"Gimana, gimana? Ceritakan pengalamanmu menjadi istri Austin!" seru Fina antusias. Mereka sekarang berada di kantin kampus.
Ainsley memutar bola matanya malas. Apa yang mau di ceritakan coba.
"Bagaimana malam pertama kalian? Enak nggak? Pasti kamu ketagihan kan." timpal Dara sambil menyenggol bahu Ainsley dengan tatapan menggoda. Ainsley hampir tersedak mendengarnya. Astaga, memangnya mereka tidak ada pembicaraan lain apa selain hal-hal yang berbau dewasa begitu.
"Bisa tidak kita bahas yang lain saja?" tawar Ainsley. Ia sedang tidak mau membahas kehidupan pernikahannya. Apalagi hal-hal pribadi seperti itu. Lagipula tidak ada yang terjadi antara dirinya dan Austin. Ia akui Austin cukup setia memenuhi janjinya untuk tidak menyentuh gadis itu dulu. Meski dua malam ini mereka tidur sekamar, Austin tetap bisa menahan diri. Hanya saja, Ainsley tidak tahu sampai kapan pria itu akan bertahan. Dan kapan dirinya benar-benar siap di sentuh oleh lelaki itu. Tidak mungkin dirinya menghindar terus.
"Kenapa, jangan bilang kau malu. Ciee maluu.." goda Dara lagi.
Ainsley hanya menggeleng-geleng dengan kelakuan teman-temannya itu. Ia tidak tahu mau bilang apa lagi. Sebenarnya bisa saja dia bilang belum terjadi apa-apa antara dirinya dan Austin, tapi setelah di pikir-pikir tidak penting juga cerita pada mereka. Mereka tidak akan percaya. Ainsley yakin itu.
"Ainsley,"
Ainsley, Fina dan Dara sama-sama menoleh ke arah datangnya panggilan. Seorang lelaki jangkung berkacamata telah berdiri di depan mereka.
Namanya Alfa. Salah satu mahasiswa terkenal di kampus dan sering dijuluki senior pria nomor satu. Nomor satu kaya, pintar dan gantengnya juga.
Dulu Ainsley cukup dekat dengan Alfa, sayangnya sejak pria itu mengumumkan pertunangannya hubungan mereka mulai menjauh. Ainsley sendiri yang berinisiatif membatasi diri bertemu dengan Alfa. Apalagi ketika dirinya melihat tatapan tunangan Alfa yang sepertinya tidak menyukainya itu.
"Alfa, kau sudah balik?" seru Dara. Tiga bulan ini Alfa memang tidak ada di kampus mereka karena pria itu mengikuti studi banding di kampus lain.
Alfa mengangguk. Pandangannya kembali beralih ke Ainsley. Sudah lama ia tidak melihat gadis yang dia rindukan itu. Alfa sebenarnya menyukai Ainsley. Namun ia tidak bisa menolak perjodohan yang di rencanakan oleh orangtuanya.
"Bagaimana kabarmu?" tanya Alfa masih terus menatap Ainsley.
Ainsley tersenyum tipis.
"Baik." jawabnya.
"Kau sendiri?" ia balik bertanya. Ainsley merasa cukup canggung. Apa karena sudah lama ia tidak bertemu dan berbincang-bincang dengan lelaki itu?
"Aku baik. Apa kesibukanmu sekarang? Kau masih kerja di cafe itu?" Alfa bertanya lagi. Ia ingin tahu apakah Ainsley masih bekerja di cafe milik sepupunya itu atau tidak. Ia tahu dari dulu gadis itu suka mencari kerja sampingan. Jadi ia merekomendasikan cafe milik sang sepupu.
Gelak tawa Fina dan Dara membuat Alfa menatap bingung.
"Memangnya kau tidak tahu Ainsley sudah menikah?"
kata-kata itu seolah menghujam dada Alfa. Seperti ada yang memukuli dadanya bertubi-tubi. Ia sadar antara dirinya dan Ainsley sulit untuk menjalin hubungan. Tentu saja karena dirinya terikat dengan perjodohan sialan itu. Tapi, hatinya begitu sakit mendengar kata-kata Ainsley yang sudah menikah. Kapan gadis itu menikah, kenapa dia tidak tahu? Dan, siapa pria yang menikahinya?
Bukannya geer. Tapi bukannya Ainsley menyukainya? Ia pernah tidak sengaja membaca buku harian gadis itu. Mana mungkin akan secepat itu Ainsley melupakan perasaannya dan berbalik menyukai pria lain. Bahkan secepat itu menikah. Alfa masih tidak percaya.
"Kalian bercanda kan? Ain, kau tidak akan menikah secepat itu bukan? Bukannya kau bilang akan bekerja keras menjadi wanita karir dan membangun usahamu sendiri setelah itu baru mencari pria yang cocok untuk jadi pendampingmu?" Alfa sungguh tidak bisa terima.
Sementara Ainsley sendiri masih diam. Ia tidak tahu mau bicara apa.
Namun kenyataannya memang benar. Dirinya memang sudah menikah. Meski bukan didasarkan karena cinta. Ia akui masih ada sedikit rasa suka yang tersisa pada Alfa. Namun... Ainsley sudah berusaha keras untuk melupakan. Ia tahu antara dirinya dan Alfa tidak mungkin. Orangtua Alfa sendiri pernah memberinya peringatan untuk tidak mendekati pria itu lagi. Dan Ainsley cukup tahu diri.
"Kau benar-benar sudah menikah?" kali ini suara Alfa makin tidak bersemangat. Melihat sikap diam Ainsley, sepertinya yang di katakan Fina tadi memang benar.
Fina ingin mewakili Ainsley mengiyakan tapi cepat-cepat di cegah Dara. Hanya Dara yang merasa peka dengan ketegangan yang terjadi antara Ainsley dan Alfa sekarang. Menurutnya mereka berdua butuh waktu sendiri untuk saling bicara.
"Fin, aku lupa aku harus mengumpulkan tugas. Ayo temani aku." ucap Dara beralasan.
"Tapi.." balas Fina. Rasanya Dara ingin mencekik leher gadis itu karena tidak peka-peka juga.
"Tidak ada tapi-tapi, ayo pergi!" kata Dara lalu menarik tangan Fina pergi dari situ.
Kini tinggal Ainsley dan Alfa. Alfa yang tidak pernah mengalihkan pandangannya dari gadis itu, dan Ainsley yang terus menunduk.
"Kau mencintainya?" tiba-tiba pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulut Alfa. Ainsley mengangkat wajah menatap pria itu.
"Hah?" mereka saling menatap.
"Pria yang kau nikahi, kau mencintainya?" ulang Alfa. Ia masih ragu Ainsley sudah melupakannya begitu saja.
belum ada jawaban. Ainsley hanya tampak bingung bagaimana harus menjawab. Namun ia tetap harus meyakinkan Alfa kalau ia menikah karena ia menyukai pria yang dinikahinya tentu saja.
"Bukannya orang menikah karena mereka saling mencintai?" ucap Ainsley tersenyum kikuk.
Alfa mengepal tangannya kuat-kuat. Ada rasa tidak terima dalam hatinya. Ia tidak mau perasaan Ainsley padanya berubah.
"Tapi, b..bukannya kau menyukaiku? Apa secepat itu perasaanmu berubah?"
"Hah?" Ainsley melongo mendengar ucapan Alfa. Ia tidak memungkiri dulu ia sangat menyukai pria itu, tapi.. darimana Alfa tahu kalau dirinya menyukai pria itu?
"K..kata siapa aku menyukaimu?"
"Kau menulisnya di diarimu."
Ainsley berteriak dalam hati. Alfa membaca diarinya? Astaga. Ia sangat malu. Kenapa pria itu membacanya? Itu kan privasi.
"Alfa.. a... aku..,"
Drrttt...
bunyi getaran ponselnya menghentikan perkataan Ainsley. Ia merogoh sakunya dan melihat nama sih pemanggil. Siapa lagi kalau bukan suami barunya yang suka mengatur itu.
Ainsley belum mengangkat. Ia kembali menatap Alfa didepannya.
"A..aku angkat telpon dulu. Tidak usah menungguku. Kita bicara nanti saja." katanya lalu berdiri dari kursi dan berjalan pergi. Meninggalkan Alfa yang sepertinya tidak mau gadis itu pergi dulu. Ia ingin mendengar penjelasan Ainsley. Kenapa gadis itu tiba-tiba menikah di masa kuliahnya. Ia harus mencari tahu. Kalau tahu akan begini, ia langsung meminta Ainsley menjadi pacarnya saja dulu. Alfa mengusap wajahnya kesal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Edah J
Ingat Ain jangan disembunyikan dalam hal apapun karena Austin akan tahu ingat Suamimu itu orang yg berkuasa
2024-09-17
0
Icha
lah situ waras,... udah tunangan masih ngarep dicintai
2024-06-26
0
Miss Typo
dah punya tunangan tp gak terima Ainsley dh nikah
2024-06-08
0