" Kak Darrel, kak Darrel, Luna bosan di rumah terus Cuma main masak –masakan kayak anak TK, main yuk kak," ujar Luna yang membuat Darrel menatap Luna dengan tatapan yang khawatir.
Sejak tahu Luna mengandung, Darrel jauh lebih posesif dan bahkan banyak menghabiskan waktu di rumah jika memang tak ada yang begitu penting di kantor, bahkan lelaki itu tak mau pergi ke luar negeri sama sekali.
" Ya udah main sama ku aja di rumah, kan banyak game, apa kamu mau aku bikinin mini timezone di sini? Aku bangunin sekarang kalau kamu memang mau," ujar Darrel yang membuat Luna berdecak, lelaki itu tentu bisa mewujudkan hal itu dengan mudah, namun Luna merasa jenuh dengan kondisi rumah.
" Luna ngidam kak, Luna mau makan gula kapas, Luna mau makan sosis jumbo sama Luna mau main di pasar malem," ujar Luna yang membuat Darrel mengerutkan keningnya. Apakah wanita yang hamil bisa mengidam hal sebanyak itu sekaligus?
" Kan anak Luna tiga kak, wajar dong kalau pinginnya tiga. Ini tuh maunya anak Luna, bukan mau Luna, emang kak Darrel mau kalau anak kita ileran?" tanya Luna yang membuat Darrel terkekeh geli, lelaki itu mengusap kepala Luna dengan gemas dan mengangguk, lelaki itu menyerah jika Luna sudah membawa bayi mereka dalam perundingan.
" Ya udah iya, untung aja kamu hamilnya anak tiga ya, coba kalau kamu hamilnya anak lima, bisa – bisa kamu minta dibangunin pasar malem di rumah ini," ujar Darrel yang mengajak Luna untuk masuk ke kamar, syarat yang diminta oleh Darrel sebelum mereka pergi ke tempat itu.
" kamu harus tidur dulu biar nanti gak kecapekan, aku gak mau kamu drop dan malah bahayain anak kita," ujar Darrel yang diangguki oleh Luna. Darrel keluar dari dalam kamar dan pergi ke dapur untu kmembuatkan susu khusus ibu hamil. Luna tidak begitu suka rasanya, namun Darrel tetap memaksanya hingga gadis itu mau meminumnya.
" Kak, kayaknya anak kita mau hal lain deh kak, anak kita mau papinya ngerasain sedikit yang dirasain maminya, anak kita mau kak Darrel minum susu itu, ngegantiin Luna," ujar Luna yang membuat Darrel memandang Luna dengan tatapan mata yang tak bersahabat, namun Luna tahu Darrel hanya berpura – pura.
" Itu maunya anak kita atau maunya Ibunya? Kalau kamu minta hal lain pasti aku turutin, tapi kalau masalah obat dan susu, aku gak mau. Aku harus tegas sama kamu," ujar Darrel yang membuat Luna menghela napas, namun wanita itu juga meminum sesuai perintah Darrel.
Darrel benar – benar memerankan peran sebagai suami yang baik selama ini, dia sangat baik dan memperlakukan Luna seperti ratu, namaun di sisi lain Darrel menjadi tegas dan tidak mentoleransi jika hal itu berkaitan dengan kebaikan Luna, hal itu tentu membuat Luna jatuh makin dalam, pesona Darrel membuatnya makin jatuh dan mencinta.
" Nah, padahal kalau kamu ngeyel lagi, aku mau cancel permintaan kamu loh, tapi pinter kamu nurut sama aku. gih diminum dulu, eh, obat buat ataksia kakmu dimana? Kamu udah gak minum obat itu?" tanya Darrel yang membuat Luna tersedak dan memuntahkan susu itu sampai membasahi baju dan sisanya membuat kasur yang Luna duduki basah.
" kamu kenapa? Astaga sampai kayak gini, makanya pelan – pelan dong sayang, bentar deh, aku ambilin lap dulu," ujar Darrel yang langsung bangkit dari duduknya dan sedikit berlari untuk mengambil lap sekaligus kaos ganti untuk Luna. Lelaki itu melepas kaos Luna dan memakaikan yang baru.
" Kita sekarang pindah kamar dulu, aku minta bibi buat beresin semua," ujar Darrel yang membantu Luna untuk berdiri dan keluar dari kamar itu. Mereka masuk ke kamar lain dengan Luna yang masih terdiam seolah kaget Darrel membahas masalah obat yang mencegah ataksia yang dialaminya untuk kambuh.
" Kamu lagi sembunyiin sesuatu dari aku, sekarang kamu bilang kam usembunyiin apa biar aku bisa kasih solusi, aku gak mau kamu banyak pikiran dan kondisi kamu jadi memburuk. Sekarang kamu ada tanggung jawab sama empat nyawa loh," ujar Darrel yang membuat Luna memandang Darrel dengan wajah yang takut.
" Waktu, waktu Luna pulang ke rumah, sebenernya Luna kambuh kak, Luna gak bisa gerakin kaki Luna. Makanya Luna diam dan sampai ketiduran di sana. Luna gak berani cerita karna takut kak Darrel khawatir sama Luna," ujar Luna yang membuat mata Darrel sedikit melebar dan bahkan mulutnya sedikit terbuka.
" Kenapa kamu baru cerita sama aku? Kamu memang gak minum obatnya algi? Obatnya udah dipadatkan dari enam jadi tiga butir loh Lun," ujar Darrel yang sebenarnya belum menyelesaikan perkataannya, namun dia melihat Luna makin sedih hingga dia harus menahan kata – kata yang akan dikeluarkannya.
" habis itu kamu gak kambuh – kambuh lagi kan?" tanya Darrel sambil memeluk Luna dari samping untuk menenangkan wanita itu dan mencegah wanita itu agar tidak menangis. Luna langsung menyenderkan kepalanya ke dada Darrel sambil menggelengkan kepalanya, setidaknya hal itu membuat Darrel merasa lega karna Kondisi Luna tak begitu parah.
" Kamu mau ke rumah sakit buat periksa atau gak usah? Aku nurut sama kamu deh," ujar Darrel yang dijawab gelengan kepala oleh Luna. Wanita itu tak mau menambah kadar obat dari dalam tubuhnya, hal itu juga akan berbahaya untuk anak – anaknya. Darrel pun mengangguk dan kembali membawa Luna dalam pelukannya, mengelus kepala wanita itu agar Luna bisa tidur.
Darrel memiliki ketakutan yang lebih besar dibanding Luna mengenai penyakit yang diderita oleh Luna. Darrel sudah menggantungkan hidupnya apda Luna, namun bagaimana jika ataksia yang dialami Luna kahirnya merenggut gadis itu dengan cepat? Darrel tak mau membayangkannya, namun kali ini Darrel tak bisa tenang setelah Luna mengatakan hal itu.
Lelaki itu bisa mendengar napas Luna yang mulai terautr, perlahan Darrel meletakkan Luna di kasur dan segera keluar dari kamar itu agar Luna bsia beristirahat dengan tenang. Darrel segera menghubungi dokter yang khusus diminta untuk mengobati penyakit Luna, Darrel mengkonsultasikan hal itu kepada dokter dan dokter mengatakan banyak hal kepada Darrel.
Dokter itu mengatakan hal yang positif agar Darrel merasa tenang dan meminta Darrel untuk mengingatkan Luna tentang obatnya agar Luna tidak sering mengalami kambuh dan kondisinya akan memburuk, Darrel pun mengerti dan bisa melega mendengar apa yang dikatakan oleh dokter. Darrel baru saja mengalami hari – hari bahagia, dia tak mau merusak hari – hari itu dengan cepat.
" Luna, aku bakal lakuin apapun buat kamu, aku bakal lakuin apapun buat ciptain suasana keluarga yang bahagia, aku mau keluarga kita bahagia," ujar Darrel pelan setelah panggilan itu terputus. Darrel kembali ke kamar dan melihat kondisi Luna, memastikan istrinya tidur dengan nyaman.
.
.
.
Suasana malam yang ramai membuat Luna harus menempelkan diri ke arah Darrel agar tidak bersenggolan dengan orang – orang itu. meski Luna sudah melakukan banyak terapi, dia tetap tak bisa nyaman bersentuhan dengan orang asing. Untung saja Darrel memahami hal itu dan terus merangkulnya agar merasa nyaman.
" kamu mau makan apa? Gula kapas? Atau mau sosisnya dulu?" tanya Darrel untuk mengalihkan fokus Luna. Wanita itu langsung melihat sekeliling dan melihat stan yang terang dengan banyak gula kapas berwarna merah muda sudah berjejer dalam bungkusan, Luna langsung menggeret tangan Darrel untuk sampai ke temapt itu. Luna langsung membeli dua bungkus dan Darrel membayarnya.
" kalau belinya dua berarti buat dua anak loh, tinggal satu permintaan lagi berarti," ujar Darrel yang membuat Luna menggelengkan kepalanya. Wanita itu membuka bungkus dan mulai mencubit gula itu dan memasukkannya ke dalam mulut, gula kapas itu langsung lumer dan membuat Luna tersenyum puas.
" Kan dedeknya minta satu, nah Luna minta satu, jadi Luna beli dua, satu buat Luna, satu buat dedeknya," ujar Luna sambi mengelus perutnya. Darrel tertawa dan ikut mengelus perut Luna. Tonjolan itu tak begitu besar, namun Darrel bisa merasakan kehadiran anak yang ada di sana.
" Nak, kamu pasti sedih ya di dalam sana. Mama kamu yang mau makan, tapi kamu yang dijadikan alasan. Tenang nak, papa tahu kamu gak gitu kok, kita satu team pokoknya," ujar Darrel yang membuat Luna menggeplak kepala lelaki itu pelan. Mereka sama – sama tertawa setelah itu, mereka mencari tempat duduk untuk beristirahat sebentar.
" Kamu tunggu di sini dulu aja ya, aku beliin kamu Sosis jumbo dulu, kamu mau yang pedes atau engga?" tanay darrel yang dijawab anggukan kepala oleh Luna. Darrel langsung mencium cepat kepala Luna dan meminta Luna untuk menunggu sementara dia mencari penjual sosis jumbo diantara banyaknya penjual yang ada di sana.
" kalian jaga Lunetta, jangan sampai dia kenapa – napa, kamu ikut saya," ujar Darrel pada empat orang yang ada di sana. Dia meminta tiga orang untuk menjaga Luna dan satu orang untuk menjaganya. Mereka berpencar untuk melakukan tugas mereka. Darrel menengok ke kanan dan kiri sebelum akhirnya menemukan yang dia cari.
Lelaki itu langsung membeli enam porsi sosis jumbo itu dan meminta orang itu menempatkannya dalam wadah yang berbeda. Darrel memberikan empat dari enam wadah itu kepada orang yang dia minta untuk menjaganya. Orang itu mengira Darrel memintanya untuk membantu membawakan, namun akhirnya Darrel berkata.
" Itu buat kamu sama teman – teman kamu, kalian jangan terlalu kaku kalau bekerja, di tempat ini memang rawan, tapi kalian juga harus bersenang – senang, makan tuh," ujar Darrel yang dijawab anggukan kepala dan senyuman dari lelaki itu. Mereka kembali menemui Luna, empat orang itu langsung pergi dan menjaga mereka dari jauh.
" Kamu makan nih, aku beli dua buat kamu, kan kamu harus makan buat empat orang," ujar Darrel menyindir Luna, namun wanita itu bahagia saja dan menganggukan kepalanya dengan bangga. Dia memasukkan sosis itu ke dalam mulutnya dengan nikmat. Darrel ikut senang melihat porsi makan Luna yang makin tinggi.
" Kak Darrel cobain deh kak, ini enak banget kak," ujar Luna menyodorkan sosis itu di hadpaan Darrel. Lelaki itu membukam ulutnya, namun saat dia mencium aroma sosis itu, tiba – tiba kepalanya menjadi pusing dan mual, membuatnya memalingkan wajahnya dan tentu membuat Luna bingung, padahal tak ada yang slaah dengan sosis yang dia pegang.
" Kak Darrel kenapa? Kak Darrel kok ngerasa gitu? Emang baunya gak enak ya? Baunya enak banget loh ini," ujar Luna yang kembali memasukkan sosis itu ke dalam mulutnya. Luna menghabiskan sosis itu sementara Darrel masih tak mau melihat ke arah Luna dan mengelus dadanya agar tidak makin mual.
" kayaknya aku masuk angin deh, mungkin kecapekan kerja aku, angin malemnya kuat juga. Kamu gak masuk angin apa?" tanya Darrel yang dijawab gelengan kepala oleh Luna. Mereka segera menghabiskan makanan itu ( maksudnya Luna) dan melanjutkan aktifitas mereka bermain setiap permainan yang ada di sana.
" Kak, ayo kita naik biang lala, Luna mau lihat suasana malam di sini, ayo kak ayo kak," ujar Luna yang menarik tangan Darrel. Tingkah wanita itu sama seperti dulu, bahkan di saat mereka sudah menikah dan sebentar lagi memiliki anak, Luna tetap anak yang ceria dan manja, namun hal itu lah yang membuat Darrel jatuh cinta.
" Pelan – pelan sayang, nanti kamu jatuh malah gak lucu loh. Ih, kamu tuh kena sam aorang – orang, iiih," ujar Darrel yang membuat Luna menghentikan langkahnya dan langsung mendekat ke arah Darrel. Lelaki itu tertawa dan mengusap kepala Luna, lalu membawa wanaita itu ke biang lala yang ada di tempat ini.
" Kak Darrel, bagus banget dari atas sini kak. Luna gak ingat kapan terakhir kali Luna naik biang lala di tempat kayak gini. Terakhir kali naik biang lala juga di Inggris waktu kak Darrel sama cewek lain itu, siapa namanya? Gak tahu deh, Luna lupa," ujar Luna yang melihat ke arah lampu kota yang indah.
" Luna, yang lalu – lalu, apalagi yang pahit, gak usah diungkit lagi. Kita fokus sama masa depan kita, kita buat masa depan yang bahagia," ujar Darrel yang sebenarnya tak suka Luna membahas itu, namun dia tak mau bersikap kasar pada istrinya.
" Iya kak, Luna paham. Luna sayang banget sama kak Darrel, Luna cinta banget dan bakal habiskan napas terakhir Luna sama kak Darrel," ujar Luna dengan senang tanpa sadar, wanita itu masih fokus dengan pemandangan yang ada di hadapannya, namun Darrel malah fokus pada Luna.
Lelaki itu mengambil wajah Luna dan meminta Luna untuk memandangnya. Darrel mendekatkan wajahnya dan mulai mencium Luna tepat di bibir. Ciuman itu makin lama – makin dalam, bahkan napas keduanya makin memburu, di tengah panas permainan keduanya, Darrel langsung melepaskan ciuman mereka dan kembali ke posisinya.
" Kenapa berhenti?" tanya Luna dengan wajah polosnya. Darrel menatap Luna dengan heran dan bahkan sampai menggaruk lehernya.
" Aku harus puasa dulu buat sembilan bulan ke depan Lun. Aku mau anak kita tumbuh dengan sehat dan gak cacat, kalau dilanjutin, aku gak bisa tahan dan nanti puasanya batal," ujar Darrel yang membuat Luna tak mengerti, namun Darrel segera mengalihkan pembicaraan mereka.
Mereka memilih untuk kembali menatap lampu – lampu yang gemerlap bagai bintang, menemani malam mereka yang indah dan nantinya akan menghantarkan mereka pada tidur yang nyenyak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
⚜️ Jade Nevya 💠
Darrell kena symphatyze syndrome nih ky nya 😆😆😆
2020-12-19
0
VanillaLatte
tetap semangat yah thorr. love you
2020-05-21
2
S Bekti Rahayu
sekarang punya kisah masing2 za...
radith pun punya kisah sendiri...
ttep syuuukaaa
2020-05-13
1