Chapter 5

Berbulan – bulan berlalu, Luna sama sekali tak mengalami masalah yang berarti. Wanita itu merasa tiga anak dalam perutnya tak ingin dia kesusahan, meski terkadang Luna merasakan tendangan – tendangan kecil di sana, mungkin mereka berkelahi, semoga rambut mereka tak rontok saat keluar dari perut Luna nanti. Mungkin malah Luna yang dibuat kewalahan karna Darrel yang semakin aneh.

Bagaimana tidak? Lelaki itu bangun di pagi hari dan langsung menceburkan diri ke kolam renang berisi air dingin. Luna sudah melarangnya, takut Darrel masuk angin dan menjadi sakit, namun lelaki itu tampak menikmati kegiatannya. Belum lagi Darrel yang tiba – tiba ingin makan ini itu yang sebenarnya pantangan dari dokter.

Namun luna tetap sabar dan menuruti apa ynag diinginkan oleh Darrel, begitu pula sebaliknya. Tak bisa dihitung berapa kali Darrel harus stidur di sofa, tidur di kamar lain dan paling parah tidur di apartemennya (karna saat itu Luna mengunci pintu rumah dari dalam karna malas melihat wajah Darrel). Banyak hal yang mereka dapatkan dari hal ini.

Seiring berjalannya waktu, tubuh Luna makin melebar, ya, dia merasakan kemerdekaan penuh mengenai berat dan bentuk tubuhnya. Meski sejak awal Darrel tak pernah memintanya untuk melakukan hal itu, Luna dengan kesadaran melakukannya demi menyenangkan Darrel. Namun kini Darrel yang malah memintanya untuk tak berhenti makan, dengan alasan dia 'mengidam'.

" Kamu belum makan lagi kan? Kamu mau aku masakin gak? Mumpung aku dibolehin di rumah seharian nih," ujar Darrel saat melihat Luna yang duduk bermalasan dengan perut yang sangat buncit karna kandungan itu sudah menginjak enam bulan. Jika satu anak saja sudah membuat perut lebar, bagaimana dengan tiga anak? Coba bayangkan saja sendiri.

" Kan Luna udah makan kak Tiga jam yang lalu, Luna masih kenyang banget, nih lihat, perut Luna buncit lima puluh persen karna debay, lima puluh persen karna makanan," ujar Luna sambil mengusap perutnya. Namun Darrel tak bisa menerima alasan itu, lelaki itu bangkit dan langsung berjalan dengan semangat ke arah dapur.

Luna memutar bola matanya dan membiarkan Darrel melakukan apa yang dia mau, Luna tak mau ambil pusing dan malah nantinya membuat perutnya terasa kram. Luna kembali menonton drakor perpelakoran yang sedang populer, meski membuat emosinya meningkat, dia juga mengambil banyak pelajaran dari drakor tersebut.

" Untung aja rumah tangga gue gak ada pelakor yang macam begitu. Udah cukup pelakor – pelakor hempas dari muka bumi ini sebelum gue nikah," ujar Luna yang memasukkan kacang mete ke dalam mulutnya lagi. Dia bisa mendengar suara gaduh dari arah dapur, dia yakin Darrel sedang bereksperimen hal aneh lagi.

" Duh suami, ganteng sih, baik sih, idaman sih, tapi kok ngeselin ya? Untung aja masakan abang enak bang, kalau enggak, udah adek hempas si abang dari dunia ini," ujar Luna bergurau karna Darrel terlalu berisik di sana. Luna kembali fokus pada tontonannya, entah sudah berapa lama Luna ada di posisi itu.

" Lunaa, Lunetta, sayang, istri aku yang paling cantik dan imut, dan aku cinta, aku udah selesai nih. Kamu harus coba, ini enak banget," ujar Darrel yang membangunkan Luna. Wanita itu terlelap dengan sendirinya, namun Darrel dengan beraninya membangunkan Luna.

" Kalau gak enak, Luna bakal kasih garis polisi di dapur biar kak Darrel ga usah bereksperimen yang aneh, aneh terus. Pusing Luna jadinya," ujar Luna yang mengambil sendok kecil dihadapannya. Luna memotong kue yang ada di hadpaannya dan memasukkan potongan itu ke dalam mulut. Ekspresi Luna yang malas langsung berubah.

Tangan Luna mengambil alih piring itu dengan cepat, secepat dia mengubah ekspresi wajahnya. Darrel tertawa melihat hal itu, Darrel lebih memilih untuk duduk dan menagamati wajah Luna yang bersemangat menghabiskan karya buatannya. Lelaki itu membuat cake coklat dengan isian coklat lumer ditambah topping gula dan keju yang membuat kue itu kaya akan rasa.

" Kok enak sih? Yang ini namanya apa?" tanya Luna yang menyendok satu suapan besar sampai pipinya menggembung dan dia tersenyum merasakan coklat dan keju yang 'bertengkar' dalam mulutnya, seakan mereka ingin menonjolkan rasa mereka dibanding yang lain.

" Lava love, dibuatnya pakai cinta soalnya," ujar Darrel yang membuat Luna terdiam. Luna langsung berhenti mengunyah dan menatap makanan yang dia pegang dengan hasrat yang sudah hilang. Darrel langsung tertegun melihat respon Luna, sepertinya dia salah bicara lagi kali ini. Luna meletakkan piring itu dan memegang perutnya dengan wajah yang pucat pasi.

" Kamu kenapa? Aku gak taruh racun kok ke dalam makanan itu, kamu kenapa jadi pucet gini?" tanya Darrel yang langsung merasa takut. Luna memegang perutnya dengan sedikit menekan, hal itu tentu membuat Darrel makin gelagapan dan bersiap untuk menggendong Luna, namun Luna tak mau bergerak sedikitpun dari posisinya.

" Luna langsung ngerasa mual waktu kak Darrel bilang gitu, perut Luna langung mules kak, mungkin anak – anak kita juga geli dengar bapaknya ngomong gitu. Duh nak, kamu ngerti perasaan mami ya?" tanya Luna pada perutnya dengan nada kasihan. Hal itu tentu membuat Darrel melongo, dia kira Luna sungguh kesakitan, namun ternyata una hanya berniat untuk meledeknya.

" Udah, itu buruan kamu habisin dulu, aku mau renang lagi, panas banget rasanya. Kamu kalau mau nyusul bawain aku lemon ya, paypay sayang," ujar Darrel yang mencium kepala Luna dengan gemas dan langsung bangkit dari duduknya menuju kamar. Lelaki itu akan berganti pakaian sebelum menceburkan diri ke dinginnya air kolam renang.

" Masuk angin Luna gak tanggung jawab, gak mau tahu, Luna gak mau tanggung jawab," ujar Luna yang tak didengar lagi oleh Darrel. Lelaki itu mulai menunjukkan sifat aslinya, namun bukan berarti Luna membenci atau tak menyukai hal itu. Bagi Luna, asal tidak mengganggu hubungan mereka, Luna akan membiarkan Darrel melakukan apapun yang membuat lelaki itu bahagia.

Luna berniat untuk menyusul Darrel, namun posisi duduknya yang sudah nyaman ditambah tubuhnya yang berat, Luna tak bisa bangun dari kursi sekuat apapun dia berusaha. Untung saja asisten rumah tangga mereka lewat dan Luna meminta bantuan asisten itu untuk membangunkannya.

" Makasih ya Bi, untung Bibi lewat, kalau gak Luna pasti udah terdampar di sofa itu sampai nanti sore," ujar Luna yang membuat ART itu terkekeh.

" Memang tuan Darrelnya kemana nyah? Biasanya juga berduaan terus," tanya pembantu itu dengan nada bercanda, memang Darrel selalu ada di sebelah Luna jika mereka sedang di rumah berdua.

" Lagi cosplay jadi dugong, renang mulu di kolam," ujar Luna dengan asal dan berjalan dari sana setelah mengucapkan terima kasih sekali lagi. Luna langsung berjalan ke arah Dapur untuk mengambilkan 'pesanan' suami tercintanya.

*

*

Malam menyapa, matahari menyampaikan selamat tinggal untuk beristirahat dan kini bulan bersinar dengan terangnya. Hal yang ditakutkan oleh Luna pun terjadi, Darrel langsung tidak enak badan, badan lelaki itu sedikit demam, namun lelaki itu bersikeras menolak jika Luna memintanya untuk minum obat atau pegi ke dokter, dia mengatakan bahwa dirinya baik – baik saja.

" Kalau gak mau minum obat atau ke dokter, nanti Luna ketularan kak Darrel, kalau Luna yang ingusan gak masalah, tapi coba kak Darrel bayangkan anak kita yang lucu – lucu di dalam perut Luna semua mainan ingus, kan menggelikan kak," ujar Luna dengan wajah yang serius meski yang dia katakan semua ngawur.

" Ngarang aja kamu, mana bisa dedek bayi yang belum lahir jadi ingusan? Aku gak mau minum obat, kandungan obat tidurnya tuh tinggi sayang, besok aku telat bangun terus gak bisa kerja gimana? Malah susah sendiri yang ada," ujar Darrel yang menidurkan dirinya di kasur dan menutup badannya dengan selimut. Luna tak tahan panas, jadi AC kamar harus menyala, Darrel yang mengalah untuk masalah ini.

" Kalau kak Darrel gak mau nurut, Luna mau tidur di sofa aja," ujar Luna yang menggeser tubuhnya dan bersiap untuk turun, namun Darrel menahan tubuhnya dan memeluknya dari belakang. Luna bisa merasakan badan Darrel yang sangat panas, bahkan deru napas lelaki itu juga panas, tentu saja Luna khawatir.

" Iya aku minum obat. Tapi kepala aku pusing, gak bisa gerak, gak bisa turun dari kasur, gak bisa ambil obat," ujar Darrel dengan sedikit merengek, Luna langsung mendengus dan turun dari kasur tanpa mengatakan apapun. Luna kembali dengan satu butir obat dan segelas air putih.

" Enak punya istri, aku bisa bertindak manja sesuka hati," ujar Darrel yang mendudukan dirinya dan mengambil alih obat yang dibawa Luna lalu meminumnya dengan bantuan air putih. Darrel memberikan gelas itu kepada Luna dan kembali menidurkan dirinya. Kepalanya terasa pening jika bangun atau dudk terlalu lama.

" Makanya kalau dikasih tahu itu nurut. Udah Luna bilang gak usah renang kelamaan, udah Luna bilang stop, masih gak mau dengar. Masuk angin kan jadinya," ujar Luna yang kembali menidurkan diri, Darrel menerima semua omelan itu dengan patuh dan malah mengusal – usalkan wajahnya ke punggung Luna yang membelakanginya.

" Bentar, Luna mau cari posisi nyaman dulu, perut Luna sakit," ujar Luna yang membuat Darrel melepaskan pelukannya dan memberikan Luna ruang yang lebar agar wanita itu bisa bergerak sesukanya. Luna mencari posisi nayman dengan susah payah, namun dia tak bisa menemukan posisi yang enak, bahkan anak di dalam perutnya mulai menendang – nendang seakan protes padanya.

" Sini – sini, tidur sini," ujar Darrel yang meluruskan tangan kanannya, Luna mengerutkan keningnya, namun dia langsung paham apa yang diinginkan oleh Darrel. Luna menurut dan meletakkan kepalanya di atas lengan Darrel ( menjadikan lengan Darrel sebagai bantal). Seketika anak yang ada di perut Luna langsung diam.

" Nah, akhirnya nemu yang enak," ujar Luna yang meletakkan kepalanya dekat dengan ketiak dan dada Darrel, entah mengapa dia merasa nyaman pada posisi itu dan matanya mulai memberat, padahal biasanya dia jijik jika Darrel memamerkan ketiak yang selalu rutin dia cukur dan bersihkan dari bulu – bulu yang mengganggu (bagi Darrel).

" Emang posisi paling nyaman itu waktu kamu bisa sedekat dan seintim ini sama pasangan kamu. Dah, ayo tidur, kepala aku pusing," ujar Darrel yang diangguki oleh Luna. Luna mulai memejamkan matanya menuju ke alam mimpi, sementara Darrel bertugas untuk memastikan Luna terlelap sebelum dia sendiri tertidur.

Darrel mengusap kepala Luna perlahan, memberikan kenyaman bagi wanita itu. setelah dia bosan dengan kepala, Darrel menglurukan tangannya hingga tubuhnya yang hangat membungkus Luna. Lelaki itu mengusap punggung Luna dalam posisi itu, membuat napas Luna mulai tertaur, tanda istrinya sudah terlelap. Setelah itu Darrel mengusap perut Luna dengan pelan.

" Halo jagoan – jagoan papa. Kalian jangan buat mama kalian kesusahan ya, kalian harus jadi anak yang baik sampai kalian keluar dan lihat kegantengan mama dan papa," ujar Darrel pada perut Luna. Lelaki itu menatap Luna yang sudah 'tidak sadarkan diri'. Perlahan dia memejamkan matanya, efek obat mulai bereaksi dalam tubuhnya.

" Aku sayang sama kamu," ujar Darrel yang mencium kepala Luna cukup lama sebelum akhirnya benar – benar terlelap. Mereka tidur dalam posisi yang slaing menghangatkan dan memberi kenyamanan. Posisi yang sangat disukai oleh Darrel. Karna Darrel ingin Luna selalu nyaman dan hangat saat bersamanya.

Terpopuler

Comments

VanillaLatte

VanillaLatte

gila. jdi baper gua. sweet banget si darel

2020-05-21

2

Nenden Nuranisa

Nenden Nuranisa

seruuuuu
sukaaa bangeeetttt , selalu ku tunggu up nyaaa
novel yang bossy bos yang tentang radith juga seru bangeeettt aku suka
dan ditunggu up untuk two heart nya ya author hehe

2020-05-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!