Bibi Line tahu darimana?" tanya Rinjani.
"Sok tahu itu, Rin. Mana ada ART tahu begituan," celetuk Mentari.
"Yah, mau percaya atau tidak terserah kalian." Bibi Line kemudian berlalu pergi.
Hati Rinjani menjadi gundah tak menentukan, karena Hazel juga tak membalas satupun pesan yang dia kirimkan. Entah sedang bersama dengan Bella atau memang sedang berada di perusahaan milik Daddy-nya.
"Tar, kalau udah siap ngerjain tugas lu pulang ya! Gue lagi nggak mood!" usir Rinjani secara terang-terangan.
"Jahat banget sih lu, Rin! Gue udah susah payah ngerjain tugas lu, eh ujung-ujungnya lu ngusir gue. Keterlaluan lu!" protes Mentari kesal.
Namun, Mentari tidak bisa untuk memaksakan kehendak Rinjani. Entah apa yang sedang dialami oleh sahabatnya itu sehingga saat ini moodnya sedang hancur hanya gara-gara seorang Hazel. Mungkinkah itu adalah efek PMS?
"Gue itu jadi heran sebenarnya lu itu suka sama Hazel apa sama Cakra sih, Rin?" Sebelum pergi Mentari melontarkan pertanyaan kepada Rinjani.
"Tau ah, dua-duanya mungkin," jawab Rinjani spontan.
"Gila lu, Rin! Satu aja nggak bakalan habis, ini lu mau embat dua-duanya. Sadis amet sih!"
Cukup lama Rinjani menunggu kedatangan Hazel yang belum juga pulang. Padahal hari sudah menunjukkan pukul delapan malam. Tak biasanya akan pulang selarut ini. Didepan televisi, Rinjani terus mengecek ponselnya, barangkali Hazel membalas pesannya tadi. Namun, ternyata pesannya sama sekali belum terbaca oleh Hazel.
"Sudahlah tidak usah khawatir, Tuan muda pasti pulang. Mulai saat ini kamu mulai harus terbiasa dengan keadaan seperti ini, karena semakin lama beban tuan muda akan semakin berat. Kamu sebagai istri dan orang terdekat harus bisa mendukungnya."
Rinjani melirik bibi Line yang baru saja mendaratkan tubuhnya di sofa.
"Bibi Line ngomong apa sih?" Rinjani masih tidak mengerti dengan ucapan bibi Line yang serba tahu tentang Hazel. Sebenarnya siapa bibi Line yang sebenarnya.
"Sebenarnya Bibi itu siapa sih? Jangan-jangan Bibi Line adalah mata-mata dari musuhnya Daddy-nya Hazel kan?" tuduh Rinjani dengan cepat. Namun, wanita yang dipanggil bibi Line hanya menertawakan ucapan Rinjani.
"Kamu lucu. Darimana aku ini mata-mata musuhnya Excel, eh maksudku tuan Excel. Kamu jangan berpikir terlalu jauh. Saat ini yang harus kamu lakukan itu rajin belajar dan belajar untuk menerima keadaan. Kamu juga harus ingat jika saat ini kamu dan Hazel sudah terikat janji suci dalam pernikahan yang sah dimata agama. Jadi untuk kedepannya kamu tidak boleh memikirkan pria lain selain suamimu, kamu mengerti kan?" pesan bibi Line yang kemudian beranjak untuk membuka pintu. Tak berselang lama sosok Hazel masuk ke dalam.
"Bibi Line seorang paranormal?" tanya Rinjani dengan penuh rasa heran. Bagaimana mungkin Hazel belum membunyikan bel, tetapi bibi Line sudah bukan pintu untuknya.
"Kamu ini ngomong apa, sih?" Lagi-lagi bibi Line menertawakan pertanyaan Rinjani.
Rinjani bisa melihat wajah lelah dan tatapan sayu dari Hazel. Sepertinya apa yang dikatakan oleh bibi Line ada benarnya.
"Lu udah pulang? Gue udah nungguin lu dari tadi. Kita makan bareng ya," kata Rinjani mencoba untuk menunjukkan senyum di bibirnya.
"Kamu makan aja sendiri. Aku tadi udah makan. Aku ke kamar dulu," kata Hazel dengan nada berat.
...~BERSAMBUNG~...
Gimana, udah 3 bab ya! Jangan lupa jempolnya!
Selagi nunggu novel ini Up lagi, mampir dulu ke Novel temen aku, Kak Zafa dengan judul Novel HASRAT SUAMI KEDUAKU Mampir ya!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
alvika cahyawati
lah kapan sich hazel itu mau ngaku klu dia tuh udah cinta sm rinjani
2022-09-12
2
༄༅⃟𝐐 Tuan Muda Sehun¹☃️
lah kapan mereka akurnya thor ku udh ga tahan mau liat mereka bucin
2022-09-09
0
Nayra Syafira Ahzahra
Diamkan aja si Hazel😠😠😠 lnjut thor dan tetap semangat 💪💪💪
2022-09-08
0