Chapter 4

"Aaargh!!"

Ainsley berteriak sekencang mungkin tapi percuma. Sekeras apapun ia berteriak tidak akan ada yang dengar. Setelah hampir sepuluh menit berlalu tanpa hasil, gadis itu lalu berhenti sendiri karena kelelahan. Ia terduduk di lantai. Austin kembali menggeram melihat pakaian gadis itu.

Terlalu terbuka. Ia tidak suka wanita yang akan menjadi miliknya nanti memakai pakaian yang terlihat seperti perempuan murahan.

"Siapa yang memberimu pakaian itu?" tanyanya datar. Gadis yang masih duduk di lantai itu mengangkat wajah menatapnya.

"Temanku, kenapa? Kau ingin memakainya juga?" jawabnya dengan nada membentak lalu bertanya dengan polosnya. Austin tertawa. Gadis yang lucu, batinnya.

Tak lama kemudian ia membuka jasnya lalu memakaikannya di tubuh Ainsley. Ia tidak mau tubuh gadis itu di nikmati orang lain. Hanya dirinya yang bisa karena tubuh itu miliknya akan segera menjadi miliknya cepat atau lambat.

"Ayo, ku antar kau pulang." gumamnya berubah lembut sampai-sampai Ainsley hanya terdiam bingung menatapnya. Senyuman lembut pria itu entah kenapa membuatnya membiarkan dirinya di bimbing keluar. Ia bahkan tidak sadar sudah duduk di dalam mobil Austin.

"Kau mau pulang ke rumahku atau rumahmu?" tanya Austin belum berhenti-berhenti juga menggoda gadis itu. Ainsley langsung melotot tajam.

"Tentu saja rumahku!" balasnya cepat dan galak.

"Baiklah." balas Austin santai.

"Lagipula kau tidak akan pernah bisa lari dariku. Kau akan menikah denganku." tambahnya penuh kepastian dan sangat percaya diri. Ainsley melotot.

"Apa katamu? Aku tidak akan pernah mau menikah dengan pria mesum sepertimu." Austin tertawa kesal.

"Hati-hati dengan ucapanmu sayang, nanti kau bisa ketagihan saat milikku bergerak di dalam tubuh indahmu itu." entah kenapa Austin jadi sangat suka berbicara hal-hal yang berbau mesum di depan gadis itu.

Ia memang tidak pernah melakukannya dengan perempuan lain, tapi Ainsley bisa membuatnya terlihat seperti pria mesum yang gila dengan berjuta pengalaman. Ainsley akhirnya memilih diam. Tidak seharusnya ia memancing pria gila ini.

                                   ***

Ainsley sudah berada di rumahnya sekarang. Berdiam diri dikamar tercintanya dengan mata menerawang ke langit-langit kamarnya. Ia masih ingat jelas ciuman panas yang dilakukannya tadi dengan pria bernama Austin itu. Lebih tepatnya sih pria itu yang menciumnya. Ia sama sekali tidak membalas ciuman itu karena tidak tahu bagaimana.

Tadi itu adalah pertama kalinya ia berciuman, dan ia akui rasanya sangat manis. Ainsley memegangi bibirnya. Ciuman pertamaku... batinnya.

Ia pikir dirinya akan  memberikan ciuman pertamanya pada pria yang dia cintai nanti, tapi malah diambil paksa oleh lelaki brengsek yang penuh dengan otak mesum itu. Tampan sih, tapi terlalu berbahaya. Gadis itu tidak yakin bisa mempertahankan kesuciannya kalau seandainya ia berhubungan dengan sih mesum itu.

Ainsley mengernyit bingung ketika menyadari sesuatu. Ia lalu bangun dari tempat tidur dengan raut wajah berpikir.

"Darimana dia tahu rumahku?" gumamnya pada diri sendiri. Ia ingat tadi tidak bilang alamat rumahnya di mana, pria itu juga tidak pernah bertanya padanya.

Tahu-tahunya mobil yang dinaikinya itu sudah berhenti di depan rumahnya. Pikiran Ainsley mulai merembes ke mana-mana. Ia mulai berpikir macam-macam. Apa dia seorang penguntit? Kalau tidak, bagaimana pria itu bisa tahu di mana letak rumahnya coba. Gadis itu merinding ngeri.

"AINSLEY!" teriakan keras dari luar membuyarkan lamunannya. Ainsley meringis pelan, ada apalagi sih.

Dengan gerakan santai ia berdiri keluar kamarnya. Deisy, kakak tirinya sudah berdiri didepan sana sambil berkacak pinggang menatapnya penuh amarah.

"Kemana pakaian mahalku yang baru ku beli kemarin? Kau pasti mencurinya kan?" Ainsley melongo lalu menatap Deisy malas. Siapa juga yang mau mencuri pakaian-pakaian sexy itu sekalipun itu pakaian mahal.

"Siapa juga yang mau nyuri pakaian nggak bermoral itu." balasnya berani.

"Kau itu selalu iri padaku karena aku bisa kerja di perusahaan besar sedangkan kau hanya pelayan cafe. Pasti kau sengaja ingin membuatku marah dengan mencuri barang-barangku, ayo mengaku!"

Mata Ainsley membulat lebar. Dasar aneh, kenapa juga dia harus iri. Dia sudah sangat senang dengan hidupnya yang sekarang. Lagipula iri tidak ada faedahnya sama sekali buat hidupnya. Dia juga bisa kerja di perusahaan kalau lulus nanti.

Akhirnya, karena merasa pembicaraan itu tidak penting, Ainsley memilih masuk dan mengunci pintu kamarnya. Malas dia meladeni orang macam kakak tirinya itu. Pemarah, galak dan suka menuduh sembarangan.

"Ainsley, tidak sopan kamu! Keluar cepat!"

Deisy menggedor-gedor kuat pintu kamar Ainsley tapi Ainsley tidak peduli. Jangan harap dia membukanya, tidak akan.

\*\*\*

Keesokan harinya sepulang kampus, Ainsley memutuskan untuk langsung datang ke cafe tempatnya bekerja. Gadis itu merasa kepalanya pening. Dia menghela nafas panjang. Gawat, sepertinya virus dari salah satu teman kampusnya yang bersin-bersin didekatnya tadi membuatnya tertular.

Sekarang selain pening di kepalanya, di bagian matanya terasa berdenyut-denyut dan seluruh permukaan kepalanya terasa nyeri.

Ainsley menunggu dengan lunglai di tepi jalan. Udara sore menjelang malam dan angin yang bertiup kencang itu entah kenapa terasa begitu dingin menerpa kulitnya. Rasanya sangat menyiksa karena terasa menusuk sampai ke tulang.

Ainsley merapatkan tubuhnya yang hanya memakai kaos putih berbahan tipis. Dia tidak memakai jaket karena siang tadi udaranya tidak sedingin malam ini. Dia masih berdiri di tepi jalan itu. Hanya ada beberapa kendaraan pribadi yang lalu lalang. Taksi online yang dipesannya tadi belum datang-datang juga. Ya ampun, berapa lama dia harus menunggu ditengah-tengah hawa dingin ini? Dia sudah merasa ingin pingsan.

Dengan langkah tertatih, Ainsley berjalan menuju ke tempat duduk di halte yang tak jauh dari situ. Dia sudah tidak kuat berdiri lebih lama lagi. Demamnya makin terasa, membuat dirinya hampir limbung dan Ainsley merasa cemas. Dia masih punya shift malam ini.

Mata Ainsley mulai berkunang-kunang berpegangan pada salah satu tiang halte itu, menyandarkan tubuhnya di sana sampai kemudian sebuah tangan yang terasa kuat menyentuh pundaknya, membuat gadis itu hampir terloncat kaget. Ia menatap lelaki itu.

"Kau terlihat tidak sehat," itu lelaki yang mengambil ciuman pertamanya waktu itu.

Ainsley melotot menatap lelaki itu. Ia berusaha berdiri tegak biar terlihat kuat. Dia merasa harus berhati-hati terhadap lelaki itu. Bisa saja kan lelaki itu berbuat akan macam-macam pada dirinya yang lemah ini. Ia tidak mau tubuhnya yang masih suci, yang dijaganya untuk pangeran impiannya nanti...

intinya ia tidak mau di nodai oleh pria itu.

"Apa?" pria itu menatapnya galak.

"Aku tidak mau meladenimu sekarang. Sebaiknya kau pergi saja."  ucap Ainsley lemah. Tiba-tiba rasa pening yang amat sangat menimpanya, membuatnya mengerang kesakitan.

"Kau kenapa? pria itu menyentuh dahinya dan mengernyit.

"Tubuhmu panas sekali!"

Itu adalah kata-kata terakhir yang di dengar Ainsley sebelum dia limbung dan kehilangan kesadarannya.

Terpopuler

Comments

Edah J

Edah J

Bisa juga tuh kakak tirinya Ain itu kerja di perusahaan nya Austin

2024-09-17

0

Bebby_Q'noy

Bebby_Q'noy

hahaaa

2024-08-20

0

Modish Line

Modish Line

😂😂😂😂😂

2024-07-12

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1
2 Chapter 2
3 Chapter 3
4 Chapter 4
5 Chapter 5
6 Chapter 6
7 Chapter 7
8 Chapter 8
9 Chapter 9
10 Chapter 10
11 Chapter 11
12 Chapter 12
13 Chapter 13
14 Chapter 14
15 Chapter 15
16 Chapter 16
17 Chapter 17
18 Chapter 18
19 Chapter 19
20 Chapter 20
21 Chapter 21
22 Chapter 22
23 Chapter 23
24 Chapter 24
25 Chapter 25
26 Chapter 26
27 Chapter 27
28 Chapter 28
29 Chapter 29
30 Chapter 30
31 Chapter 31
32 Chapter 32
33 Chapter 33
34 Chapter 34
35 Chapter 35
36 Chapter 36
37 Chapter 37
38 Chapter 38
39 Chapter 39
40 Chapter 40
41 Chapter 41
42 Chapter 42
43 Chapter 43
44 Chapter 44
45 Chapter 45
46 Chapter 46
47 Chapter 47
48 Chapter 48
49 Chapter 49
50 Chapter 50
51 Chapter 51
52 Chapter 52
53 Chapter 53
54 Chapter 54
55 Chapter 55
56 Chapter 56
57 Chapter 57
58 Chapter 58
59 Chapter 59
60 Chapter 60
61 Chapter 61
62 Chapter 62
63 Chapter 63
64 Chapter 64
65 Chapter 65
66 Chapter 66
67 Chapter 67
68 Chapter 68
69 Chapter 69
70 Chapter 70
71 Chapter 71
72 Chapter 72
73 Chapter 73
74 Chapter 74
75 Chapter 75
76 Chapter 76
77 Chapter 77
78 Chapter 78
79 Chapter 79
80 Chapter 80
81 Chapter 81
82 Chapter 82
83 Chapter 82
84 Chapter 85
85 Chapter 86
Episodes

Updated 85 Episodes

1
Chapter 1
2
Chapter 2
3
Chapter 3
4
Chapter 4
5
Chapter 5
6
Chapter 6
7
Chapter 7
8
Chapter 8
9
Chapter 9
10
Chapter 10
11
Chapter 11
12
Chapter 12
13
Chapter 13
14
Chapter 14
15
Chapter 15
16
Chapter 16
17
Chapter 17
18
Chapter 18
19
Chapter 19
20
Chapter 20
21
Chapter 21
22
Chapter 22
23
Chapter 23
24
Chapter 24
25
Chapter 25
26
Chapter 26
27
Chapter 27
28
Chapter 28
29
Chapter 29
30
Chapter 30
31
Chapter 31
32
Chapter 32
33
Chapter 33
34
Chapter 34
35
Chapter 35
36
Chapter 36
37
Chapter 37
38
Chapter 38
39
Chapter 39
40
Chapter 40
41
Chapter 41
42
Chapter 42
43
Chapter 43
44
Chapter 44
45
Chapter 45
46
Chapter 46
47
Chapter 47
48
Chapter 48
49
Chapter 49
50
Chapter 50
51
Chapter 51
52
Chapter 52
53
Chapter 53
54
Chapter 54
55
Chapter 55
56
Chapter 56
57
Chapter 57
58
Chapter 58
59
Chapter 59
60
Chapter 60
61
Chapter 61
62
Chapter 62
63
Chapter 63
64
Chapter 64
65
Chapter 65
66
Chapter 66
67
Chapter 67
68
Chapter 68
69
Chapter 69
70
Chapter 70
71
Chapter 71
72
Chapter 72
73
Chapter 73
74
Chapter 74
75
Chapter 75
76
Chapter 76
77
Chapter 77
78
Chapter 78
79
Chapter 79
80
Chapter 80
81
Chapter 81
82
Chapter 82
83
Chapter 82
84
Chapter 85
85
Chapter 86

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!