Felix kecil kembali kerumahnya sendirian dengan berjalan kaki. Namun, saat di persimpangan jalan ia melihat kejahatan yang sangat tidak bagus. Ia berlari kearah seorang Ibu dan anak yang hendak dilecehkan oleh orang-orang jahat.
Felix kecil mengambil sebuah batu besar ia melemparkan batu itu tepat di bagian mata sang penjahat. Ia berteriak sekuat tenaga meminta bantuan kepada orang di sekitar sana. Pejahat itu langsung berlari pergi meninggalkan anak lelaki dengan Ibu dan anak gadis yang ketakutan itu.
Pria kecil itu mendekati seorang Ibu yang memiliki anak perempuan yang usianya sekitaran baru 5 tahun.
“Apakah dirimu tidak apa-apa, Ibu?”
Felix kecil bertanya kepada Ibu yang tengah duduk meringkuk ketakutan bersama salah seorang anak gadis bersamanya.
“Aku tidak apa-apa nak, kenapa malam seperti ini kau tidak pulang kerumahmu?”
“Aku tidak apa-apa, jangan mengkhawatirkan aku, Bu.”
“Kau anak yang baik, di mana orangtuamu? Mengapa membiarkanmu keluar malam seperti ini? Ini tidak baik untuk keselamatanmu!”
“Hm ....”
Pria kecil itu terdiam ia tidak bisa menjawab pertanyaan Ibu yang bertanya padanya, haruskah sekarang ia menceritakan yang sebenarnya? Apakah sanggup ia akan menceritakan semua yang baru saja terjadi padanya? Felix berusaha menguatkan hati agar tidak mengingat kesedihan yang baru saja ia terima.
“Ikutlah aku pulang kerumahku, Nak, ini sudah sangat malam tidak bagus untuk keselamatanmu.”
“Baiklah, aku ikut bersamamu untuk memastikan jika Ibu dan anak Ibu selamat sampai di rumah kalian, setelah itu aku akan kembali ke rumahku.”
Wanita yang berusia sekitaran kepala 3 membawa seorang anak lelaki yang mencoba menyelamatinya yang tidak lain adalah Felix.
Mereka kembali kerumah wanita itu yang berada di kota Instanbul, Turki. Menggunakan sepeda motor yang biasanya selalu wanita itu pakai. Tidak butuh waktu lama mereka telah sampai di rumah sederhana yang terbuat dari papan atau bisa disebut dengan kayu jati.
Mereka masuk kedalam rumah itu namun, Felix ingin kembali kerumahnya sendiri membuat sang Ayah dari anak gadis tadi memilih untuk membuat anak lelaki itu tinggal bersama dengannya untuk beberapa hari kedepan. Ya, tentu Felix menurut saja karena mungkin dengan adanya orang yang tidak dikenalnya bisa membuat dia bisa merasakan apa arti kehangatan keluarga. Tentu pria kecil yang malang itu ingin mempunyai keluarga yang harmonis serta lengkap. Namun, takdir sudah berkata lain dan tidak dapat dirubah.
“Siapa namamu, Nak?”
Kali ini Fahri bertanya kepada anak laki-laki yang dibawa oleh Istrinya.
“Namaku....”
“Siapa namamu, Anak yang tampan?”
“Namaku Felix Marta Dinata, Om.”
“Nama yang bagus, siapa yang memberikan nama itu padamu?”
“Tentu Ayahku yang memberikannya, nama Ayahku Wiliam Dinata, Om.”
“Kenapa kau bisa keluar jam segini, Nak? Apakah kau tahu jika jam larut seperti ini akan membahayakan keselamatanmu?”
“Tidak apa-apa, Omm.”
Fahri yang melihat perubahan wajah anak itu merasa aneh, kenapa anak lelaki yang ada di hadapannya jika ditanya seperti itu expresi wajahnya berubah? Ada apa? Apakah anak lelaki itu tidak mempunyai orangtua?
“Di mana orangtuamu?”
“Orangtuaku? Mereka ada bersamaku dan mereka bahagia di dekatku, Omm.”
“Maksudmu? Omm tidak mengerti, Nak.”
“Kedua orangtuaku ada bersama denganku sekarang, Omm. Mereka sudah bahagia di atas sana.”
Felix memalingkan wajahnya dari hadapan Fahri. Tentu hati kecil pria itu kembali merasa tertekan saat mengingat kejadiaan yang paling sadis di dalam hidupnya. Tentu ia tidak ingin melihat itu, kenapa garis takdir begitu kejam padanya?
Fahri menatap anak lelaki di hadapannya dengan penuh selidik, sebenarnya apa yang terjadi pada anak itu? Setelah beberapa saat istri Fahri kembali membawakan minuman hangat untuk pria kecil yang sedang duduk bersama suaminya di ruang tamu. Sedangkan anak gadisnya telah tertidur di dalam kamarnya.
“Minumlah dahulu, Nak, pasti kau sangat kelelahan kan?”
“Terimakasih banyak, Bu.”
Felix meraih gelas yang berisi teh hangat itu. Sesekali ia hirup sambil memandangi sepasang suami dan istri yang tengah berada di hadapannya. Ica yang mengamati pria kecil dari atas sampai kebawah bagian kaki melihat banyak bekas bercak darah menjadi penasaran.
“Nak, mengapa banyak berkas bercak darah segar di tubuhmu?”
“Tidak apa-apa, tadi aku bermain jadi aku tersandung dan terluka.”
“Di mana bekas lukamu? Biar Ibu bantu bersihkan bekas luka itu, Nak.”
“Ini tidak sakit, Bu, yang sakit itu di sini.”
Felix berbicara menatap Ica dengan wajah yang tidak dapat diartikan dengan apapun, ia menjawab dengan menunjukan jari tangannya kebagian dada seakan-akan ia menunjuk hatinya.
Ica tersentuh saat pria itu mengatakan sakit di hatinya, ada apa?
“Mengapa dengan hatimu, Nak?”
“Aku tidak ingin membangkitkan kesedihan yang sudah aku kubur dengan dalam, jika aku menceritakannya pada kalian itu akan membuat batinku semakin tersiksa, Ibu.”
Ica bangkit dari duduknya lalu ia mendekati Felix. Ia memeluk erat anak lelaki yang berusaha menyelamatkan dirinya tadi, jika tidak ada anak itu entah apa yang akan terjadi padanya, akankah dia telah dinodai oleh orang lain?
Mendapatkan pelukan yang tulus dari orang yang tidak dikenalnya membuat Felix kembali merindukan pelukan sang Ibunda setiap kali hendak tidur.
“Aku ingin kau memelukku seperti ini terus, Ibu. Izinkan aku menjadi putramu juga.”
Fahri tersentuh mendengar ucapan pria malang yang dibawa pulang oleh istrinya. Fahri mengangguk kearah istrinya, Ica pun mengerti maksud yang diberikan oleh suaminya. Ia berjanji akan membuat anak lelaki itu mengatakan hal yang sebenarnya pada Suaminya dan juga dia.
“Itu pasti, Ibu akan memberikanmu pelukan ini setiap kali kau memintanya, Felix.”
“Icaa, bersihkan badannya dahulu, lalu ajak Felix untuk tidur karena hari ini sudah begitu larut. Itu sangat tidak bagus untuk kesehatannya.”
“Iyaa, Mas, aku akan membersihkan badannya,”
“Pakai baju Sean untuk mengganti bajunya dahulu, besok kita akan kepasar untuk membelikan baju yang baru untuknya.”
“Ya.”
Ica menggendong Felix lalu membawanya ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Felix membersihkan dirinya sendiri sedangkan Icaa ia pergi kedalam kamar Sean untuk mencari baju yang sedikit kecil yang akan dikenakan Felix untuk malam ini saja.
Sean dengan Felix tidak jauh beda umur mereka. Sean berumur 15 tahun sedangkan Felix berumur 12 tahun, jarak mereka hanya 3 tahun saja. Setelah membersihkan diri Felix mengganti pakaian yang akan dikenakannya menggunakan pakaian Sean. Anak kandung dari Ibu yang membawanya.
Sesudah memakai baju Sean, Icaa mengajak Felix kecil untuk tidur di dalam kamar Sean. Tampaklah Sean tengah tertidur sangat nyenyak di atas ranjang itu. Tetapi Felix harus tidur bersama orang yang tidak dikenalnya.
Mau tidak mau pria kecil itu tetap harus tidur bersama Sean. Felix merebahkan dirinya di samping Sean. Setelah itu Icaa keluar dari kamar anaknya dan tidak lupa untuk mematikan lampu kamar Sean.
🍁🍁🍁
Like n komen dan jangan lupa vote poin/koin kalian yah, sebagai bentuk mendukung karya ini... Terimakasih sebelumnya, Big love, from me All..🥀
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Rohayah Misah
mantap
2020-07-27
6
Kenzi Kenzi
kluarga lina y
2020-07-26
0
Intan 🦄 (Hiatus)
diksinya bagus
2020-06-12
0