"Lo gila? Ayo cari buku lagi." Nita menarik tangan Cecilia yang malas bergerak, "Lo hanya mikirin party mulu. Kapan maju nya lo! Yang katanya pengen jadi wanita sukses."
"Ini gue udah sukses bego! Lo gak liat, total saldo gue tadi?"
"Emang lo mau kayak gitu aja terus sampai kiamat? Enggak kan Lo bilang lo bakal berhenti kalau udah ketemu cowok yang bisa bikin lo jatuh cinta! Nah lo kan udah ketemu si Dirga tuh. Atau jangan jangan yang lo cinta itu Reno?" ujarnya dengan bergidig.
"Elah lu tadi bilang gue harus tinggalin dia? Sekarang gue harus tobat gara-gara dia? Enggak deh makasih! Cinta sama Reno?" Cecilia tertawa, "Jangan gila lo!"
" Susah ngomong sama lo!"
"Lagian lu ngapain sih ngomong kayak gitu? Kayak sendirinya tobat aja."
"Minimal gue mikirin masa depan, gue belajar mati matian biar gue bisa kerja di perusahaan yang bagus!"
"Heh!! Otak lo dangkal amat! Dengan duit yang sekarang gue kumpulin, gue bakal buka perusahaan gue sendiri! Gue gak mau jadi karyawannya. Gue pengen jadi bos! Ya gue harus kerja keras dong dapetin duit mereka!" Cecili terkekeh.
"Bener juga otak lo!"
"Lo aja yang bego! Dah sana cari buku! Gue tunggu di sini."
Gadis berambit pirang itu tetap duduk di restoran Jepang dan menghabiskan satu mangkuk bakmi, sementara Nita kembali ke toko buku.
Drett
Drett
Ponselnya berdering, Cecilia kaget bukan main saat melihat siapa yang meneleponnya. Padahal gue hanya asal ngomong aja tadi kalau gue kangen ibu ke Irene. Kok bisa nyampe ke sana dan sekarang ibu telepon sih.
Setelah melakukan pembayaran, Cecilia mengangkat sambungan telefon dari ibunya, hubungan di antara mereka memang baik baik saja, walaupun jarang sekali berkomunikasi karena kehadiran ayah tirinya yang selalu membatasi ibunya untuk menghubunginya.
'Yaa ibu?'
'Kapan kamu pulang Nak? Udah lupa sama rumah?'
'Bu, tanya kabar dulu napa bu? To the point banget!'
Cecilia keluar dari restoran jepang itu dan terus berjalan dengan ponsel yang menempel di telinganya.
'Ibu sudah kangen kamu Nak!'
'Iya nanti aku pulang, sekarang aku sedang sibuk bu!'
'Sibuk apa? Sibuk pacaran? Sibuk foya foya?'
'Ibu!' Cecilia terlihat menghela nafas, sekalinya mereka melakukan komunikasi, yang terjadi hanya keributan, yang membuat Cecilia malas mendengar ocehan ibunya, 'Gimana kabar ibu? Uang yang aku kasih masih cukup buat beli obat kan?'
Tidak ada sahutan lagi mengenai pertanyaannya, bisa dia duga uangnya pasti sudah berpindah tangan pada ayah tirinya yang gemar berjudi dan mabuk mabukan.
'Nanti aku transfer lagi! Tapi kali ini jangan sampai si bandot tahu! Ibu simpan baik baik uang itu untuk berobat! Ya bu?'
'Iya ... Iya ibu mengerti! Ibu meneleponmu bukan meminta uang Ce!'
'Iya aku tahu!'
Dengan terus bicara di telepon sambil berjalan, tanpa sadar Cecilia sudah berada di depan coffee shop. Dia mengenadahkan kepalanya melihat nama coffee shop yang baru dilihatnya, kedua maniknya menyapu luasnya coffee shop dengan konsep book store itu cukup luas, di kelilingi buku buku yang diletakkan di antara rak rak kayu.
Cecilia masuk kedalamnya, dengan terus mendengarkan ibunya berceloteh perihal dirinya yang tidak kunjung pulang.
'Iya bu nanti aku pulang! Sekarang aku lagi sibuk, banyak tugas kampus!'
Cecilia mencari kursi kosong, namun kedua ekornya menangkap sesosok pria yang membuat ide briliannya muncul seketika.
'Banyak alasan kamu ini!'
'Ibu gak percaya kalau aku sedang sibuk! Ayo ... Ibu ganti jadi panggilan video, biar ibu tahu aku sedang sibuk,'
Sambungan telefon pun berganti menjadi sambungan video, Sang ibu bisa melihat sisi belakang penuh buku. Cecilia mengambil satu buku dan diperlihatkannya pada ibunya.
'Kamu ada di mana?'
'Ini ... Aku lagi ngerjain tugas dibantu pacarku bu! Tuh lihat. Nih pacarku bu.' Ujar Cecilia yang tiba tiba duduk di depan seorang pria yang tengah fokus di depan laptopnya, pria itu tersentak kaget saat melihat wajah ibu Cecilia yang tersenyum ke arahnya.
'Ini pacarku bu! Ganteng kan? Sayang, ini ibu aku! Ibu ini pacarku, dia seorang dokter. Namanya Irsan. "Sayang ... Ayo sapa ibu aku."
Irsan tentu saja kaget dengan apa yang di lakukan gadis setengah gila yang tiba tiba muncul entah dari mana, yang tiba tiba mengaku pacar pada ibunya. Irsan pun hanya mengulum senyuman dan melambaikan tangan ke arah layar ponsel dimana wajah ibu Cecilia terlihat jelas.
'Oh kau seorang dokter ya! Salam kenal nak Irsan.'
'Iya bu! Salam kenal kembali.'
'Ikutlah pulang kalau Cecil pulang dan kita bisa berkenalan secara langsung.'
'Iya bu ... Nanti!'
Cecilia terkikik melihat dokter Irsan yang terlihat bingung namun juga menggemaskan, dia tidak menyangkal malah ikut bersandiwara dengannya.
'Nah kan ibu udah denger sendiri! Pacarku juga sedang sibuk! Paling nanti kalau kita sudah gak sibuk!' ujar Cecilia meyakinkan ibunya lagi.
"Iya kan sayang?" ujarnya pada Irsan yang masih terlihat bingung.
'Udah ya bu! Kalau ibu terus bertanya, kita gak selesai selesai ini tugas!'
'Iya baiklah! Ibu tunggu kau pulang bersama pacar doktermu itu.'
Tut
Sambungan telefon telah putus, Cecilia menghela nafas panjang dengan meletakkan ponsel di atas meja. Sementara Irsan terus menatapnya dengan tajam. Gadis itu menoleh ke arahnya, dia mengulas senyuman lebar hingga gigi putih terjejer rapi itu terlihat.
"Maaf dokter!"
"Kau!!" Irsan berdecak, "Otakmu konslet? Bisa bisa kau datang kemari tiba tiba mengakui aku pacarmu?"
"Maaf sayang! Eh maksudku om dokter, aku tidak sengaja melihatmu tadi. Maaf!"
Cecilia bangkit dari duduknya dengan terkekeh dan meninggalkan Irsan yang tengah menahan marah, dan terburu buru keluar dari coffee shop itu hingga hampir menabrak pintu kaca.
Irsan dengan tatapan tajamnya terus mengikuti pergerakan Cecilia. Hingga gadis itu benar benar menghilang dari pandanganya.
"Benar benar sinting!" gumamnya, dia melihat buku yang masih tergeletak di atas meja yang di bawa Cecilia, dia pun hanya menggelengkan kepalanya terus nenerus. "Benar benar konyol! Aku ini seorang dokter! Tapi dia mengambil buku politik dunia! Sepertinya ibunya juga tidak mengerti. Mereka sama saja!"
Cecilia tidak berhenti tertawa sepanjang langkahnya kembali ke toko buku, dia juga heran sendiri dengan ide konyol yang tiba tiba datang ke dalam fikirannya. Wajah menggemaskan Irsan yang terlihat bingung dan tidak bisa menolak terus terbayang.
"Heh ... Gila lo! Ketawa ketawa sendiri!"
"Nit!! Parah ... Otak gue! Genius banget."
"Lo dari mana! Gue cariin juga lo! Nih buku udah ketemu. Tapi cuma satu!" ketus Nita,
"Bodo amat lah buku! Gue bisa nyontek sama lo! Ini lebih parah dari buku sialan itu!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 300 Episodes
Comments
∆_•MiMih•_∆
ya Elah... Dokter nya ikutan sakit nih mah gara² Cecil😁😁😁
2022-12-25
1
Sri Lestari
cecil dasar oneng suka ngerjain om dokter awas nti disuntik wkwkwkckkk
2022-12-09
1
Jesika Kolin
mengakakkk yah ampunn🤣🤣
2022-11-16
2