Dengan perasaan kesal Rinjani langsung menuju toilet milik guru. Namun, karena dia tidak membaca papan peringatan, dia langsung masuk begitu saja tanpa memperhatikan kanan kiri. Padahal dengan jelas terdapat papan peringatan jika toilet sedang rusak.
Benar saja setelah Rinjani membuka pintunya tiba-tiba pintu tertutup begitu saja. Keadaan di dalam sangat gelap karena bola lampu yang tidak berfungsi. Rinjani berusaha untuk mencari sakral menggunakan penerangan dari lampu ponselnya.
"Sial! Gue lupa kalau sakralnya ada diluar!" gerutu Rinjani saat tak menemukan tombol sakral lampu. Tangannya pun terulur untuk membuka pintu, tetapi sialnya lagi pintu tidak bisa dibuka.
"Lho, kenapa ini?" Rinjani mulai panik saat usahanya sia-sia untuk membuka pintu.
"Sial gue terkurung disini! Perasaan tadi pagi gue udah mandi, tapi kenapa gue masih ketiban sial, sih? Woii siapapun yang ada di luar, tolongin gue dong!" teriak Rinjani sambil menggedor pintunya dengan keras. Namun, percuma saja jika dia terus berteriak karena memang tak akan ada satu orang pun yang akan datang karena itu adalah toilet milik guru.
"Woi ... tolongin gue!" Lagi-lagi Rinjani terus menggedor pintu, berharap ada seseorang yang mendengarkan dirinya.
Dada Rinjani sudah terasa sesak, tetapi dia harus tetap kuat berharap bisa segera keluar, jika tidak, entah apa yang akan terjadi padanya nanti.
"Gue harus telepon Hazel." Tangannya pun sudah mulai bergemetar ketika mencari nama Hazel di ponselnya. "Hazel please, angkat!"
Rinjani terus menelepon nomor Hazel, meskipun tak ada jawaban. Dia berharap Hazel mendengar lalu mengangkat panggilan teleponnya.
Tubuh Rinjani sudah ambruk ke lantai dan bersandar di dinding dengan sesak rasa di dadanya. Satu tangan meremas rok dengan kuat. Napasnya naik turun karena semakin lama dadanya terasa sesak. "Tolo ... ng."
Saat ini Rinjani sudah tak tahan lagi. Bahkan ponselnya juga telah terlepas dari tangannya. Sesak itu kian membuatnya kesulitan untuk bernapas. "Bunda ... Rinjani belum siap untuk mati. Rinjani masih ingin hidup." Dengan sisa tenaga yang dimiliki Rinjani berusaha untuk mengambil ponselnya yang jatuh.
Di dalam kelas, Hazel menggerutu dengan kesal karena ponselnya yang terus bergetar. Karena merasa penasaran dia pun melihat siapa yang sudah berani menelepon saat jam pelajaran berlangsung. Alisnya menaut saat melihat nama tikus nakal di layar ponselnya. Matanya pun mengedar, ke segala penjuru ruangan. Terlihat tempat duduk Rinjani masih kosong. Itu tandanya Rinjani belum selesai mengerjakan tugasnya. Padahal hanya 2 toilet, tetapi mengapa begitu lama, pikir Hazel.
Semua orang merasa terkejut saat Hazel berlari keluar tanpa permisi, padahal saat itu ada guru yang sedang mengajar.
"Hazel," panggil gurunya yang sudah tak mendapatkan respon sama sekali dari Hazel.
Seketika satu kelas riuh dengan tindakan Hazel. Karena penasaran, guru kelasnya pun langsung mengejar langkah Hazel dan diikuti oleh para muridnya.
"Hazel kenapa?" tanya Bima pada Aura.
"Mana gue tau. Kan elu yang duduk satu meja Gimana, sih!" balas Aura.
"Dah ah, ayo kejar. Jangan sampai dia kesambet penunggu sekolah ini."
Hazel segera mencari keberadaan Rinjani di toilet guru sambil memanggil namanya.
"Rinjani." Hazel menggedor satu persatu pintu toilet berharap bisa menemukan tikus kecilnya.
Rinjani yang samar-samar mendengar namanya dipanggil ingin menyahut, tetapi karena dia sudah tidak memiliki tenaga, dia hanya menatap pintu dengan nanar, berharap keberadaannya bisa ditemukan oleh Hazel.
"Hazel ... gue disini. Gue disini." batin Rinjani dalam hati. Air matanya sudah mulai merembes, dia takut jika tak akan ada lagi hari esok untuknya.
Tangan Rinjani terasa sangat berat saat ingin mengambil ponselnya yang berdering. Namun, saat itu juga pintu langsung didobrak dari luar. Sosok Hazel segera memeluk tubuh Rinjani yang sudah tak berdaya dengan sisa napas yang dimilikinya. "Rin, Lu gak papa, kan?" tanya Hazel dengan panik.
Hazel sengaja menelpon nomer Rinjani agar mengetahui dimana Rinjani berada. Dan ternyata ponsel Rinjani berasal dari sebuah toilet yang sedang rusak. Padahal sudah jelas terdapat palang peringatan, tapi bisa-bisa tikus nakal itu masih nekat masuk juga.
Semua mata terkejut ketika melihat Hazel tengah memeluk Rinjani di dalam toilet. Ada yang merasa takjub ada pula yang merasa heran karena selama ini hubungan mereka yang tidak pernah akur. Namun tiba-tiba dengan kekhawatirannya Hazel mencoba untuk menenangkan Rinjani.
"Ada apa ini?" tanya gurunya.
Hazel yang tersadar langsung membopong tubuh Rinjani untuk menuju ke UKS. Dia mengabaikan pertanyaan guru, karena saat ini nyawa Rinjani lebih penting daripada menjawab sebuah pertanyaan. Sang guru merasa sangat heran dengan sikap Hazel hanya bisa menelan kasar salivanya.
Sadar akan kerumunan yang ada sang guru pun langsung membubarkan kerumunan yang ada. "Kalian kenapa ada di sini? Bubar sana!"
Seketika segerombolan anak-anak langsung membubarkan diri dan saling bisik membisik. Mereka tak percaya dengan apa yang baru saja mereka lihat.
"Gue jadi yakin kalau Hazel lagi kesurupan penghuni sekolahan ini, deh! Seumur gue temenan sama Hazel, gue nggak pernah lihat dia sangat khawatir seperti itu sama cewek, terlebih ceweknya si tukang onar itu!" celetuk Bima masih terheran.
Bukan hanya Bima saja yang merasa heran tetapi teman satu kelasnya pun merasakan hal sama. Sepanjang perjalanan menuju ke kelas, Aura terus memikirkan sikap Hazel yang berbeda.
Apakah selama ini Hazel memang diam-diam memiliki perasaan kepada Rinjani? Jika tidak mempunyai perasaan tidak mungkin seorang Hazel akan sangat khawatir kepada musuh bebuyutannya. Aura hanya membatin.
Setelah mendapatkan penanganan, keadaan Rinjani sudah mulai membaik dan sudah bisa berbicara. Alisnya menaut saat dia melihat sosok Hazel yang berada di sampingnya.
"Kenapa Lu lihatin gue kayak gitu?" Sekilas Rinjani melirik Hazel.
"Heran gue! Lu ceroboh apa memang bego, sih? Bisa-bisanya lu masuk ke toilet yang udah jelas-jelas kalau toilet itu rusak. Untung aja lu nggak mati di dalam sana. Kalau lu mati, bisa-bisa adik gue yang dikawinkan sama kakak Lu. Gue gak ridho adik gue nikah sama om-om."
"Sembarang Lu ya ngatain kakak gue om-om! Bilang aja Lu gak ridho kalau gue mati sekarang, karena sebenarnya Lu itu cinta sama gue, iya kan!"
"Gue cinta sama lu? Mimpi!" Seketika Hazel berdiri dan langsung meninggalkan Rinjani. Namun, saat Hazel sudah hampir keluar dari pintu UKS, langkahnya bertahan sejenak karena panggilan Rinjani.
"Hazel, tunggu!" Rinjani menatap lekat punggung Hazel. Pria yang dia anggap sebagai malaikat maut. "Makasih udah nolongin gue."
Tak ada ucapan iya, Hazel pun memilih berlalu. Rinjani hanya bisa meremas roknya. "Tuh kan ... nyebelin! Bilang iya aja apa susahnya sih? Kalau gitu gue tarik lagi kata-kata gue. Hazel, gue gak terimakasih!"
Hazel yang sengaja belum pergi hanya tersenyum tipis sambil menggelengkan kepalanya. "Dasar tikus nakal."
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Ngapain gak di WA aja,kalo gak di angkat udah pasti dia akan baca kan WA nya,,
2023-01-01
0
🦅ᴮᵀ⃝☽⃟☾fítrí
hadeuh hazell mana ada tikus nakal cantik
2022-08-30
6