Felix tidak akan pernah lupa membawa sesuatu di dalam saku jasnya. Ya, senjata yang selalu dibawa oleh Felix di manapun dan kapanpun ia pergi.
Laki-laki itu berdiri di ambang pintu kamar pribadi di dalam ruangan kerja. Dia membiarkan gadis itu menghirup udara segar untuk yang terakhir kalinya.
"Kapan kau akan memberikan aku seorang Junior kecil, Tuan Dinata?" tanya wanita itu.
"Secepatnya." jawab Felix kesal.
Felix menunggu untuk Lei datang ke kantor supaya jika sudah melenyapkan gadis itu tidak ada satupun jejak yang ketinggalan. Laki-laki itu mengulur waktu untuk menunggu seseorang yang ditunggu.
Setelah beberapa saat menunggu seseorang, laki-laki itu telah menerima notifikasi pesan masuk dari Lei.
"Aku telah berada di dalam ruanganmu, Boss." pesan Lei.
"Kerja bagus, Lei!" jawab Felix bangga.
Felix meletakkan ponsel itu lalu ia membuka jasnya dan melemparkan kesembarang arah.
Sedangkan Clara yang melihat bahwa laki-laki itu sudah membuka jasnya ia beranjak mendekati Felix dengan cepat.
Clara memeluk Felix dengan erat. Sehingga hal itu membuat laki-laki itu bisa merasakan bau badan wanita yang sedang berada di dalam pelukkannya. Clara merasa laki-laki itu tidak membalas pelukannya pun ia langsung memulai aksinya untuk mendapatkan apa yang dia mau.
Cup!
Wanita itu mecium bibir Felix dengan sekilas lalu ia menarik Felix untuk menuju ranjang. Tetapi dengan keras laki-laki itu melepaskan tangan gadis itu dari tangannya. Karena emosi yang membakar Felix ia kehilangan kendali.
Laki-laki itu mencengkram leher wanita itu lalu menghentamnya kedinding. Gadis itu hanya meringis menahan sakit di bagian punggungnya. Sedangkan Lei yang telah mendengar bahwa ada suara dari dalam kamar itu segera masuk.
Felix melepaskan cengkraman tangannya dari leher wanita itu. Gadis itu terdiam meringkuk di atas lantai.
"Dirimu sangatlah murahan, kau tentu tahu dengan siapa dirimu berhadapan bukan?" tanya Felix sambil mencengkram dagu wanita itu dengan kuat.
"I....iya sa...saya tahu, Tuan Dinata." jawab Clara terbata-bata.
"Aku bukan orang sembarangan yang suka main wanita. Aku hanya punya satu wanita yang akan pantas mendapatkan diriku!" ketus Felix kesal.
Gadis itu menatap benik wajah Felix dengan penuh kebenciaan. Dirinya tidak punya waktu untuk membalas hinaan dari laki-laki yang tengah berada di hadapannya.
"Apakah kau sudah bosan hidup?" Pertanyaan Felix bagaikan sebuah ancaman.
*G**lek*.
Clara menelan salivanya dengan payah, ia sangat tahu betul bagaimana sikap laki-laki yang berada di hadapannya sekarang. Ya, bearti rumor yang beredar tentang CEO itu sangat benar bahwa seorang Mr. Dinata adalah laki-laki kejam tanpa ampun.
"Lei, tidak usah berbasa-basi lagi dengan wanita tidak punya harga diri ini!" perintah Felix, Lei mengerti arti kalimat itu.
Lei mengeluarkan senjata dari dalam saku jasnya Glock 45 GAP. Glock termasuk salah satu pistol yang sangat berbahaya bisa melesatkan beberapa peluru dalam hitungan detik.
Felix menjauhkan dirinya dari wanita itu lalu ia duduk di atas ranjang sambil menyilangkan kedua kakinya untuk menonton permainan yang indah di depan mata.
"Lakukan sekarang, Lei!"
Dorr!
Lei membidik tepat di atas kepala gadis itu. Hanya dalam hitungan detik gadis itu telah tergeletak tak bernyawa lagi.
Sungguh malang nasibmu, Nyonya Clara. Tapi ini adalah kesalahanmu kenapa kau mengikuti permainan dari Ziro. Batin Lei.
"Cepat bereskan ini semua, Lei! Aku percaya padamu bahwa kau tidak akan bekerja tanpa meninggalkan jejak sedikit pun tentang ini!"
"Itu pasti, Boss."
Lei membawa tubuh gadis itu lalu menutupinya dengan jas yang Felix yang tidak ia pakai. Ya, Felix masih bisa membeli jas yang baru.
Laki-laki itu melihat jam kecil yang berada di pergelangan tangannya. Ia telah melihat bahwa hari sudah semakin sore, ia berfikir pasti gadisnya telah terbangun dari tidurnya.
Permainan tidak akan selesai sampai di sini saja, Ziro. Aku tentu tahu bahwa dirimu juga masuk kedalam dunia gelap, jadi aku harap kita akan bertemu di dalam gelapnya dunia sebagai seorang musuh. Bukan sebagai seorang rekan kerja. Batin Felix.
Felix keluar dari kamar itu lalu ia kembali duduk di atas kursi yang di atas mejanya bertuliskan CEO. Ia kembali membuka laptopnya untuk mengecek cctv yang dipasangkan di dalam kamar utama.
Kenapa Lina tidak bangun-bangun juga? Apakah senyaman itu dirinya dengan kasur? Sehingga tidak ingin lagi untuk membuka matanya. Batin Felix bertanya-tanya.
***
Di sisi lain...
Ziro Colyn menahan amarah yang memuncak saat mengetahui bahwa wanitanya telah tiada. Siapa yang berani telah mengirimkan sebuah hadiah yang berisi wanita yang tidak bernyawa lagi di dalamnya.
"Argkh...!" teriak Ziro kesal.
"Siapa yang berani memberiku hadiah seperti ini?!" tanya Ziro pada Asistennya.
"Saya tidak tahu, Sir." jawab Asisten Ziro.
"Bawa ini keluar! Buang jauh-jauh jasad wanita itu!" perinta Ziro.
Asisten itu pun sangat heran mengapa Bossnya tidak ingin memakamkan wanitanya sendiri.
Ziro mengacak rambutnya frustasi. Dia kehilangan wanita yang dicintainya hanya untuk membuat Mr. Dinata bertekuk lutut padanya. Ziro tidak akan menyangka jika Felix akan melakukan hal yang diluar pikiran Ziro.
"Awas saja kau!" pekik Ziro emosi. "Aku akan membunuh siapapun wanitamu, aku berjanji akan hal itu!"
Ziro merasa sangat emosi dengan sosok Felix yang telah menghabisi nyawa wanitanya. Namun, laki-laki itu tidak berfikir bahwa dirinya juga salah mengapa menyuruh wanita itu sebagai alat untuk menjatuhkan seorang CEO dari Dinata Group.
***
Lei telah berhasil mengirimkan sebuah hadiah untuk Ziro. Ya, bisa dikatakan jika Lei adalah sosok manusia yang suka usil jika berhadapan dengan musuh. Laki-laki itu segera kembali ke kantor Felix untuk memberikan kabar bahwa wanita itu telah dikirimkan sebagai hadiah untuk Ziro.
Laki-laki itu dengan cepat melajukan mobilnya untuk sampai di kantor. Dirinya tidak akan sabar untuk memberitahu kepada Felix apa yang telah ia lakukan.
Tidak butuh waktu lama untuk Lei sampai di kantor itu. Karena dirinya mengemudikan dengan kecepatan yang sangat tinggi. Laki-laki itu melangkahkan kakinya masuk kedalam gedung pencakar langit itu. Jika menggunakan lift tidak butuh waktu lama untuk sampai di ruangan Felix.
Tok-tok!
Felix yang mendengar ada ketukan seseorang dari luar pun segera menyuruh masuk.
"Masuk!"
Lei yang mendengar ucapan Bossnya pun segera masuk lalu ia berjalan mendekati Felix yang tengah duduk di kursinya.
"Apakah sudah beres, Lei?" tanya Felix sambil menutup laptopnya.
"Sangat beres, Boss." jawab Lei tersenyum puas.
Felix menyelidiki gerak-gerik Lei. Ada yang berbeda dari laki-laki yang ada di hadapannya. Mengapa Lei senyum-senyum seperti habis mendapatkan sebuah hadiah yang besar.
\=\=> Bersambung....
Jangan lupa klik Vote dan Favorite yah...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Kenzi Kenzi
apa lei sdh deket sama laura,jdi berbunga2 hatinya
2020-07-26
5
Roffiey Zain
nananna
2020-05-25
2
LF
Terus
2020-05-24
0