Sudah satu minggu Mira menginap di panti asuhan,dia memilih panti asuhan untuk mengalihkan pikirannya.Dulu Mira pikir bertaubat itu mudah, hanya tidak lagi melakukan perbuatan dosa, dan hanya menaburkan kebaikan di sekelilingnya. Namun nyatanya tidak semudah yang Mira bayangkan.
Masalah -masalah kerap kali muncul,belum lagi sekarang setelah semua orang tau banyak
gunjingan -gunjingan atau perkataan merendahkan yang membuat Mira semakin merasa kerdil.(maaf ya mba Siti aku bukan ngatain kamu)😁🤭
Duduk di teras belakang dengan Bu fatimah di waktu senggang,karena anak-anak panti sebagian sedang bersekolah.
Sedangkan yang balita ada bersama perawat mereka.
Karena tak yang di ajaknya bicara ,mungkin dengan menceritakan keluh kesahnya pada Bu fatimah akan sedikit mengurangi beban pikirannya.pikir Mira.
Namun sebelum Mira mengatakan semuanya, Bu fatimah terlebih dahulu bertanya sesuatu padanya.
"Boleh ibu tanya sesuatu nak?" tanyanya Bu fatimah pada Mira.
Mira hanya tersenyum lalu mengangguk pelan.
"Dari kapan kamu melakukannya?"
Mira tercengang mendengar pertanyaan Bu fatimah,dia tau maksud pertanyaan Bu Fatimah.Tapi sejak kapan Bu fatimah tau pekerjaan kotornya.Selama ini Mira selalu menutup rapat tentang kehidupan pribadinya.
Tak lain hanya karena Mira merasa tak mempunyai lagi tempat yang nyaman selain panti asuhan ini.
Baginya Bu Fatimah adalah ibu kedua,.
Bukannya selama ini Bu fatimah taunya Mira bekerja di toko?lalu kenapa Bu fatimah bertanya seperti itu?
Lidah Mira seakan kelu untuk menjawabnya,niatan awal akan menceritakan semuanya dengan Bu fatimah seketika buyar.
Siapkah Mira menceritakan yang sebenarnya, dia terlalu takut jika menyangkut kehidupan kelamnya.
Tapi ketika dia ingat kata-kata mba Siti, Mira menjadi sadar bahwa apa yang mba katakan benar,dia harus berani menghadapi semua jika memang sungguh-sungguh ingin berubah.
"Sejak kematian ibu." jawab Mira lirih dengan kepala menunduk,matanya yang mulai berkaca-kaca dan tangan saling meremas,seakan Mira berada di kursi pesakitan.
Apa setelah ini Bu fatimah tidak mau lagi menerimanya.Mira terlalu berprasangka buruk dengan semuanya.
Namun saat sebuah tangan merangkulnya, rasa hangat menyeruak di hatinya.Dia seperti merasakan jika ibunya yang telah tiada sedang memeluknya.
Betapa dia sangat merindukan perasaan ini.
Mira merasakan tubuh wanita yang memeluknya bergetar ,menandakan bahwa beliau menangis.
"Maafkan ibu nak,maafkan ibu." Disela-sela tangisnya Bu fatimah berucap meminta maaf ,seakan beliau mempunyai kesalahan.
"Bu Fatimah kenapa?memang apa hubungannya dengan masa laluku?bukankah Beliau harusnya marah denganku,karena membohonginya.lalu kenapa malah minta maaf?"
Karena terbawa suasana yang terasa menyedihkan Mira pun ikut menangis, mereka saling berpelukan menangisi segala penyesalan mereka sendiri.Sampai beberapa lama mereka merasa lelah.
"Mira,,ibu minta maaf". sekali lagi Bu Fatimah mengatakannya.
"kenapa ibu meminta maaf sama Mira,seharusnya aku yang meminta maaf Bu." Dengan lelehan air mata Mira mengatakan itu, dia masih bingung dengan permintaan maafnya Bu Fatimah.
Sampai akhir Bu Fatimah pun menceritakan semuanya.
Flashback.
"Apa yang kamu lakukan Brenda,kenapa kamu begitu ceroboh seperti itu?" ucapnya penuh tekanan.
"Maafkan aku mba, aku mencintainya dan dia juga berjanji akan menikahiku."
wanita yang tengah hamil satu bulan itu tengah berlutut dan menangis sesenggukan di depan wanita yang tak lain fatimah .
"Tapi bukan berarti kamu harus menyerahkan kesucian mu sebelum kalian menikah." Fatimah begitu menyayangkan sikap Brenda yang terlalu percaya dengan laki-laki.
Betapa bodohnya wanita yang di depannya.Dia sudah menganggapnya adik,mereka juga sama-sama yatim piatu.
Tumbuh bersama di panti asuhan sampai akhirnya mereka di percayakan untuk mengurus yayasan tersebut.
"lalu apa tuan Jhon tau kehamilan mu?"cecar Fatimah, sampai dia menahan sesak di dadanya.
Brenda menggelengkan kepalanya."aku tidak bisa memberitahunya mba."
"kenapa tidak?Bukankah dia berjanji akan menikahi mu?"
"Dia akan menikah dengan nyonya Lyla
dan aku tidak bisa mencegahnya."berkata dengan menahan sesak.
"Dia juga terpaksa menikahinya karena wasiat bosnya, aku juga memikirkan masa depan anak-anak jika Jhon lebih memilihku." Brenda mengatakan dengan lelehan air mata di pipinya.
Fatimah begitu marah kenapa Jhon tidak mau bertanggung jawab atas kehamilan Brenda melainkan malah menikahi wanita lain.
"Lalu apa yang akan kamu lakukan sekarang?" Fatimah merasa tidak tau apalagi untuk membantunya.
"Kau tau bukan apa konsekuensinya kamu seperti ini?"sebenarnya Fatimah tidak ingin mengatakannya .
Fatimah mencoba mengingatkan Brenda jika nasibnya tidak akan baik.Hamil di luar nikah sama saja mencoreng nama baik yayasan tersebut.
Fatimah takut bila sampai kabar kehamilan Brenda di ketahui salah satu donatur tetap di yayasan itu.Karena akan berdampak pada kelangsungan dana di yayasan itu nantinya.
Maka dengan sangat berat hati Fatimah terpaksa mengusirnya.
"pergilah dari sini." Fatimah mengatakan dengan tubuh yang terguncang.
"Mungkin itu yang terbaik,maafkan mba."Dia sama-sama berlutut dan meraih tubuh Brenda.Jika saja saat ini tidak mengemban amanat yang besar
Fatimah dengan rela mau merawat anak itu dengan suka cita,Namun kenyataannya tidak demikian.
Dia juga harus memikirkan masa depan anak-anak panti lainnya.
Fatimah merasa dilema,dirinya seperti berada di dua pilihan yang sulit.
"Mba tolong jangan usir aku mba, bagaimana dengan anakku kelak mba." Brenda semakin terisak,dia hanya tidak ingin nasib anaknya terlunta-lunta di jalanan.
Cukup lama mereka dengan posisi seperti itu, sampai akhirnya Brenda memutuskan jika dia bersedia pergi.
"Baiklah jika ini yang terbaik,tapi aku ingin mba berjanji denganku saat ini."ucap Brenda setelah melepaskan pelukan mereka.
"Berjanjilah tidak akan pernah memberitahu Jhon bahwa ini anaknya."ucap Brenda penuh penekanan.
Dirinya hanya tidak ingin jika Jhon sampai tau,itu hanya akan membuat masalah dengan pernikahannya.
Bagaimanapun masa depan Panti Asuhan juga bergantung dari keluarga besar Lyla.
Fatimah sebenarnya kurang setuju dengan keputusan Brenda,karena bagaimanapun seorang anak juga berhak tau siapa Ayahnya.
Tetapi dia juga tidak berhak menentang keputusan Brenda.
"Iya,mba berjanji." Fatimah merasa berat mengatakan kalimat itu.Baginya terlalu berat ucapan janji itu,bagaimana jika anak itu seorang perempuan?itu berarti suatu saat dia akan membutuhkan ayahnya.
Fatimah bangun lantas masuk kedalam dan keluar dengan membawa sejumlah uang yang di taruh di amplop warna coklat.
"Bawalah ini, hanya itu yang bisa mba bantu."
"Tapi ini tabungan mba,aku tidak bisa menerimanya." Brenda mencoba menolak pemberian Fatimah.
"Tidak apa-apa,justru jika kamu menolak mba akan sangat merasa bersalah denganmu."paksa Fatimah, sebenarnya dia merasa tidak tega mengusir wanita hamil itu.
Melihat wajah Fatimah,Brenda akhirnya mau menerimanya.Dia merasa jika dirinya juga sebenarnya membutuhkan nya.
Malam itu juga Brenda keluar dari panti tanpa membawa banyak barang,hanya sebagian pakaiannya dan surat-surat penting dirinya, Dia pergi dengan membawa sejuta kenangan indah di Panti Asuhan itu.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments