Chapter 15

"Aku udah bilang, aku gak suka main sama kamu. Aku gak mau main sama kamu, kamu pergi." Rania terus mengataka hal yang sama saat seorang anak yang 'subur' itu berusaha untuk berbicara dengannya. Ravi dan Rashi bahkan sudah tak mau ikut campur lagi. Mereka sibuk bermain sendiri – sendiri, terutama Ravi yang ingin mengembangkan kemampuan basketnya.

"Tapi aku bukan orang jahat. Aku gak nakal kok, aku mau jadi teman kamu, kita bisa belajar berenang bareng, kamu suka berenang kan?" tanya anak itu yang membuat Rania makin kesal dan frustasi. Jika mereka tidak berada di tempat les, Rania akan menceburkan anak gendut ini ke dalam kolam, namun dia tak melakukannya.

Untung saja waktu latihan hari ini cukup singkat dan Darrel juga menjemputnya tepat waktu. Ayahnya itu segera menghampirinya dan membuatnya lega karna terbebas dari anak itu. Rania tahu wajah anak itu kecewa, anak itu hanya menundukkan kepalanya dan dengan langkah yang sedih meninggalkan tempat itu.

"Loh, kamu Kiky kan? Temannya Ravi sama Rashi? Kamu belum dijemput?" tanya Darrel yang menghentikan langkah anak itu. Anak itu mengangkat kepalanya dan tersenyum lalu menggelengkan kepalanya. Respon itu tentu membuat Darrel merasa bingung, Darrel langsung berjongkok di depan anak itu sementara Rania berdiri di belakang Darrel dengan gelisah.

"Papa lagi kerja, terus Mama di rumah gak bisa jemput. Kiky biasanya naik ojek atau taksi Om," ujar anak itu yang diangguki oleh Darrel. Lelaki itu merasa salut dengan anak yang masih sekecil ini namun sudah tahu kondisi orang tua dan tidak rewel diantar jemput, bahkan ketiga anaknya masih belum bisa sampai ke tahap itu.

"Ah, kalau gitu kamu bareng sama Om aja, kan rumahnya sebelahan, jadi kamu gak usah naik ojek kan? Yuk, yuk, kita pulang," ujar Darrel yang membuat Rania memajukan bibirnya, namun dia tak bisa membantah ataupun protes di hadapan Darrel, mau tidak mau dia mengikuti apa yang dikehendaki papanya itu.

"Kamu udah berapa lama latihan renang? Kok yang kemarin Om lihat kamu udah jagi banget renangnya?" tanya Darrel membuka pembicaraan saat mobil sudah bergerak. Rania sendiri mengamankan diri dengan memejamkan matanya, dia ingin tidur disamping karna lelah, dia tak mau Kiky mengatakan yang aneh – aneh dan nanti dia yang dimarahi oleh papanya.

"Saya udah bisa dari kecil Om, dari empat tahun saya udah ikut latihan khusus anak kecil, jadi sekarang udah lancar. Mama maunya saya latihan untuk olimpiade, jadi ini saya juga persiapan buat ikut Olimpiade," ujar anak itu yang membuat Darrel berdecak kagum, anak sekecil itu sudah berencana untuk menoreh prestasi.

"Wah, Mama kamu pasti bangga ya punya anak kayak kamu. Kamu semangat latihannya ya, ajari Rania juga biar dia cepat pandai berenangnya," ujar Darrel yang diangguki oleh Kiky. Anak itu tahu untuk tidak membahas Rania terlalu jauh, dia tak mau Rania benar – benar membencinya dan menganggapnya tukang mengadu.

Mereka sampai di rumah dengan selamat. Kiky mengucapkan terima kasih dan langsung berlari ke dalam rumahnya. Sementara Rania yang tertidur digendong oleh Darrel untuk masuk ke dalam rumah dan mereka langsung disambut oleh Luna. Luna menyiapkan air untuk Darrel mandi sementara suaminya itu membaringkan Rania ke kasur.

"Gimana? Rania masih marah kah sama anak itu?" tanya Luna setelah Darrel selesai mandi dan menghampirinya di kasur. Darrel langsung merentangkan tangan kanannya dan Luna menjadikan tangan itu sebagai bantal yang nyaman. Luna melakukan itu tanpa menghilangkan fokusnya terhadap game yang masih dia mainkan. Darrel sendiri ikut melihat apa yang dimainkan oleh Luna.

"Aku gak tahu kenapa Rania gak suka banget sama Dia. Bahkan tadi tuh aku ajak dia bareng kan, Rania tidur dong di mobil, padahal dia gak pernah kayak gitu loh kalau sama aku. Padahal anaknya juga baik," ujar Darrel yang disetujui oleh Luna. Luna juga bisa melihat anak yang baik itu.

"Rania tuh sirih karna dia datang – datang minta Rania jadi temannya karna Rania cantik. Kalau aku sih, aku juga bakal marah dan risih," ujar Luna sambil terkekeh. Darrel yang sedari tadi memainkan rambut Luna merasa bosan dan mulai menggangu istrinya bermain, Luna yang diganggu tentu berusaha menghindar dan menjauhkan tangannya dari jangkauan Darrel.

"Gak baik sibuk sama ponselnya kalau lagi sama suami. Masak suami yang ganteng ini dianggurin Cuma karna gadget sih? Aku kan mau manja – manjaan sama kamu," ujar Darrel yang mendusel Luna. Luna langsung mematikan game yang sedang dia mainkan dan menatap ke arah Darrel dengan tatapan penuh cinta.

"Wah iya ya, suami aku yang ganteng ini benar – benar bikin aku jatuh cinta. Bagaimana bisa aku mengabaikan suami ini. sini sini sayang, aku sayang deh sama kamu." Luna yang langsung memeluk Darrel tanpa aba – aba malah membuat lelaki itu merasa curiga. Darrel menjauhkan tubuh Luna darinya dan menatap istrinya dengan tatapan menyelidik.

"Kamu habis beli barang yang harganya gak terkira ya? Atau kamu mau minta barang itu? kok aku malah seram kamu jadi agresif gini sih?" tanya Darrel yang membuat Luna merengut. Luna merasa tersinggung karna Darrel malah berpikir hal yang seburuk itu.

"Jangan pernah minta aku buat mesra lagi sama kamu. Gak tahu ah, aku mau tidur di kamar lain," ujar Luna yang menggeliat dan henak turun dari kasur. Darrel menarik tangan Luna dan membuat istrinya itu terjengkang, untung saja dia sigap menangkap tubuh Luna dan langsung memeluk tubuh itu dengan erat. Luna masih kesal dan bahkan menyikut perut Darrel cukup keras.

"Auh, sayang, kamu tega banget sama aku? perut aku sakit banget Sayang, ah, aku bisa keguguran kalau kayak gini," ujar Darrel yang memegangi perutnya dan melepaskan tangan itu dari pelukannya. Luna langsung berbalik dan menatap wajah suaminya yang kesakitan.

"Eh? Sakit banget ya? Kayaknya tadi gak keras deh, sejak kapan kamu lemah kayak gini coba? Gak malu apa sama tiga anak yang ada di rumah ini?" tanya Luna yang menyindir lelaki itu. Darrel langsung tertawa dan menghentikan aktingnya. Dia mengulurkan tangan dan memegang pipi Luna yang dingin dengan tangannya yang hangat.

"Gimana bisa kamu tambah tua tapi tambah cantik di mata aku? Gimana bisa aku semakin jatuh cinta sama kamu setiap harinya?" tanya Darrel yang kembali memainkan rambut Luna. Luna yang dipuji langsung merasa malu, bahkan pipi yang tadinya dingin kini terasa memanas, Darrel yang tahu hal itu langsung mencubit pipi Luna dengan gemaas namun tak menyakiti wanitanya itu.

"Mari saling mencintai untuk waktu yang lama. Aku cinta sama kamu, Aku cinta banaget sama kamu," ujar Darrel yang diangguki oleh Luna. Luna juga menjawab pernyataan itu dengan jujur. Luna sudah belajar bagaimana mengurtakan apa yang dia rasakan agar hubungan keduanya semakin awet seiring berjalannya waktu.

*

*

"Sayang, kok kamu belum bangun sih? Loh, loh, kamu, kamau kenapa? Kenapa kamu nangis? Luna? Kamu kenapa?" Darrel yang baru bangun dibuat kaget dengan Luna yang sudah menangis tanpa suara saat dia membuka matanya. Awalnya Darrel mengira Luna tidur, namun Darrel langsung panik saat Luna terisak.

"Kaki, kaki Luna gak bisa gerak, hiks hiks, kaki Luna kak." Darrel langsung membuka matanya dengan kaget dan menyentuh bahkan sedikti memukul kakai itu, namun Luna tak bisa merasakan apapun di kakinya. Darrel langsung menggendong Luna dan keluar dari kamarnya tanpa mengganti pakaiannya.

"Mbak! Mbak! Mbak!" Darrel berseru sambil meraih kunci modil yang ada di meja. Seorang pelayan datang menghampiri Darrel dengan tergopoh – gopoh dan menanyakan maksud Darrel memanggilnya. Darrel membenarkan posisi Luna yang ada di gendongannya. Luna menyembunyikan wajahnya ke dada Darrel karna takut sesuatu yang buruk terjadi pada kakinya.

"Saya mau bawa Luna ke rumah sakit. Mbak tolong urus anak – anak ya, nanti langsung minta ke supir aja buat natra mereka. Kalau mereka tanya, bilang aja saya ke rumah sakit, nanti pulang sekolah mereka bakal dijemput dan nyusul, makasih ya mbak," ujar Darrel yang langsung berlari meninggalkan pelayan itu. Darrel fokus pada Luna dan segera pergi.

*

*

"Dokter, istri saya kenapa dok? Sudah lama dia tidak kambuh, tapi kenapa tiba -tiba kambuh dok? Istri saya juga gak banyak aktivitas dan bahkan menjaga pola hidup sehat, kenapa istri saya kambuh?" Darrel terus mendesak dokter yang masih memeriksa Luna, Luna sendiri hanya diam dan merenung, seolah tak percaya penyakit ini kembali lagi.

"Ataksia memang tidak memerlukan suatu hal khusus untuk tidak kambuh. Kondisi dalam tubuh Lunetta yang membuat penyakit ini muncul lagi. Mungkin Luna mengabaikan gejala seperti kesemutan atau terkadang responnya melambat." Darrel meminta jawaban Luna dan Luna menganggukan kepalanya. Darrel langsung memegang kepalanya dan tatapannya menjadi kosong.

"Bagaimana, bagaimana bisa kayak gitu? Bagaimana bisa Luna? Kamu?" Darrel langsung memeluk luna untuk menenangkan istrinya itu. Dokter sendiri sampai tak tega melihat kedua orang ini. dia sudah merawat Luna cukup lama dulu, namun kini rasanya semakin sedih ketika Luna harus kembali merasakan hidup yang pahit itu.

"Ataksia ini memang akan kambuh dan akan lebih sering kambuh seiring berjalannya waktu. Tapi besar kemungkinan Luna akan sembuh sementara dan menjalani hari – hari normal seperti bertahun – tahun ini. yang perlu kita lakukan hanya terapi dan rutin meminum obat sembari berharap tubuh Luna merespon positif dan saraf sarafnya kembali berfungsi normal."

"Tolong lakukan yang terbaik dok, apapun dan berapapun itu, saya mohon untuk selamatkan Luna." Dokter mengangguk dan keluar dari ruangan itu. Darrel tak melepaskan pegangan tanganya sedikitpun. Dia ingin menguatkan Luna dan mempertegas pada Luna bahwa dia tak akan meninggalkan Luna serta melakukan yanag terbaik agar istrinya itu sembuh.

Pukul dua belas siang. Enam kaki kecil itu melangkah cepat mengikuti seseorang yang menjemput mereka menuju slaah satu ruang rumah sakit yang ada di sana. Mereka langsung terdiam dan tampak sekali wajah sedih mereka mama mereka terbaring lemah di ranjang rumah sakit dan papa mereka ada di sebelahnya.

"Kenapa papa masih pakai baju tidur kayak gitu?" tanya Ravi pelan, namun dia segera diam saat Rashi mencubit lengannya. Mereka berjalaan ke ranjang Luna dan bisa melihat wajah mamanya yang kacau dan bengkak karna menangis terlalu lama. Sementara Darrel langsung meminta mereka mengambil kursi dan duduk di sebelah Luna.

"Mama, mama kenapa? Mama sakit apa? Kemarin kan mama belum sakit," ujar Rania dengan khawatir. Luna mengulurkan tangannya dan mengelus kepala Rania dengan penuh kasih sayang.

"Sebenarnya mama udah lama sakit, tapi baru sekarang kambuh lagi. Untuk sementara mama gak bisa antar jemput kalian karna mama harus pakai kursi roda. Kalian nanti diantar sama supir ya?"

"Mama sakit apa? Kenapa kami tidak pernah tahu mama sakit?" tanya Rashi yang langsung menimpali Luna. Darrel bisa melihat anak sulungnya itu menatap Luna dengan sangat khawatir. Sisi lain Rashi yang dingin dan tampak cuek, sangat jarang dia tunjukan, mungkin hanya orang yang dia sayang yang mendapat tatapan itu.

"Kalian gak usah khawatir, kalian belum waktunya tahu penyakit mama. Mulai sekarang kalian gak boleh ngerepotin Mama dan kalian rawat mama ya? Jadi anak yang baik kalau papa harus kerja. Papa bakal berusaha cari obat untuk menyembuhkan penyakit mama," ujar Darrel yang diangguki oleh mereka.

"Tapi pa, Ravi boleh tanya sesuatu?" tanya Ravi dengan wajah yang tidak dimengerti oleh Darrel.

"Apa?" tanya lelaki itu karna anaknya tak kunjung membuka suara.

"Kenapa papa tidak berganti baju dan malah menggunakan baju tidur? Apalagi motif dan warnanya…"

Darrel langsung melihat pakaian yang dia kenakan. Lelaki itu baru sadar dia memakai baju tidur warna merah muda dengan motif love di seluruh kainnya. Luna yang memintanya mengenakan itu tadi malam. Darrel langsung emnutup wajahnya dengan tangan.

Terlalu khawatir dengan istrinya, sampai dia tidak sadar sama sekali dengan baju yang dia kenakan, pantas saja banyak orang dan bahkan dokter menatap aneh saat melihat ke arahnya.

"Kamu ini merusak suasana aja," ujar Luna yang tertawa dan mengelus kepala Ravi dengan gemas.

Dia bersyukur memiliki Ravi yang bisa melelehkan suasana sedih dan beku dengan tingkahnya yang polos meski terkesan menyebalkan. Luna bersyukur memiliki keluarga yang lengkap.

Terpopuler

Comments

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ➣⃗𝐩𝐎𝐨ӀӀ̶꒷≛ °ㅤ

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ➣⃗𝐩𝐎𝐨ӀӀ̶꒷≛ °ㅤ

hhhhhhh

2020-06-10

1

Rini Aprillia Purba

Rini Aprillia Purba

😍😍😍😍😍

2020-06-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!