Darrel merasa mulas, entah mengapa lelaki itu merasa lemas dan malas melakukan banyak hal. Apalagi tadi malam dia terpaksa tidur di kamar lain karna Luna yang enggan berdekatan dengannya. Padahal Darrel tak melakukan apapun yang menyebalkan, namun Luna tetap menganggapnya menyebalkan. Wanitanya itu mengusir dia dari kamar dengan sadis.
" Heh, Lo itu masih niat gak sih kerja jadi bos di sini?" tanya Jordan yang entah sejak kapan sudah berdiri di hadapan Darrel. Lelaki itu sudah mengetuk, namun dia tak mendapat jawaban. Darrel sendiri terlalu fokus dengan pikirannya sampai dia tak menyadari kehadiran Jordan. Jordan sendiri tampak sangat kesal dengan Darrel yang tampak tak fokus.
" Lo itu udah enak loh, kerja langsung jadi bos, tapi Lo jangan gak fokus gitu dong. Lo tahu gak kalau perusahaan ini gagal dapat tender yang penting? lama – lama bisa bankrut loh," ujar Jordan yang membuat Darrel bingung, lelaki itu sama sekali tak tahu tentang hal ini.
" Nah kan, nah kan, gak tahu kan Lo. Wah, awalnya gue Cuma ngira Lo Cuma meleng dan gak sengaja, ternyata Lo malah gak tahu ada masalah ini. Lo mikirin apa sih? Luna? Karna dia hamil? Heh, Keysha juga pernah hamil, tapi gue gak sampai kayak Lo gini," ujar Jordan dengan kesal.
" Sorry bang, gue benar – benar gak tahu masalah ini. beberapa hari ini gue banyak pikiran banget, Luna moody an, dan juga gue kepikiran karna Luna cerita kalau ataksia dia kambuh. Gue bingung, gue juga takut," ujar Darrel dengan jujur. Fakta itu membuat Jordan tak bisa marah dengan Darrel.
" Lo tahu sendiri dan udah berulang kali dibilang, Luna gak akan bisa sembuh dari ataksia yang dia derita. Jadi kalau dia kambuh itu wajar. Eit, Lo jangan mikir gue gak peduli sama dia, setiap hari gue juga kontrol obat yang gharus dia konsumsi, gue cari dokter terbaik buat nyari metode biar Luna gak harus minum obat tiap hari."
" Lo lebih baik cari solusi nyata daripada Cuma nangisin dan mikirin keadaan Luna, hal kayak gitu gak akan mengubah keadaan. Sekarang Lo lebih baik fokus dulu sama kerjaan kalau Lo gak mau anak Lo lahir dalam keadaan Lo udah bangkrut dan miskin. Nih berkas buat Lo," ujar Jordan yang melempar setumpuk berkas ke atas meja.
" Bang, Lo sibuk gak? Kalau Lo gak sibuk, gue mau konsultasi ke Lo. Gue kan gak pernah nikah sebelumnya, jadi gue bingung harus ngadepin keadaan ini kayak gimana," ujar Darrel yang membuat Jordan mengerutkan keningnya.
" Sumpah ya, Lo pikir sebelum sama Keysha gue pernah nikah? Tapi oke lah, gue kasihan Lihat Lo frustasi sampai kayak gini. Gue emang gak pernah ngalamin apa yang Lo alami jadi gue gak bisa kasih saran tentang Lo yang jadi ngidam atau apapun itu," ujar Jordan yang menarik kursi dan duduk di hadapan Darrel.
" Yang jelas, yang gue tahu juga, ini belum seberapa. Lo bakal ngalamin hal yang lebih banyak lagi selama pernikahan kalian. Bahkan dulu gue sempat mau pisah sama Keysha loh, yang nyelametin pernikahan kami ya anak kami itu, dia datang di waktu yang tepat," ujar Jordan yang membuat Darrel terkejut.
" Bukannya Lo kelihatan adem – adem aja ya? Kalian sempat ribut sampai kayak gitu? Lo ngapain aja sampai kak Keysha gitu?" tanya Darrel yang membuat Jordan meliriknya, pertanyaan itu seakan Darrel yakin jika Jordan yang salah di sini, meski memang hal itu adalah kenyataannya.
" Gue harus sering ek luar negeri, Keysha harus tinggal di rumah dan pindah – pindah sampai dia gak pernah punya teman. Dia marah, tapi gue juga marah karna waktu itu kita masih riwuh sama pak Indra, Lo bisa bayangin keadaannya kan?" tanya Jordan yang diangguki oleh Darrel.
" Setelah gue bertengkar hebat sama Keysha, gue benar – benar minta maaf sama dia dan yah seprti yang Lo tahu lah, sampai beberapa bulan kemudian Keysha hamil dan hubungan kami makin membaik. Tapi itu belum seberapa, karna hamilnya Keysha itu aneh, dia lebih suka mandang orang lain daripada mandang gue."
" Bahkan dia minta ke Indonesia karna dia gak mau lihat gue. Lo bayangin lah istri Lo sendiri gak mau lihat Lo, eh di Indonesia sering tuh dia cerita kalau dia suka lihat wajah Lo, makanya gue kesal banget dan milih dukung Radith, gue juga yang kasih tahu Radith kalau Luna pergi ke Korea sebelum bokap kasih tahu Lo."
" Oke, ini out of topic, balik lagi ya. Kalau Keysha yang gak manja dan gak pernah neko – neko aja sampai kaayak gitu, Lo bisa bayangin apa yang bakal dilakuin sama Luna. Apalagi di sini Lo ikut – ikutan ngidam mual – mual kayak Lo yang hamil, pasti bakal berat sih."
" Saran gue, kalau Lo ada apa – apa, Lo omongin baik – baik sama Luna. Kalau Luna moodnya jelek, Lo yang ngalah. Kalau Luna minta sesuatu, Lo turutin. Pokoknya bakal banyak hal tak terduga nantinya, Lo harus siap aja," ujar Jordan yang sama sekali tak membuat Darrel bertambah tenang.
" Gila gue kalau gue mikir bakal dapat solusi yang menenangkan dari Lo. Dah lah, Lo pergi sana, masak anak yang punya perusahaan repot – repot datang ke kantor gue cuma buat ngomel?" tanya Darrel yang membuat Jordan sedikit membuka mulutnya dan menunjuk Darrel dengan kesal.
" Lo, menantu pemilik perusahaan yang gak tahu diri. Gue capek – capek ke sini bukan disambut. Gak tahu ah, gue kesel sama Lo. Pokoknya kalau perusahaan ini bangkrut, jangan harap gue bakal bantu Lo," ujar Jordan mengancam, namun bukan Darrel namanya jika ciut dengan ancaman kekanakan seperti itu, Darrel malah balik menantang Jordan.
" Tapi kan Bokap udah sayang smaa gue, bahkan bokap jauh lebih sayang sama gue dibanding sama Lo. Hayoloh, mending Lo balik ke negara Lo," ujar Darrel yang membuat Jordan makin kesal namun tak mau menjawab apapun. Lelaki itu langsung keluar dari ruangan Darrel dan membiarkan Darrel mengatasi kekacauan yang dia buat.
" Masak gue tinggal satu minggu, orang – orang di sini kehilangan dua tender penting? emang gak bisa diandalkan," ujar Darrel yang membuka berkas itu dan membacanya dengan teliti, melihat alasan mereka sampai kehilangan proyek itu. Darrel membutuhkan waktu cukup lama dengan berkas itu sebelum akhirnya menelpon sekretarisnya.
" Adakan rapat intern untuk evaluasi, sepertinya kalian rindu mendengar amarah saya di tempat ini," ujar Darrel yang langsung menutup telpon saat mendengar jawaban sekretarisnya. Lelaki itu menyiapkan semua yang dia perlukan dan membenrkan kemeja serta dasi yang dia pakai agar terlihat rapi. Dia harus memiliki wibawa agar karyawannya tak meremehkannya.
*
*
*
Luna sedang menyeruput air siup dalam gelas saat Darrel pulang ke rumah. Lelaki itu membawa bungkusan dengan bau yang tidak asing bagi Luna. Lelak iitu meletakkan bungkusan tersebut dan memilih untuk mandi sebelum menyantapnya bersama Luna. Luna sendiri langsung membuka bungkusan itu dan langsung terkejut dengan isinya.
" Kak Darrel beli ini? ini merah banget kak, ini paasti pedas kan? Kenapa kak Darrel beli makanan begini?" tanya Luna saat lelaki itu sudah selesai mandi dan duduk di sebelah Luna. Darrel mengangguk, kembali berdiri dan mengmbil dua mangkok serta sendok lalu kembali duduk di sebelah Luna.
" Aku ngidam makan seblak, jadi tadi aku mampir. Tahu gak? Susah banget nayri seblak ini, ini yang enak soalnya. Akhirnya aku bisa nemuin," ujar Darrel dengan senang, namun tidak dengan Luna, wanita itu langsung menahan tangan Darrel yang hendak membuka tali bungkusan itu. Darrel menghentikan kegiatannya dan bertanya pada Luna menggunakan tatapan matanya.
" Kak Darrel lupa belum ada satu tahun kak Darrel operasi ginjal? kok makan minumnya sembarangan banget? Kak Darrel mau kambuh lagi? Gimana sih?" tanya Luna dengan galak, membuat Darrel langsung memajukan bibirnya. Istrinya sangat galak belakangan hari ini, dia bahkan sampai merasa takut, padahal di sini dia lelakinya.
" Kan aku ngidam, kata dokter kalau ngidam harus diturutin kan? Aku gak tiap hari kok makan begini, boleh ya? Dikit aja deh," ujar Darrel yang memohon dengan wajah melas, namun Luna tak mau merespon tatapan itu dengan ramah, wanita itu mengambil mangkok dan bungkusan itu.
" Eh, aku udah jauh – jauh beli itu. jangan dibuang, sayang, duh, Luna sayang, aku pengen banget makan seblak, udah lama banget aku gak makan," ujar Darrel yang kini menatap Luna dengan mata yang berkaca. Ingin menarik simpati Luna kepadanya. Namun Luna sama sekali tak mau mendengar, wanita itu tetap membawa seblak tersebut ke dapur.
" Aku tuh Cuma pingin makan seblak, aku gak lagi pingin makan mbaknya yang jual seblak, Cuma seblak Lun, pelit banget deh," ujar Darrel yang entah mengapa merasa kesal dan langsung berdiri. Lelaki itu meninggalkan Luna yang masih terdiam, menuju kamar tamu yang tadi malam dia tinggali karna Luna marah padanya.
" Lah? Ngambek tuh orang? Astaga, suami siapa sih itu?" tanya Luna dengan takjub. Dia tak pernah melihat Darrel benar- benar merajuk karna masalah yang sepele seperti ini. Namun dia bisa melihat Darrel sudah rindu makanan seperti ini dan dia sangat ingin memakannya.
Luna mengambil ponselnya dan menuliskan sesuatu di sana. Kini yang dia lakukan hanya menunggu, dia malas untuk membujuk Darrel saat ini, dia percaya masalah seperti ini tak akan menjadi besar untuk mereka. Bisa jadi juga ini merupakan serangan belasan Dari Darrel karna Luna marah tanpa sebab tadi malam.
Tak lama kemudian, makanan yang Luna pesan sudah datang, diantar oleh orang suruhannya. Luna berjalan ke dapur dan mengambil mangkok lalu membawa pesanan itu ke depan kamar Darrel dan mengetuknya. Namun tak ada jawaban dari dalam sana, sepertinya Darrel sengaja mengabaikan Luna, bagaimana bisa Luna yang mengandung namun Darrel yang emosinya tak stabil?
" Aaauuu," teriak Luna dari luar pintu cukup keras. Luna sengaja melakukan itu untuk memancing Darrel keluar karna dia tahu Darrel tak akan mau keluar jika Luna tak melakukan sesuatu. Mendnegar teriakan Luna tentu membuat Darrel bergegas keluar dari kamar dan membuka pintu itu.
" Kamu kenapa? Perut kamu sakit? Kita ke rumah sakit?" tanya Darrel yang memutar tubuh Luna ke kiri dan kanan, memastikan Luna baik – baik saja.
" Luna gak papa, tadi Cuma kaki Luna kesemutan. Kak Darrel pingin seblak kan? Nih Luna bawa seblak, tapi kak Darrel gak boleh makan kalau krupuknya masih lengket banget, gak baik buat kesehatan," ujar Luna yang membuat mata Darrel berbinar.
" serius ini seblak? Buat aku? Astaga, kamu emang istri aku yang imut, baik, cantik sepeti bidadari," ujar Darrel yang menerima bungkusan itu dan membawanya menuju meja. Luna sendiri menggelengkan kepalanya dan mengikuti Darrel dari belakang. Lelaki itu bahagia hanya karna sebungkus seblak.
" Yah, kalau ini mah namanya bukan seblak Luna. Ini mah sayur sop. Masak seblak putih gini sih? Gak ada pedas – pedasnya sama sekali," ujar Darrel setelah membuka bungkusan hitam itu. Luna terkekeh, Luna duduk di hadapan Darrel dan menuang seblak itu ke mangkok yang sudah dia ambil tadi.
" Kak Darrel kan pingin banget seblak, nah Luna gak mau kak Darrel makan pedas karna itu gak baik buat kak Darrel, jadi ini jalan tengahnya," ujar Luna yang membuat Darrel membuka mulutnya. Tiba – tiba saja dia malah untuk memakan seblak itu, namun dia tetap memaksa untuk memakannya karna menghargai usaha Luna.
" Luna itu udah banyak baca dan belajar loh kak. Kalau dalam rumah tangga itu, gak selalu suami salah dan harus ngalah, gak selalu apa yang diomongin istri itu mutlak. Semua harus punya hak yang sama dan seimbang, apalagi masalah kayak gini," ujar Luna saat Darrel mengunyah kerupuk rebus itu di dalam mulutnya.
" Kak Darrel juga ahrus dan wajib lakuin kayak gini ke Luna. Bimbing Luna kalau Luna salah, tapi jangan langsung hilangkan hak Luna, dengan begitu pernikahan kita pasti bakal awet. Kunci sebuah hubungan itu kan terbuka, jujur, saling memahami," ujar Luna yang membuat Darrel berhenti makan.
" Kamu beneran mikir gitu? Kamu beneran bakal terapin hubungan kayak gitu di antara kita?" tanya Darrel dengan mata yang berbinar. Jawaban Luna membuat Darrel berkali – kali lipat lebih senang. Kini dia tak takut lagi dengan perkataan Jordan, sepertinya lelaki itu sungguh mengerjainya.
" Makasih sayang, makasih udah mau bikin hububngan kita seimbang," ujar Darrel yang langsung memposisikan diri ke sebelah Luna, sebelumnya lelaki itu terpisahkan oleh meja.
Darrel mengambil dagu Luna dan menatap mata wanitanya dalam, perlahan Darrel memejamkan matanya, begitu juga dengan Luna. Namun baru satu detik mereka bersentuhan, Luna sudah mendorong tubuh Darrel pelan dan menyudahi permainan yang bahkan belum dimulai.
" Asin kak," ujar Luna mengelap bibirnya dengan tangan. Darrel terkejut dengan pernyataan itu sekaligus merasa geli.
" Ya kan kamu belinya seblak asin, ya pasti asin lah. Coba kalau kamu beli yang pedas, kan bisa makin panas," ujar Darrel ambigu, namun sudah bisa ditangkap dengan baik oleh Luna.
" Sebentar lagi Luna mau demo ke authornya buat ganti judul novel ini. Ganti aja jadi 'pervert hubby', persis kayak sifat tokohnya," ujar Luna yang memutar bola matanya dan kemudian sama – sama tertawa karna Darrel menunjukan wajah yang lucu baginya.
Tak butuh waktu lama untuk mereka berbaikan, asalkan ada aksi dan komunikasi, masalah sebesar apapun akan teratasi. Luna percaya akan hal itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Lanny Tan
Ceritanya keren thor...
Mampir jg novelku yuah HARD TO SAY GOODBYE
Thx kak...
2020-10-29
0
DaniMid DaniMid DaniMid
gemessshhh....luna darrel...luv..luv...
2020-08-30
0
Laksamana Wiskhey
bagus
2020-05-15
1