Dear Happiness
" Ada tiga detak jantung yang ada di sana. Selamat bapak dan Ibu, kalian akan dikaruniai tiga anak sekaligus. Saya harap Ibu bisa menjaga pola makan yang sehat dan teratur serta istirahat yang cukup agar bayi dalam kandungan Ibu bisa tumbuh dengan sehat dan selamat sampai hari kelahiran nanti," ujar dokter yang membuat Luna menitikkan air mata tanpa disengaja.
" Luna punya tiga anak kak, Luna punya tiga anak," ujar Luna mengelus perutnya saat proses USG sudah selesai, mereka bahkan meminta hasil cetakan itu sebagai kenang – kenangan perkembangan janin itu agar suatu hari nanti Luna bisa menunjukkan kepada anak – anaknya. Wanita itu tak henti tersenyum meski air matanya tetap mengalir.
" Kamu hebat, terima kasih banyak Lun. Aku bakal jagain kamu dan jagain anak – anak kita, terima kasih banyak," ujar Darrel yang langsung mencium dahi Luna cukup lama, bahkan dia berusaha untuk menahan air matanya meski air mata itu tetap keluar karna dia terlalu bahagia untuk tidak menangis di moment seperti ini.
" Saya akan meresepkan vitamin untuk Ibu. Mungkin Ibu akan merasa tidak nyaman dan sesekali merasa mual, tapi saya harap tetap dipaksakan makan agar anak ibu mendapat nutrisi yang cukup. Jika tetap mual, Ibu bisa minum obat yang juga akan saya resepkan, tolong diminum saat mual yang berlebihan saja."
" Terima kasih dokter, terima kasih banyak," ujar Luna dan Darre yang nyaris bersamaan. Luna bangkit dari duduknya dan menatap Darrel dengan senyum yang merekah. Mereka menunggu dokter untuk menulis resep dan mereka langsung menuju ke bagian apotek di rumah sakit. Itu.
Mereka segera masuk ke dalam mobil dan harus segera pulang ke rumah agar Darrel bisa segera berangkat bekerja karna tiba – tiba ada jadwal mendadak. Luna memaklumi hal itu dan tak ingin suasana hati mereka memburuk meski Darrel terus meminta maaf dan merasa sedih karna hal ini. Luna sendiri mengatakan jika itu adalah kewajiban, Darrel harus melakukannya.
" Eum kak, Luna mau pulang ke rumah lama boleh? Luna tiba – tiba kangen sama rumah itu kak," ujar Luna yang diangguki oleh Darrel, sudah cukup lama mereka tidak berada di rumah itu, toh keamanan di rumah itu sangat ketat jadi Luna akan aman dan baik – baik saja.
" Nanti sore aku jemput, gak papa kan kamu sampai sore di sana? Kalau kamu bosan terus mau pulang, kamu telpon aku ya, biar aku gak nyariin kamu," ujar Darrel yang diangguki oleh Luna. Mereka langsung menuju ke rumah Luna dan Darrel langsung pergi dari sana tanpa turun dari mobil, Luna kembali tersenyum melihat rumah yang penuh kenangan ini.
Luna langsung masuk ke rumah itu dan menggunakan lift untuk sampai di lantai empat rumah itu. Luna ingin melihat kenangan – kenangan yang ada di rumahnya karna dia tak yakin akan bisa main ke rumah ini di kemudian hari.
" Ah, lemari pensel koleksiku, apa kabarmu?" tanya Luna pada lemari kaca yang ada di lantai itu. mereka sengaja memindahkan barang berharga ke lantai ini agar tidak dibuang atau diperbaiki karna Luna ingin barang – barang itu tetap dalam wujud yang sama sampai kapanpun dan bagaimanapun keadaannya.
Luna terkekeh sendiri melihat banyaknya ponsel yang ada di lemari itu, dia tak menyangka dulu dia sangat boros dan menghabiskan banyak uang untuk mengoleksi ini semua. Sangat kekanak – kanakan dan tidak berguna, meski begitu dia tak mau menjualnya dan sangat menyayangi mereka meski tak pernah memakai mereka sebelumnya.
Wanita itu berjalan lagi dan masuk ke sebuah ruangan dimana ruangan itu berisi taman dengan tamanan yang tumbuh subur, mereka memang rajin merawat dn mengganti tamanan yang sudah mati, kecuali tanaman yang ada di sudut ruangan itu, bahkan kini tamanan itu hanya tersisa batangnya saja. Luna menutup pintu dan berjalan menuju kursi yang ada di sana.
Ada tulisan " Happy Birthday." Di ruangan itu, Luna kembali tersenyum dan memegang balon yang sudah mengempes itu satu persatu. Luna tak menyangka waktu sudah berlalu begitu cepat, dia kembali mengingat bagaimana manisnya Darrel menyiapkan banyak kejutan di ruangan ini, bahkan lelaki itu juga melamarnya sebagai tunangan di tempat ini juga.
" Banyak hal yang dilakuin kak Darrel buat gue, tapi gue gak bisa buka hati gue buat dia waktu itu, bahkan ngebiarin kak Darrel ada di status yang kosong sebagai tunangan. Jahat banget gue," ujar Luna yang mendadak menjadi sedih mengingat perjuangan Darrel untuk mendapatkan cintanya.
Bahkan jika diingat, Luna yang tidak tahu diri mengatakan Darrel adalah jodohnya di pertemuan pertama mereka, namun siapa menyangka hal itu menjadi kenyataan sampai sekarang, ternyata Darrel yang disiapkan oleh Tuhan untuk mengisi hari – harinya. Untung saja Darrel pria yang baik dan sabar hingga mau menunggunya sampai membuka hati.
" Kalau gue yang jadi kak Darrel, gue gak akan mau buat nungguin orang yang udah jelas suka sama orang lain. Apalagi posisinya gue ganteng, mapan dan idola banyak orang," ujar Luna yang langsung duduk dan meletakkan kepalanya di meja. Wanita itu sedikit memejamkan mata dan merefresh otaknya dengan hal – hal yang positif.
" Kalian pasti bangga punya papa kayak kak Darrel. Kalian dengar Mami ya, kalian akan jadi anak paling beruntung di dunia ini, mami bakal jaga kalian sampai kalian lahir dengan selamat, dan mami janji gak akan ninggalin kalian setelah itu," ujar Luna sambil mengelus perutnya yang sedikit menonjol.
Luna mengatakan hal itu karna Luna tahu bagaimana rasanya tumbuh tanpa seorang Ibu, meski dia hidup mewah sejak lahir, dia masih merasakan iri pada mereka yang bisa memeluk dan bermanja dengan Ibunya. Luna tak bisa merasakan semua kehangatan itu, dan tentu Luna tak mau anak – anaknya merasakan hal yang sama.
Wanita itu hendak bangkit dari duduknya, namun kakinya terasa kaku. Wanita itu langsung melotot dan terdiam, tiba – tiba tangannya gemetar tanpa dia ingin, dia mendadak takut karna 'momok' Luna yang sudah lama pergi dari hidupnya kini kembali, wanita itu takut jika kondisinya akan memburuk, namun dia juga tidak berani memberitahukan Darrel tentang hal ini.
" Gimana nih, Tuhan, Luna gak mau penyakit ini kambuh. Luna Cuma bolong minum obat dua minggu, kenapa langsung kambuh sih? Udah bertahun – tahun gak kambuh, janga kambuh lagi dong," ujar Luna memukul – mukul kakinya pelan agar kakinya bisa digerakkan lagi, namun dia tetap tidak bisa merasakan kakinya.
Akhirnya wanita itu memejamkan matanya dan mencoba tak memikirkan hal itu agar kaki Luna menjadi rileks dan nantinya bisa digerakkan lagi, wanita itu tahu kondisinya tidak akan permanen, namun dia takut jika nantinya dia akan mengamali kondisi permanen di saat anak – anaknya belum lahir, tentu hal itu akan menyulitkan dirinya dan anak – anaknya.
Tak terasa wanita itu malah tertidur dengan mata yang berair. Luna tertidur karna terlalu lama memejamkan mata tanpa melakukan apapun. Luna terbangun dan sudah berada dalam kamar lamanya. Dia tentu bingung kenapa tiba – tiba dia ada di tempat ini. wanita itu langsung mengambil ponselnya dan mengecek pesan yang ada di sana.
Luna tersenyum saat mendapatkan pesan dari Darrel, ternyata lelaki itu datang ke rumah ini saat makan siang dan tidak tega melihat Luna yang ketiduran di ruangan itu hingga membawa istrinya untuk tidur di kamar Luna sebelum akhirnya Darrel kembali ke kantor. Untung saja Darrel merasa perlu untuk melihat keadaan Luna, jika tidak Luna akan tertidur dalam posisi duduk untuk waktu yang lama.
" Please kaki Please, please bisa digerakin ya, please bisa jalan ya," ujar Luna pelan dan mengelus kakinya pelan. Wanita itu mendesah lega saat akhirnya dia bisa menggerakkan kakinya dan turun dari kasur. Pelan – pelan Luna berjalan, saat sudah memastikan kondisinya normal, dia melompat sedikit dan akhirnya menyusuri kamarnya yang sama sekali tidak berubah.
" Kamarku Istanaku. Ah, kangen banget gue sama kamar ini," ujar Luna menyentuh barang – barang yang ada di sana sampai akhirnya Luna teringat sesuatu dan berjalan ke arah lemari yang ada di kamarnya. Luna membuka lemari itu dan menyingkirkan baju – baju yang ada di sana.
Ternyata di lemari itu terdapat sebuah laci rahasia yang hanya bisa dibuka oleh sidik jari Luna. Wanita itu menempelkan ibu jarinya dan laci itu bisa dibuka. Luna tersenyum miris melihat apa yang ada di laci itu, Luna mengeluarkan beberapa lembar kertas yang ada di sana dan memandangnya satu persatu.
" Kawai banget gue di foto ini, gak nyangka udah tambah tua aja," ujar Luna sambil terkekeh, namun tawa itu tak bertahan lama, Luna kembali menatap foto itu dengan pandangan senyum yang sendu.
" Terlalu lama gue suka sama Lo, terlalu lama juga gue terkesan Cuma manfaatin Lo padahal gue Cuma mau Lo jujur dan bilang Lo suka sama gue. Kalau Lo bilang itu sebelum gue benar – benar jatuh cinta sama kak Darrel, mungkin jalan cerita hidup kita gak akan kayak gini."
" Lo apa kabar Dith? Gue udah lama banget gak kontak sama Lo. Maaf, bukan gue lupa sama semua yang udah Lo kasih dan Lo lakuin buat gue, tapi gue gak mau bikin hubungan ini tambah rumit, gue pingin kita sama – sama bahagia dengan jalan masing – masing."
" Bukan gue gak peka Dith, tapi Lo terlalu pengecut bukan ngakuin perasaan Lo, sampai keburu hati gue kebuka buat kak Darrel yang gentle dan bener – bener tulus sama gue. Gue ahrap Lo gak benci sama gue," ujar Luna sambil memandangi satu persatu foto yang ada di tangannya.
Luna mengoleksi foto – foto candid Radith, dia juga menyimpan foto mereka berdua di tempat ini selama bertahun – tahun tanpa memberitahu Darrel agar lelaki itu tidak sakit hati. Namun jika orang lain berpikir Luna menerima Darrel karna kasihan, mereka salah. Luna benaar – benar mencintai Darrel belakangan tahun ini.
Bukan Luna ingin terus menyimpan foto ini, Luna hanya tak ingat jika dia menyimpan foto – foto ini, entah kenapa Luna baru mengingatnya sekarang dan tak ingin Darrel yang menemukan foto – foto ini dan menjadi salah paham. Apalagi umur pernikahan mereka masih sangat muda, tidak baik jika mereka bertengkar hanya karna salah paham.
" Terima kasih Lo udah korbanin banyak hal bahkan gak segan buat pertaruhkan nyawa Lo sendiri buat Gue. Terima kasih udah buat masa SMK gue penuh warna, tapi sekarang udah waktunya kita jalanin jalan masing – masing, gue gak bisa terus bikin Lo jadi pelindung gue."
" Maaf kalau terkesan gue Cuma habis manis sepah dibuang ke Lo. Gue minta maaf sama Lo walau Lo gak akan tahu permintaan maaf gue. Gue tulus doain Lo biar Lo ketemu sama jodoh lain dan Lo hidup bahagia selamanya. Terima kasih Radith," ujar Luna yang menggenggam foto – foto itu dengan senyum.
Luna berjalan menuju telpon dan meminta orang untuk membawakan korek api ke dalam kamarnya. Luna ingin mengakhiri semuanya dan memfokuskan hidupnya untuk keluarga kecilnya. Dia tak mau terus menerus hidup dalam bayangan Radith yang hanya memikirkan dirinya, bahkan mengirimkan asistennya untuk menjaga Luna.
Tak butuh waktu lama, pintu kamar Luna diketuk dan ada orang yang menyodorkan korek api ke kamar Luna. Wanita itu menerima korek itu dan menutup pintu, tak lupa mengucapkan terima kasih sebelum menutup pintunya. Luna berjalan ke arah balkon dengan foto – foto itu dan berjongkok di sana. Wanita itu kembali menatap foto yang ada di tangannya sekali lagi.
" Terima kasih Radithya David Putra Galeno yang sudah mengisi hidup Lunetta Azura Wilkinson dan membuat Luna menyadari apa itu arti cinta sekaligus apa itu patah hati yang sebenarnya. Luna mendapat banyak petualangan dan pengalaman berharga selama bersama dengan lelaki itu. Luna tak akan pernah melupakan Radith, namun dia juga tak ingin terus mengenang lelak itu.
Luna menyalakan korek yang ada di tangannya dan mengarahkan korek itu ke salah satu lembar foto yang dia pegang. Dia meletakkan foto itu di lantai dan menumpuk satu persatu lembar foto lain sehingga kertas – kertas itu mulai terbakar dan menghangus. Luna menatap kertas – kertas itu tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun.
" Banyak yang udah dilaluin baik sama Gue, Lo, kak Darrel ataupun semua orang yang ada di sekitar gue. Berkali – kali nyaris kehilangan nyawa di saat kita gak tahu apa yang terjadi. Gue berharap semua orang yang ada di hidup gue akan bahagia pada waktunya."
" Radith, sekali lagi, terima kasih," ujar Luna saat melihat lembar – lembar kertas itu sudah menjadi abu, Luna menyiup sisa abu itu hingga angin menerbangkannya dan lantai di balkon itu menjadi bersih meski ada bekas bakar di sana.
" Terbanglah kenangan, sampaikan pada awan untuk menyimpannya dan hujan akan membagikannya pada semesta."
"Luna dan Radith hanya tinggal sebuah kisah di masa lalu, dan tak mungkin terulang di masa depan."
Luna menghela napas panjang setelah beberapa saat terdiam, seolah tubuhnya terasa ringan karna dia sudah melepaskan semua masa lalunya dan siap untuk menatap hari esok dengan bahagia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
⚜️ Jade Nevya 💠
Baru tau ada ini loh...Tetap cemungudh eaaa Eliz zheyeng 😘😘😘😘😘
2020-12-19
0
ViVi
seharusnya udh ga fokus ke Luna dgn Darrel lagi. terlalu byk drama. seriusan aku pikir kisah mrk cm segelintir yg menampilkan kebahagiaan setelah mrk punya anak dan cerita lbh fokus ke anak2 mrk ketika sudah besar. ternyata ga cukup y mempermainkn cerita. author pikir dgn terus2 kasi konflik org bakal ikutan sedih atau ngikutin cerita mrk? yg ada jenuh. rasnya session 1 dan 2 udh cukup kehidupan percintaan mrk sblm mrk menikah di penuhi dgn konflik. semoga kehidupan percintaan author g penuh konflik ya kaya cerita yg author buat.
2020-07-09
7
Almairah Ross Syarief
sumpah Thor bikin ceritanya yg bgmna bisa LUNA dan radith harus sama. pokoknya HARUSS THORR !!!
2020-06-02
1