Beberapa orang utusan datang ke Lembah Merpati. Mereka menyamar sebagai petugas kerajaan yang berpura-pura melakukan pendataan penduduk di seluruh negeri Bulan Perak.
"Naga satu, sepertinya tinggal perkampungan ini saja yang belum kita periksa. Kita tidak melewatkan satu desa pun, harapan satu-satunya menemukan Putri Ketiga di sini."
Naga*** (Nama regu pasukan khusus yang biasa menjadi mata-mata atau utusan kekaisaran)
"Kamu benar. Semoga saja Nona Xiao Jin ada di sini."
Mereka berhenti di tepi hutan yang tidak jauh dari desa. Pasukan khusus ini berjumlah lima orang, mereka berpencar dan menemui penduduk untuk melakukan pendataan, tidak terkecuali perguruan milik guru Wan Long.
Naga empat dan naga lima mendapatkan bagian di Perguruan Lembah Merpati. Mereka memeriksa dan mengobrol bersama keempat guru yang menggantikan guru Wan Long.
Satu demi satu pendataan murid-murid itu pun selesai. Namun, keberadaan Xiao Jin tidak juga diketemukan. Tidak ada harapan lagi bagi mereka.
"Maaf, Guru, kalau boleh bertanya, apakah ada yang meninggalkan tempat ini?" tanya naga lima.
Salah satu guru itu menjawab 'tidak ada' karena kepergian guru Wan Long dan Xiao Jin memang bukanlah untuk sebuah misi. Jawabannya membuat keberadaan Xiao Jin tidak terendus dan tetap aman. Mereka tidak akan kembali ke sana lagi karena merasa telah bertemu dengan seluruh penduduk desa itu.
Merasa tidak ada yang bisa dilakukan lagi di sana, kelima utusan itu pergi meninggalkan desa itu. Mereka berkumpul di luar desa lalu bersama-sama kembali ke Kaisar Bulan Perak.
Tidak ada obrolan di antara mereka selama perjalanan. Mereka merasa sangat tegang karena tidak berhasil menemukan Xiao Jin. Pangeran Lu Qin Chen pasti akan merasa sangat marah pada mereka.
Mereka bertugas selama lebih dari tiga bulan tetapi tidak menghasilkan apa-apa. Selama berkunjung ke rumah-rumah penduduk, mereka meminta stempel dari pemimpin setempat. Setidaknya, mereka tidak akan menerima hukuman karena tidak berhasil membawa Xiao Jin kembali ke istana.
Pangeran Lu Qin Chen berdiri mematung menatap keluar kamarnya. Dia sering menghabiskan waktuku di kamar untuk menyendiri. Setelah kepergian Xiao Jin dia kehilangan semangat hidupnya.
"Yang Mulia, maaf mengganggu waktumu." Terdengar suara seorang penjaga mengusik ketenangan Lu Qin Chen.
Dia tidak menjawabnya dan memilih untuk pergi menemuinya.
Pengawal itu terkejut ketika tiba-tiba pintu terbuka. Semula dia berpikir jika Lu Qin Chen masih tertidur. Tangannya yang hendak mengetuk pintu tertahan di depan wajah Lu Qin Chen. Pengawal itu buru-buru menariknya.
"Maaf, Yang Mulia. Saya tidak bermaksud lancang." Tubuhnya berkeringat dengan wajah menunduk tanpa berani menatap ke arah Lu Qin Chen.
"Katakan apa tujuanmu? Aku sedang tidak ingin berbasa-basi."
Ucapan Lu Qin Chen terdengar tegas meskipun tidak bernada tinggi. Sorot matanya syarat akan kesedihan yang terpendam.
"Begini, Yang Mulia. Em, utusan yang dikirim untuk mencari Nona Xiao Jin sudah kembali."
Lu Qin Chen tidak menunggu pengawalnya menyelesaikan kata-katanya, dia langsung pergi dan berjalan tergesa meninggalkan tempat itu. Dalam hati dia berharap, utusannya itu membawa kabar baik untuknya.
Di aula istana sudah ada Kaisar Lu ketika dia datang. Kelima utusan itu sedang berbicara padanya. Melihat wajah tegang ayahnya, perasaan Lu Qin Chen menjadi tidak menentu.
Kelima utusan itu memberi hormat pada Lu Qin Chen. Mereka tidak berani mengangkat wajahnya. Terlebih saat merasakan aura dingin sikap Lu Qin Chen.
"Apakah kalian menemukan jejak keberadaan Xiao Jin?"
"Ampun, Yang Mulia. Kami sudah berkeliling ke seluruh negeri. Namun, kami tidak menemukan Nona Xiao Jin."
"Pergilah sebelum kesabaranku hilang!" Pangeran Lu Qin Chen terlihat sangat kecewa. Suara beratnya membuat hati Kaisar Lu ikut merasa sedih. Dia bisa merasakan apa yang dirasakan oleh putranya saat ini.
Para utusan itu pergi meninggalkan ruangan itu tanpa pikir panjang. Berlama-lama berada di sana akan membuat mereka kesulitan. Hati mereka merasa lega, apa yang mereka takutkan sebelumnya tidak terjadi.
Kaisar Lu turun dari singgasananya dan berjalan mendekati Lu Qin Chen. Sebagai seorang ayah dia sangat peduli dengan apa yang menimpa putranya.
"Chen'er. Ayah mengerti bagaimana rasanya kehilangan. Selama belum mendengar kabar kematiannya, pasti dia akan kembali."
Lu Qin Chen menatap ayahnya dengan penuh perasaan. Saat ini hatinya benar-benar sangat rapuh. Jika tidak mengingat dirinya seorang pria, mungkin dia akan menangis meluapkan kesedihannya.
Hanya ayahnya yang selalu memperhatikannya, ibunya sedang tidak berada di istana dalam waktu yang lama bersama adiknya. Sedangkan para selir yang materialistis sibuk dengan kesenangan mereka.
"Cukup lama aku menunggu. Segala cara juga telah aku lakukan untuk mencari Xiao Jin. Namun, sedikitpun tidak ada titik terang." Suara Lu Qin Chen terdengar parau dan penuh beban.
Kaisar Lu membawa putranya berjalan agar suasana hatinya menjadi lebih baik. Mereka pergi ke halaman samping dan melihat keindahan danau buatan yang dikelilingi oleh jembatan kayu panjang yang diberi atap.
"Sepertinya aku perlu menambahkan jembatan kayu yang menghubungkan tempat ini dengan tempat di ujung sana." Kaisar Lu menunjuk tempat di seberang mereka berdiri.
"Apakah kamu memiliki pandangan lain? Di waktu kecil kamu sangat senang membuat sebuah rancangan."
Kaisar Lu terus berbicara, berharap Lu Qin Chen akan menjawabnya dengan antusias seperti ketika dia belum kehilangan Xiao Jin.
"Aku sedang tidak bersemangat untuk melakukan apapun, Ayah. Aku butuh waktu untuk menenangkan diriku."
Kaisar Lu menghela napas dalam-dalam lalu menghembuskannya secara perlahan. Butuh kesabaran untuk menghadapi orang yang sedang patah hati.
Dia berpikir keras bagaimana caranya untuk melunakkan hati putranya. Bukan memintanya untuk melupakan Xiao Jin. Namun, mengingatnya dengan cara yang berbeda.
Ayah dan anak itu berdiri menghadap ke danau dengan tangan berpegangan pada pagar jembatan kayu. Setelah menyusun kata-kata dengan rapi di kepalanya, Kaisar Lu memutar tubuhnya menghadap ke arah Lu Qin Chen untuk berbicara. Dia berharap nasehatnya bisa diterima dengan baik.
"Ayah pernah muda. Pernah mengalami hal yang sulit untuk mendapatkan cinta. Selain demi urusan politik, ayah tidak akan memiliki banyak selir. Ibumu adalah satu-satunya wanita yang ayah cintai."
Lu Qin Chen mulai tertarik dengan cerita ayahnya. Dia berbalik menghadapnya.
"Ayah juga harus merasakan getirnya perpisahan dengan masalah yang berbeda. Kakek dan nenekmu dulu tidak setuju ayah menikah dengan ibumu. Apakah ada hal yang lebih sakit dari itu?"
Lu Qin Chen menggelengkan kepalanya.
"Tapi ayah tetap menjalani hidup ayah dengan semestinya. Ayah percaya, kekuatan cinta akan mengubah hati seseorang. Ibumu tidak pernah berpikir buruk meskipun ayah telah memiliki beberapa selir sebelum membawanya ke istana ini dengan seluruh kehormatan."
Hati Lu Qin Chen sedikit tenang setelah mendengar cerita ayahnya. Pikirannya kini mulai terbuka dan berusaha untuk menerima kenyataan.
"Aku memang putramu, Ayah. Aku salut akan keteguhan ayah yang hanya mencintai ibu. Tapi kumohon, jangan paksa aku untuk memiliki banyak selir sepertimu. Aku tidak menyukainya."
Beberapa waktu yang lalu, Kaisar Lu menikahi gadis muda yang seharusnya menikah dengan putranya. Semua dia lakukan demi menjaga hubungan baik dengan negara lain. Ketika Lu Qin Chen menolaknya, dia harus mengabaikan rasa malu dan menggantikannya.
Tanpa mereka sadari, ada seseorang yang diam-diam mendengarkan pembicaraan mereka. Dia mengendap-endap pergi dari sana karena tidak sabar untuk segera melaporkan apa yang dia dengar pada majikannya.
\*\*\*\*
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
𝘳𝘦𝘷𝘢 𝘯𝘢𝘥𝘪𝘵𝘺𝘢
pasti suruhannya jing jihua deh
2022-09-15
0