"Kenapa menelponku?" Ainsley bertanya dengan nada cukup ketus. Bukannya Austin sudah berjanji tidak akan mengganggunya kalau dirinya sedang di kampus? Dasar suami menyebalkan. Tapi sebenarnya secara kebetulan lelaki itu menelpon di waktu yang tepat. Ia jadi punya alasan untuk menghindar dari Alfa. Entah kenapa sekarang Ainsley merasa sangat canggung bicara dengan seniornya itu.
"Kau di mana?" tanya Austin di telpon.
Ainsley memutar bola matanya malas. Pertanyaan yang tidak penting. Pria itu jelas tahu dirinya ada di kampus.
"Menurutmu?" terdengar gelak tawa Austin dari seberang.
"Maksudku di kampus bagian mana?"
pertanyaan itu langsung membuat Ainsley refleks memandang kiri-kanan muka belakang. Jangan-jangan Austin sekarang berada di kampus dan tengah mengamati gerak-geriknya lagi. Kalau benar, awas saja.
"Jangan bilang kau sedang mencariku sayang." gumam Austin lagi karena cukup lama Ainsley tidak menjawabnya.
"Kau mengikutiku ke kampus?" tanya Ainsley. Lagi-lagi ia mendengar suara gelak tawa Austin di ujung sana.
"Ayolah Ainsley. Aku tidak cukup bebas sampai harus mengikutimu ke kampus."
mendengar perkataan itu Ainsley menghembuskan nafas lega. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana hebohnya anak-anak kampus kalau Austin, pengusaha terkenal itu benar-benar mengikutinya.
Ketika bangun tidur kemarin Ainsley iseng-iseng membaca artikel tentang Austin. Dan ia sadar yang dikatakan para sahabatnya memang benar. Austin sangat terkenal dan wajahnya sering sekali muncul di berita-berita.
Mengetahui hal itu, perasaan gadis itu makin berat. Ia tidak mau banyak orang yang tahu kalau kini dirinya sudah resmi menjadi istri Austin. Mereka pasti akan mencari tahu tentang tentang latarbelakangnya dan membanding-bandingkan status sosial bahkan mungkin fisiknya yang yang tidak cocok bersanding dengan seorang Austin, sosok laki-laki yang sempurna menurut banyak orang.
Hidupnya pun pasti tidak akan bebas seperti biasa. Pokoknya ia harus memikirkan cara supaya tidak ada yang tahu tentang hubungannya dan Austin selain para sahabat dan keluarganya.
"Ainsley, kau masih disanakan? Ainsley."
suara itu menyadarkan lamunan Ainsley.
"Kalau tidak ada yang penting aku tutup telponnya." gadis itu langsung menutup sepihak pembicaraannya dengan Austin tanpa menunggu pria itu membalas perkataannya.
***
Diruangannya, Austin tercengang lalu mendengus kesal. Berani-beraninya gadis itu menutup telponnya duluan. Belum ada yang memperlakukannya seperti itu sebelumnya.
Kali ini wajah kesal Austin berubah menjadi senyuman tipis. Ia tidak akan memperhitungkannya hari ini. Yang penting ia sudah puas karena telah mendengar suara gadis itu.
Sesaat kemudian suara ketukan depan pintu ruangannya membuat ekspresi Austin kembali berubah datar. Ia berdeham pelan sebelum bicara.
"Masuk." nada suaranya berat dan terdengar cukup dingin.
Ketika Austin mengangkat kepalanya, ia langsung mengenali wanita yang kini berdiri didepannya. Iren, sih gadis robot. Asistennya Narrel. Wanita itu bahkan lebih datar darinya. Tapi ia menghargai Iren karena Iren adalah tipe wanita pekerja keras dan tidak pernah menggodanya. Murni menganggapnya hanya sebagai atasan. Austin bisa merasakan itu.
"Pak Austin, lima menit lagi kita akan mulai meeting. Pak Narrel menyuruh saya memberitahu anda." kata Iren dengan gaya bicara formal seperti biasa.
Biasanya Narrel yang selalu memberitahu Austin langsung namun tadi perutnya tiba-tiba sakit jadi pria itu mengutus Iren, asistennya.
"Kemana Narrel?" tanya Austin.
"Toilet. Katanya sakit perut pak." jawab Iren seadanya.
"Ya sudah, pergilah. Aku akan menyusul ke ruangan meeting lima menit lagi." balas Austin. Iren mengangguk kemudian berbalik pergi.
"Tunggu!"
langkah Iren terhenti sebelum mencapai pintu keluar. Ia berbalik lagi menghadap bos utamanya itu.
"Ada lagi yang perlu saya bantu pak?" tanyanya.
"Dimana barang-barang istriku?"
Austin ingat asistennya Narrel itu mengirim pesan kalau barang-barang Ainsley sudah dia ambil dari hotel. Sebenarnya Iren juga mau langsung mengantar barang-barang itu ke rumah Austin, namun ia tiba-tiba punya urusan lain kemarin jadi tidak sempat ke rumah bos besarnya itu.
"Masih di tempat tinggal saya pak. Pulang kerja nanti akan saya antar." jawabnya memberi penjelasan.
tangan Austin mengetuk-ngetuk meja kerjanya pelan lalu mengangguk setuju dan mengijinkan Iren pergi.
Tak lama kemudian pria itu ikut berdiri dari situ, bersiap-siap ke ruangan meeting.
Di kampus, Ainsley menatap keberadaan Alfa dari balik tembok. Ternyata pria itu masih setia duduk disana.
Hufft..
Ainsley menghembuskan nafas panjang. Kenapa pria itu masih berada di sana? Apa Alfa sedang menunggunya?
Tidak, tidak! Ainsley menggeleng cepat. Tidak mungkin seorang senior populer seperti Alfa akan menunggu gadis biasa-biasa saja yang tidak ada kelebihan apapun sepertinya itu.
Tapi...
Kalau Alfa masih di tempat itu, bagaimana caranya dia pergi coba.
Ainsley jadi bingung. Matanya memandang ke segala cara. Mencari-cari jalan keluar lain di tempat itu. Sayangnya nihil. Pintu keluar dari kantin besar itu hanya dua. Dibagian depan dan tengah. Posisi tempat duduk Alfa yang berada di tengah membuat Ainsley kesulitan melarikan diri dari pandangan pria itu.
Aduh...
Dengan terpaksa gadis itu harus menunggu Alfa meninggalkan tempat baru pergi.
Ainsley cepat-cepat bersembunyi ketika Alfa berbalik menatap kebelakang. Hampir saja. Gadis itu memutar badan kedepan lagi, terus melirik ke tempat Alfa. Kapan pria itu akan pergi sih.
Tingkahnya sudah seperti pencuri saja. Tapi mau bagaimana lagi, ia benar-benar belum ingin bicara dengan seniornya itu. Tidak tahu mau bicara apa juga.
Hampir sepuluh menit lamanya Ainsley menunggu. Beberapa orang yang berada tak jauh dari situ kini menatapnya dengan ekspresi berbeda-beda. Mungkin berpikir dirinya sangat aneh. Ia sendiri berusaha untuk tidak peduli. Pandangannya kembali melirik ke meja Alfa.
Ainsley lalu bernafas lega saat melihat lelaki itu sudah tidak ada. Mungkin sudah keluar. Tak lama sesudah itu ia ikut keluar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Susanty
Ainsley hargailah Austin, padahal dia udah berkorban demi kamu
2024-11-08
2
Sri Widjiastuti
Ainsley menyebalkan
2024-09-24
1
Edah J
Tuh kamu sendiri tahu kalau kamu gadis biasa aja dan dari keluarga biasa aja Ain
karena dari itu coba deh kamu hargai suamimu minimal dengan kata"yang sopan terlebih dahulu aja deh adaptasi lah✌️✌️✌️
2024-09-17
0