Austin merasa muram hari ini, entah kenapa. Ia tidak bisa bertemu dengan gadis itu. Gadis yang ternyata sudah menjadi tunangannya sejak kecil.
Tidak salah kan dia bilang tunangan? Dari kecil mereka memang sudah di jodohkan. Walau belum saling mengenal sama sekali, tapi mereka ada ikatan pernikahan. Dan Austin sendiri setuju menikahinya. Yah, dia akui dirinya tertarik pada gadis itu. Sosok cantik itu akan ia jadikan istri dalam waktu dekat ini. Ia sudah bertekad.
Pria itu masih merasa kesal karena cafe tempat Ainsley bekerja ternyata tutup. Austin sudah tidak melihatnya lagi hampir seminggu ini dan ketika mau pergi melihatnya, cafe itu tutup. Padahal baru jam tujuh malam. Ah sudahlah, mungkin pemiliknya lagi ada kesibukan lain.
Sebenarnya gampang saja bagi seorang Austin yang berkuasa untuk melacak posisi gadis itu, tapi ia tidak mau. Ia akan membiarkannya hari ini dulu dan menemuinya besok. Tidak mungkin kan cafe itu tutup dua hari berturut-turut, pikirnya.
Lelaki itu memutuskan untuk datang ke club. Bukan untuk bersenang-senang dengan meniduri wanita-wanita murahan itu, tetapi untuk melepaskan penat. Ia akan minum sedikit saja sambil memikirkan calon istrinya.
Pada saat Austin masuk, pemilik club sendiri yang menyambutnya. Tentu saja karena tahu betapa berkuasanya seorang Austin Hugo. Sang pemilik club berkepala botak itu cepat-cepat menggiring Austin ke ruangan VIP terbaik.
"Anda bisa memilih siapapun untuk menemani anda, tuan." kata pria berkepala botak itu.
Austin yang awalnya hendak menolak menghentikan pandangannya di ujung sana, pada sosok yang tidak bisa ia temui hari ini.
Brengsek,
pria itu menggeram kesal. Dia menatap lama keseluruhan penampilan gadis itu. Pakaian apa yang dipakainya itu. Dengan sekali lihat ia tahu gadis itu tampak tidak leluasa dengan pakaian di tubuhnya. Siapa yang berani memberinya baju minim bahan itu.
Tanpa aba-aba Austin berjalan ke arah Ainsley dan dengan gerakan cepat menarik gadis itu, membawanya masuk ke ruangan VIP yang ditunjuk oleh pemilik club tadi. Teman-teman Ainsley hanya melongo dengan ekspresi terheran-heran.
Ainsley sendiri merasa kaget bukan main. Tentu saja ia meronta-ronta dan menjerit minta dilepaskan. Dia pikir dirinya mau di culik.
Semakin gadis itu meronta semakin Austin tidak mau melepasnya. Pria itu tidak peduli. Ketika masuk ruangan kosong itu ia langsung melemparkan Ainsley ke sofa panjang dan mengunci pintu.
"Aku perlu bicara dengan calon istriku, jangan biarkan siapapun menerobos masuk kalau tidak ingin kuhabisi." perintahnya dengan nada mengancam ke sih pemilik club lalu membanting pintu dengan keras tak lupa menguncinya.
Teman-teman Ainsley berjalan cepat-cepat ingin masuk ke ruangan itu. Jujur mereka kaget melihat Ainsley tiba-tiba ditarik paksa oleh seorang Austin yang hebat itu namun juga ingin menolongnya.
Bisa saja pria itu berniat jahat. Namanya juga laki-laki, sehebat apapun mereka, kalau sudah bergairah untuk menyentuh wanita, mereka sama saja dengan binatang.
Ketiga gadis itu terhenti di depan pintu karena sih pria berkepala botak itu menahan mereka. Awalnya mereka bersikeras ingin masuk namun ketiganya terdiam saat mendengar pria itu berkata Austin Hugo tidak ingin ada yang mengganggu pembicaraannya dengan calon istrinya.
"Calon istri?" Mira, Fina dan Dara saling berpandangan dengan raut wajah heran seolah tak percaya.
"Sejak kapan Ainsley kenal Austin? Bukannya tadi gadis itu bertanya siapa Austin? Mereka bahkan akan menikah?" kata Fina seolah tidak percaya dengan yang baru di dengarnya.
Ketiganya masih terheran-heran. Pokoknya mereka akan meminta penjelasan nanti. Dara sendiri masih ingat Ainsley sok-sokan bertanya tentang siapa Austin Hugo tadi. Gadis itu tertawa. Awas saja kalau Ainsley tidak menjelaskan dengan baik nanti.
***
Di dalam ruangan tempat Austin dan Ainsley berada terjadi keheningan sebentar. Lampu ruangan itu agak remang-remang namun Ainsley masih bisa melihat wajah itu. Ia seperti mengingat wajah itu. Di mana yah?
Matanya melotot ketika mengingat di mana ia pernah bertemu pria itu. Itu adalah pria yang hampir menabraknya dan menatapnya dengan wajah mesum di cafe seminggu yang lalu.
"Kau," ucapnya tertahan.
"Sudah ingat, hm?"
Ainsley mendengus keras.
"Kenapa menarik-narik tanganku sembarangan dan membawaku ke.."
matanya mengitari seluruh ruangan yang terlihat asing itu.
"Dimana ini?" sentaknya menatap Austin marah. Pria itu tersenyum miring. Belum ada yang pernah membentaknya seperti itu. Gadis ini memang sangat berani. Austin menatap Ainsley lurus.
"Kenapa ke sini? Kau tahu ini tempat apa bukan?" bukannya menjawab pertanyaan gadis itu, ia malah balas bertanya.
"Gadis kecil sepertimu tidak pantas berada disini." tambahnya terus menatap gadis itu.
Ainsley tersenyum sinis. Apa katanya? gadis kecil? Huh!
"Hellow sir, memangnya anda siapa, berhak mengatur-atur hidup saya!"
"Aku calon suami kamu, asal kau tahu." balas Austin tegas.
Ketika mendengar perkataan itu, Ainsley terdiam sesaat menatap pria itu lalu tertawa keras. Calon suami? Dia tidak salah dengarkan?
"Sinting," umpatnya dan kembali melanjutkan.
"Saya tidak kenal anda sama sekali dan anda berani bilang kalau anda calon suami saya? pria gila!" gadis itu mengumpat lagi. Ia ingin segera pergi dari situ tetapi sebelum sempat berdiri, Austin meraih jemarinya dan menariknya kencang, supaya terduduk lagi. Kali ini Austin membuatnya terduduk di pangkuannya.
"Apa..apaaan, mmph.."
suara Ainsley terhenti saat bibir yang keras dan dingin itu tiba-tiba mencium bibirnya. Ainsley memberontak ketika menyadari bahwa Austin memagut bibirnya dengan ciuman yang basah dan panas.
Ciuman itu tampak tak sopan karena bibir dingin Austin tanpa permisi langsung menyeruak masuk merasakan keseluruhan diri Ainsley, menghisapnya dan menikmatinya tanpa ampun.
Sekujur tubuh Ainsley terbakar, panas karena amarah dan gairah. Pria itu sudah jelas-jelas sangat ahli dalam mencumbu perempuan. Bahkan Ainsley yang tidak berpengalaman sama sekali sampai terbawa oleh gairahnya. Pasti telah banyak sekali perempuan yang sudah ditiduri pria ini.
Ketika Austin melepaskan ciuman panas itu, Ainsley mendorongnya menjauh dan menamparnya sekuat tenaga. Matanya berkilat-kilat penuh amarah dan bibirnya terasa membengkak.
Austin tersenyum senang menatap gadis itu. Kalau tidak ingat tempat dan menghormati gadis itu, ia pasti sudah meniduri Ainsley sekarang juga, di tempat ini.
Tapi ia tahu, gadis itu tetap akan menjadi miliknya. Ia akan mendapatkan gadis itu ketika gadis itu sudah benar-benar menjadi miliknya.
"Apa itu ciuman pertamamu?" godanya. Terlihat jelas gadis itu tak berpengalaman.
"Sialan, aku akan melaporkanmu karena melakukan pelecehan seksual!"
Austin tertawa keras.
"Aku hanya menciummu dan kau bilang itu pelecehan seksual? Kalau begitu aku akan menyetubuhimu di sini sekarang juga." balas pria itu masih mau menggoda Ainsley. Ada kesenangan tersendiri dalam hatinya saat melihat ekspresi yang berbeda-beda dari wajah gadis itu. Ia jadi makin tidak sabar melihat ekspresi Ainsley ketika tahu mereka sudah bertunangan sejak kecil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Edah J
Austin mah kayak Soang main sosor aja🤦
2024-09-17
0
sherly
gile tanpa aba2 langsung nyosirrr
2024-05-11
2
Dian Rahmawati
austin langsung to the point
2024-01-09
2