" Bagaimana Kamu tega tidak memberi tahu Mama dan Papa sama sekali? Tidak disangka bertahun – tahun kamu hidup mandiri, Kamu gak anggap Mama sebagai orang tua kamu lagi," ujar nyonya besar Atmaja dengan wajah sedih. Darrel memutar bola matanya saat kedua tamu itu langsung masuk ke dalam rumahnya dan mulai merusuh di sana.
" Gak usah drama deh Ma. Lagipula tanpa Darrel kasih tahu pun, mama sama papa udah tahu dan malah datang ke rumah Darrel tanpa diundang," ujar Darrel yang langsung duduk di sofa setelah meminta pembantunya menyiapkan minum dan camilan. Mama Darrel berdecih melihat sambutan dari anak mereka.
" Mama gak mau ketemu kamu, mama mau ketemu sama menantu mama. Belum sempat mama bawa dia ke salon kecantikan, eh malah udah hamil tiga anak dia," ujar mama Darrel yang dijawab kekehan dari Luna. Luna masih belum terbiasa dengan sikap ramah luar biasa yang ditunjukkan oleh keluarga Darrel.
" Jangan ngerusuhin Luna dulu ma, Luna masih hamil muda, nanti Luna stres, Darrel gak mau ada apa – apa sama anak Darrel," ujar Darrel dengan sedikit terburu – buru karna mamanya langsung menyerbu ke arah Luna. Mama Darrel menyingkirkan tubuh Darrel dengan cepat agar dia bisa duduk dan memandang Luna dengan lekat.
" Heh, mama itu jauh lebih berpengalaman daripada kamu. Kamu pikir yang ngelahirin kamu dan Dara itu siapa? Ngeremehin mama kamu ya," ujar mama Darrel yang membuat Darrel terdiam.
Lelaki itu tak bisa melawan, namun dia juga khawatir mamanya melakukan hal aneh yang membuat Luna merasa tak nyaman. Ternyata Luna tidak terganggu sama sekali saat mamanya mengelus perut milik Luna.
" Halo cucu Oma, Kalian apa kabar di dalam sana? Pasti sempit ya? Tenang aja, bentar lagi mama kalian akan bertambah lebar dan kalian punya cukup ruang di dalam sana. Jangan bertengkar ya di dalam sana, karna tidak ada balok kayu untuk saling memukul," ujar mama Darrel dengan asal, membuat Darrel meraup wajahnya sendiri dengan gemas.
" Pa, bagaimana mungkin istri seorang CEO yang terkenal dan sukses bertingkah seperti mama sekarang ini? bahkan sikap mama tak beda jauh dengan ABG labil jaman sekarang. Ini sangat memalukan," ujar Darrel yang membuat mamanya kembali menatap ke arahnya. Mamanya bangun dari duduknya dan menghampiri putranya itu.
" Asal kamu tahu ya. Papa kamu jadi awet muda karna mama selalu bertingkah muda. Bahkan umur mama belum tua, nyatanya kulit mama masih kencang dan merona," ujar mama Darrel dengan sombongnya. Darrel kembali memutar bola matanya melihat tingkah laku mamanya yang cukup menggemaskan baginya.
" Psst, Kamu hati – hati, Luna itu persis sama Mama, kamu bingung sama papa yang bertahan sama Mama? Ya Kamu bakal tanyakan hal itu pada diri kamu sendiri suatu hari nanti," ujar mama Darrel yang berbisik agar hanya Darrel yang bisa mendengar perkataannya.
Nyonya besar Atmaja tak mau membuat menantunya merasa tertekan atau dipenuhi rasa bersalah karna sikap polos cenderung manja itu pasti akan menyulitkan Darrel suatu hari nanti.
Namun hal itu tak boleh membebani pikiran Luna sekarang demi kesehatan anak – anak yang ada di dalam perut Luna. Nyonya besar Atmaja memilih untuk mengingatkan Darrel agar lelaki itu bersiap.
" Apakah kalian punya sesuatu untuk dimakan? Mama langsung ke sini setelah penerbangan jauh, Mama lapar," ujar mama Darrel sambil memegang perutnya lagi. Tuan besar Atmaja tak mengatakan apapun, beliau memilih untuk duduk santai sambil menikmati secangkir teh yang ada di hadapannya.
" Bagaimana kondisi ginjalmu? Apa ginjal itu berfungsi sebagaimana mestinya?" tanya Tuan Besar Atmaja yang membuat pandangan Darrel teralihkan.
Lelaki itu menganggukan kepalanya dan mengatakan semua baik – baik saja karna dia mementingkan kesehatannya untuk saat ini. dia tak mau Luna menjadi janda muda anak tiga jika terjadi sesuatu padanya.
" Kau hanya perlu fokus dengan keluarga kecilmu. Urusan perusahaan akan menjadi urusan Papa untuk sementara waktu, kecuali jika Papamu ini bertambah buruk kesehatannya karna menghadapi Mamamu yang ajaib," ujar tuan besar Atmaja yang diam – diam menyerang istrinya.
Nyonya besar Atmaja langsung terdiam dan sesaat kemudian menyerbu suaminya, seolah tidak ada Darrel dan Luna di hadapan mereka.
" Kau tidak boleh sakit, apalagi jika kau berencana untuk mati meninggalkanku, jangan berani berpikiran seperti itu. Aku tidak mau menjadi janda kembang, bagaimana aku meneruskan hidupku jika tidak ada suami tercintaku?" tanya mama Darrel yang makin membuat Darrel malu dan bahkan merasa mual, dia masih tak percaya wanita yang ada di hadapannya adalah mama kandungnya.
" Berhenti bersikap seperti ini, kau membuat kepalaku pusing, mungkin aku harus menambah dosis obat yang aku minum dan akhirnya aku akan mati karna overdosis," ujar papa Darrel dengan tegas namun juga lembut dalam waktu yang bersamaan. Mama Darrel mengangguk menurut dan langsung membungkam mulutnya, membuat Darrel merasa takjub dengan teknik itu.
" Kau tidak bisa menggunakan cara yang keras dan mengancam istrimu. Perlakukan istrimu seperti ratu, namun jangan lupa jika kau adalah rajanya dan Ratu tidak akan menjadi apapun tanpa adanya seorang raja. Ingat itu dalam kamusmu," ujar papa Darrel yang diangguki oleh Darrel dengan semangat.
" Eum, bagaimana jika kita segera makan? Sepertinya Chef sudah selesai memasak. Kita lanjutkan obrolan kita di meja makan," ujar Luna yang akhirnya tak sabar untuk menengahi perkelahian kecil yang menggemaskan. Darrel harusnya bersyukur memiliki ibu yang humble dan menganggap anaknya sebagai teman.
Orang tua Darrel tak meremehkan Darrel hanya karna dia masih muda. Bahkan jika Darrel mengatakan sesuatu yang menentang mereka, mereka malah memberi Darrel tantangan untuk membuktikan perkataannya alih – alih memarahinya.
Didikan seperti itu yang membuat Darrel bisa tumbuh menjadi pria yang mandiri, bertanggung jawab dan selalu menghargai adanya sebuah proses.
" Ah, baiklah, mari kita makan. Kamu harus makan banyak ya? Kamu harus memberi makan tiga cucuku yang sudah pasti mirip denganku," ujar mama Darrel yang kembali membuat Darrel menaikkan sebelah alisnya, namun tangan Darrel ditahan oleh papanya hingga dia tak jadi mengungkapkan apa yang sudah ada di ujung lidahnya.
"Silakan nyonya dan tuan. Hari ini saya memasak menu seafood. Mungkin nyonya Lunetta tidak begitu suka bau alami seafood ini, namun ikan – ikan ini baik untuk bertumbuhan otak janin, bisa membuat anak yang dikandung menjadi cerdas," ujar chef yang menyajikan makan itu di hadapan mereka. Luna menatap satu persatu makanan itu dengan nikmat.
" Apa kamu merasa mual? Kalau kamu merasa mual, kamu hanya perlu makan sedikit, tapi kalau kamu benar- benar gak mau makan, mama bakal minta chef siapin yang lain," ujar mama Darrel yang menatap Luna dengan khawatir. Namun wanita itu menatap ke arah nyonya besar Atmaja dengan senyum yang merekah.
" Luna sangat suka seafood. Luna bahkan penggila seafood sejak dulu, Luna tidak akan mual makan makanan favorit Luna. Mama tidak perlu khawatir," ujar Luna yang membuat mama Darrel mengangguk lega. Mereka mulai mengambil nasi, Luna sendiri langsung mengambil piring dan mengisinya dengan nasi untuk Darrel.
" Kamu mau pakai lauk apa?" tanya Luna saat Darrel hanya memandang makan lezat itu dengan pandangan yang aneh, bahkan lelaki itu seperti enggan menyentuh makanan yang ada di hadapannya. Hal itu tentu membuat Luna bingung, namun wanita itu masih berinisiatif untuk melayani suaminya, bukan karna ada mertuanya di sini, dia hanya ingin melakukan tugasnya sebagai istri.
" Aku gak mau makan itu, baunya gak enak banget. Aku mau makan roti aja, kamu makan aja itu," ujar Darrel yang membuat mama dan papa Darrel memandang anak itu. Bagaimana bisa Darrel mengatakan hal itu padahal makanan di hadapan mereka beraroma sangat lezat dan menggugah selera.
" Ada apa dengan hidungmu? Sejak kapan Kamu pilih – pilih makanan begitu? Cepat makan apa yang ada," ujar papa Darrel dengan tegas, namun lelaki itu makin merasa enggan dan bahkan menutup hidungnya. Tiba -tiba saja wajah Darrel memucat dan segera berlari dari meja makan. Luna yang melihat itu tentu saja kaget.
" Luna susul kak Darrel dulu Ma, Pa," ujar Luna yang langsung bangkit berdiri dan menyusul Darrel yang berjalan ke arah cucian piring. Lelaki itu menunduk, Luna yang menghampiri Darrel dan melihat apa yang dilakukan lelaki itu, ternyata Darrel sedang muntah dan mengeluarkan semua isi perutnya ke wastafel.
" Astaga, sampai muntah begini. Kita ke rumah sakit aja ya? Masak masuk angin sampai kayak gini sih, yuk, kita ke rumah sakit. Luna gak mau kak Darrel kenapa – napa," ujar Luna yang dijawab gelengan kepala oleh Darrel. Lelaki itu sedikit mendorong tubuh Luna pelan agar wanita itu tak melihatnya muntah, Darrel takut Luna akan terbawa dan malah ikut mual.
Luna yang tahu niat Darrel sedikit mendorongnya malah mendekat dan mengelus leher belakang lelaki itu pelan, Luna juga mengusap punggung Darrel untuk menghangatkannya. Luna tak tahu jika Darrel sampai sakit seperti ini, kemarin lelaki itu masih baik – baik saja meski mengeluh masuk angin.
" Yakin gak mau ke rumah sakit? Luna takut beneran ini, ke rumah sakit aja ya? Kalau gak sakit kan juga gak papa pergi ke rumah sakit," ujar Luna yang ditolak oleh Darrel.
Lelaki itu merasa tak perlu untuk pergi ke rumah sakit. Dia hanya merasa pusing dan mual, ditambah bau amis dari aneka seafood yang ada di meja, membuat tubuhnya makin mual.
" Kamu makan dulu aja sama mama papa, Aku tunggu di ruang tamu. Aku pusing banget nyium bau ikannya," ujar Darrel dengan lemas. Luna masih mengelus punggung lelaki itu dan berjalan beriringan menuju ruang keluarga sebelum akhirnya Luna kembali ke meja makan.
"Ada apa dengan suamimu?" tanya Tuan Besar Atmaja sambil memasukkan satu sendok nasi ke dalam mulutnya.
"Dari kemarin kak Darrel mual – mual terus Pa, masuk angin. Terus ini katanya kak Darrel gak tahan sama bau amisnya, jadi dia tambah mual," ujar Luna yang membuat Tuan Besar Atmaja mengerutkan alisnya.
"Dia sudah betahun – tahun berhadapan dengan ikan dan makanan laut lain, bahkan dia sudah pandai mengolahnya. Kenapa tiba – tiba dia merasa pusing?" tanya papa Darrel dengan bingung.
Mama Darrel langsung mengerutkan keningnya, namun sesaat kemudian beliau berdiri dan pergi dari meja makan, kebetulan beliau juga sudah selesai makan.
"Sejak kapan kamu ngerasa gak enak badan dan mual – mual?" tanya Mama Darrel yang sudah duduk di samping Darrel dan memijat jari jempol lelaki itu.
Luna langsung tersentuh melihat apa yang dilakukan mama Darrel. Mereka tampak sering berdebat dan saling kesal, namun seorang Ibu tetaplah Ibu, tak tega melihat anaknya menderita.
"Gak tahu ma, mungkin beberapa hari lalu. Darrel banyak kerjaan di kantor, terus kalau cium bau – bauan gitu jadi pusing banget, mual," ujar Darrel dengan lemas karna dia sudah membuang semua isi perutnya. Luna yang sudah duduk di sisi lain memandang Darrel dengan khawatir, sementara Mama Darrel langsung tersenyum puas.
"Hahahaha, buah jatuh tidak pernah jauh dari pohonnya. Bagaimana bisa kalian semirip itu?" tanya mama Darrel dengan spontan. Darrel tentu bingung karna mamanya tiba – tiba mengatakan hal itu, dia sama sekali tak mengerti.
"Maksud mama apa? Darrel gak ngerti ma. Darrel lemas ah, gak mau dengar," ujar Darrel dengan lemas sambil memejamkan matanya.
Mendengar keributan, papa Darrel langsung duduk di sebelah istrinya, tentu setelah membereskan sisa makan istrinya yang terbilang sedikit. Meski sudah berumur, istrinya sangat terobsesi memiliki tubuh yang ideal sehingga terbiasa makan sedikit.
"Kau ingat apa yang terjadi padamu saat aku mengandung Darrel dan Dara?" tanya mama Darrel pada suaminya. Tuan besar Atmaja langsung memicingkan matanya, mengingat apa yang terjadi lebih dari dua puluh tahun itu, namun jika istrinya bertanya, itu artinya hal yang tak bisa dilupakan dan termasuk hal yang penting.
"Ah, apakah Darrel juga merasakan hal itu?" tanya papa Darrel dengan tawa yang ditahan. Darrel dan Luna sama - sama tidak mengerti apa yang dua orang dewasa ini bicarakan.
"Darrel ini lagi kena Couvade Syndorm, dimana orang – orang yang dekat dan punya ikatan batin sama Luna malah ngerasain apa yang harusnya Luna rasain waktu hamil. Dulu papa Darrel juga ngalamin itu waktu mama hamil Darrel dan Dara."
"Eh? Itu berbahaya kah ma? Apa perlu diperiksakan ke dokter?" tanya Luna yang sama sekali tak pengalaman dengan masalah seperti ini.
"Tidak usah kok, hal seperti itu wajar. Semakin dekat hubungan seseorang, semakin orang itu memiliki ikatan batin dan berpotensi kena sindrom ini, sindrom ini bakal hilang dengan sendirinya dan gak bahaya kok," ujar mama Darrel yang membuat Luna mengangguk lega, namun tidak dengan Darrel.
"Jadi maksud mama setelah ini Darrel bakal sering ngalamin apa yang harusnya Luna alami? Termasuk mual – mual kayak tadi?" tanya Darrel yang diangguki oleh mamanya. Darrel langsung membuka mulutnya dan menatap Luna dengan melas. Mama Darrel segera melihat ke arah Luna dengan pandangan yang tak bisa diartikan.
"Kamu harus banyak sabar setelah ini, kamu gak boleh emosi, kalau kamu mulai emosi, kamu gak usah tanggepin dia, kesehatan bayi kamu yang utama pokoknya. Jangan sampai kamu stres, nanti cucu mama yang nangis di dalam perut kamu."
"Memang kenapa Ma?" tanya Luna yang bingung.
"Ada deh, nanti kamu juga tahu sendiri," ujar mama Darrel yang membuat Luna dan Darrel saling berpandangan. Kira – kira apa yang akan terjadi setelah ini? Melihat senyum mama Darrel, Luna tentu tak bisa merasa tenang begitu saja.
*
*
*
*
Mencurigakan🙄
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
⚜️ Jade Nevya 💠
Aaah yaaa Couvade...Ngapa jd symphatize.🤣🤣🤣
2020-12-19
0
Laksamana Wiskhey
ih gasabar
2020-05-14
1
Atie Diaz
syuka thor...next👍👍😘
2020-05-14
1