Butuh keberanian untuk mengambil langkah yang besar. Xiao Jin berpikir sambil berjalan. Dia tidak mempedulikan prajurit lain yang terus memperhatikan dan mengiranya sedang melamun.
'Aku belum merubah ceritaku sampai di sini. Seingatku, aku baru merubahnya sampai di pertempuran kemarin. Ah, aku merasa pusing. Apa yang akan terjadi setelah aku merubah ceritanya?'
Ekspresi wajah Xiao Jin yang berubah membuat prajurit yang melihatnya bertanya-tanya. Mimik wajahnya yang meringis, memonyongkan bibir, dan terkadang terlihat sedih membuat prajurit itu berpikir jika Xiao Jin sedang menahan sesuatu.
Pangeran Lu beberapa kali melirik ke belakang ke arah Xiao Jin yang berjalan santai. Dia merasa iba melihat kulit putihnya terpapar sinar matahari dan menjadi kemerahan.
'Gadis keras kepala itu selalu menghindar. Bagaimana kalau aku memaksanya berkuda denganku? Tapi kurasa itu akan membuatnya semakin menjauh dan aku akan semakin sulit untuk mendapatkannya.' Pangeran Lu merasa bimbang. Rasa sayangnya pada Xiao Jin membuatnya tersiksa melihat pujaannya menderita.
Xiao Jin bersikap acuh pada Pangeran Lu, meskipun sebenarnya dia diam-diam meliriknya. Gengsinya sangat besar. Amelia Tan yang mengendalikan tubuhnya juga tidak berpengalaman dalam urusan percintaan.
Bagi prajurit yang melihat keduanya, menganggap mereka memiliki relasi yang aneh. Selama ini Pangeran Lu dikenal sebagai pribadi yang tertutup. Dia tidak pernah menunjukkan ketertarikannya pada seorang wanita. Di usianya yang sekarang seharusnya dia telah memiliki seorang selir.
Ketertarikannya pada Xiao Jin menjadi kabar yang mengejutkan sekaligus menyenangkan bagi mereka. Sopan santun dan kedermawanan Lu Qin Chen membuat semua orang menggantungkan harapan padanya untuk memimpin Negeri Bulan Perak. Mereka sangat yakin, dalam pemerintahannya negara itu akan menjadi makmur dan sejahtera.
Xiao Jin melihat ke sekeliling. Di kanan kiri jalan yang mereka lalui menyajikan pemandangan yang mengesankan untuknya. Hatinya semakin merasa yakin untuk berpisah dari rombongan dan tinggal di luar istana.
Kegembiraan Xiao Jin tidak berhenti sampai di situ saja, matanya menangkap sesuatu yang membuatnya menjadi semakin bersemangat. Dia melihat tempat yang menjadi pelariannya setelah diusir dari istana sebelum ceritanya dia ubah. Ciri-ciri tempat itu sama persis seperti yang dia gambarkan dalam novelnya.
'Aku sudah menemukan tempat untuk tinggal, tapi bagaimana caranya aku bisa pergi dari sini. Para prajurit yang mengelilingiku pasti akan tahu jika aku pergi dari rombongan.' Xiao Jin mengamati orang-orang yang berada di sekitarnya dan mencari celah untuk kabur.
Banyak hal konyol yang bisa dia lakukan untuk mengecoh prajurit, misalnya saja ingin buang air, atau sakit perut. Tetapi Xiao Jin menyadari jika kemampuan aktingnya sangat minim. Belum lagi Pangeran Lu yang tentunya tidak akan tinggal diam jika melihatnya kesakitan.
Membayangkannya saja tidak akan merubah keadaan. Xiao Jin harus benar-benar mengambil kesempatan ini untuk kabur. Pedesaan yang akan menjadi tempat perhentian sudah semakin dekat. Butuh waktu lagi untuk mendapatkan kesempatan yang bagus.
"Aku sangat lelah. Bolehkah aku naik ke atas gerobak?" Xiao Jin tahu jika gerobak barang berada di bagian paling belakang. Tidak ada yang akan melihatnya jika dia melompat dari sana.
"Boleh saja, Nona. Silakan Anda pilih mau naik yang mana!"
Pangeran Lu tersenyum. Akhirnya dia tidak perlu khawatir lagi. Tidak masalah Xiao Jin tidak ikut berkuda bersamanya, asal dia tidak kelelahan baginya itu sudah cukup. Dia tidak menyadari jika gadis pujaannya itu akan pergi meninggalkannya.
Xiao Jin berhenti menunggu gerobak paling belakang sambil terus memandangi wajah Pangeran Lu. Tidak ada perpisahan yang menyenangkan. Namun, terus berada di istana akan membuatnya menderita. Dia belum cukup kuat untuk melawan dan masih banyak hal yang harus dia selesaikan agar kisah tokoh yang dia perankan menjadi lebih mengesankan.
Gerobak yang dia tunggu telah menghampirinya. Xiao Jin segera melompat ke atasnya dan mengambil posisi yang nyaman. Sekali lagi dia melihat wajah Pangeran Lu yang sangat mirip dengan Reon Chow itu.
'Tidak mungkin aku jatuh cinta pada karakter yang aku ciptakan sendiri. Aku tidak tahu berapa lama aku akan tinggal di sini. Sebaiknya aku tidak menjalin relasi dengannya. Mungkin ini hanya dunia imajinasi, tapi rasanya sungguh seperti nyata.' Amelia Tan masih ingin kembali ke dunia nyata dan berharap tidak terjebak selamanya.
Di kejauhan terlihat samar pondok di tepi hutan. Xiao Jin merasa sangat familiar meskipun baru pertama kali melihatnya secara nyata. Di sana adalah tempat tinggal Nenek Li dan guru Wan Long.
Semua orang fokus dengan langkah mereka. Itu adalah saat yang tepat bagi Xiao Jin untuk meninggalkan rombongan.
'Selamat tinggal Pangeran Lu, selamat jalan semuanya,' bisiknya pada dirinya sendiri.
Setelah memastikan tidak ada yang melihatnya, Xiao Jin melompat turun dari atas gerobak. Sebelum ada yang menyadarinya, dia segera menepi dan bersembunyi.
Rombongan pasukan mulai menjauh dan tak terlihat lagi. Hanya derap kudanya saja yang masih terdengar. Xiao Jin melangkah meninggalkan jalanan itu menuju ke pondok Nenek Li yang terlihat di kejauhan.
"Huhh ... Lega rasanya. Ini bukan akhir dari segalanya. Saatnya memulai petualangan!" Xiao Jin berjalan dengan riang menuruni bukit.
Tempat tujuannya memang terlihat. Namun, jaraknya masih cukup jauh dari tempatnya berada saat ini. Butuh waktu sekitar dua jam untuk sampai ke sana. Rasa senang membuatnya mengabaikan rasa lelah.
Siang yang terik tidak membuatnya kepanasan. Pepohonan di sekelilingnya masih sangat rimbun dan menghalangi sinar matahari. Semakin masuk ke dalam hutan, Xiao Jin semakin merasa takut.
"Ngeri juga, ya, jalan sendirian di tengah hutan. Semoga tidak ada binatang buas yang melintas di sini."
Xiao Jin mempercepat langkahnya menuju ke bukit yang ditinggali oleh sejumlah penduduk. Tidak banyak yang tinggal di desa terpencil ini. Dia ingat betul hanya ada kurang dari tiga puluh kepala keluarga yang dia tulis.
Langkahnya yang cepat membuatnya mencapai tujuannya lebih cepat. Xiao Jin mengingat-ingat tempat di mana dia akan bertemu dengan Nenek Li.
Di dalam cerita yang dia tulis, Nenek Li sedang mengambil air dan kesusahan untuk membawanya. Xiao Jin celingak-celinguk mengedarkan pandangannya mencari keberadaan sumber air. Telinganya belum mendengar suara gemericik air di sekitarnya. Dia lupa jika Nenek Li mengambil air pada sumber air yang tidak mengalir.
Xiao Jin terus berjalan sembari menyibak semak yang menghalangi jalannya. Dia membabat tanaman berduri dan yang lainnya dengan pedangnya sampai dia mendengar suara langkah yang samar disekitarnya. Sikapnya menjadi waspada karena mengira itu adalah binatang buas.
Kehati-hatiannya membuat langkah kakinya menjadi pelan. Dia memasang mata dan telinganya penuh ketegangan. Tiba-tiba tubuhnya berhenti saat kakinya menginjak sesuatu.
Mata Xiao Jin terbelalak ketika mendapati tubuh seorang nenek tua terlelap di bawah pohon besar. Keduanya sama-sama terkejut dan merasa panik.
"Maaf, Nek. Aku tidak bermaksud kurang ajar. Aku benar-benar tidak melihatmu. Apakah kakimu sakit?" Xiao Jin mengusap kaki nenek Li yang terinjak olehnya.
Bukannya menjawab, nenek Li malah memberinya tatapan dengan mata yang berkaca-kaca. Xiao Jin menjadi bingung. Hingga beberapa saat mereka terdiam dan larut dalam keterasingan.
****
Bersambung ....
Numpang promo novel karya temanku ya kak ... Terimakasih ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
𝘳𝘦𝘷𝘢 𝘯𝘢𝘥𝘪𝘵𝘺𝘢
𝘦𝘢𝘭𝘢𝘩.....𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪𝘤𝘢𝘳𝘪 𝘮𝘢𝘭𝘢𝘩 keinjek🤣🤣🤣🤣
2022-09-07
0
Sribundanya Gifran
lanjut yg bnyak thor
2022-09-04
0