Satu-satunya Cinta
"Aku janji akan selalu membuatmu bahagia saat kamu berada di sisiku," ucap seorang pria yang baru saja menyatakan cinta pada wanita di depannya itu dengan bersungguh-sungguh.
"Iya, aku harap kamu akan menepati janjimu itu dan aku harap kamu adalah pria pertama dan terakhir untukku," sahut Trisha— wanita yang baru saja menerima pernyataan cinta dari pria yang sudah beberapa bulan dikenalnya.
Darrel adalah pria yang memang sudah menyukai Trisha, dari sejak pertama kali dia melihatnya dan dia selalu berusaha untuk mendekati wanita yang sejak pertemuan pertama, dapat menggetarkan hatinya itu.
Saat dia tahu, jika Trisha ternyata bekerja sebagai sekretaris sahabatnya, dia pun semakin gencar berusaha mendekatinya, hingga sampailah mereka di tahap ini.
Tahap pacaran, Darrel tidak perduli apa yang akan terjadi nantinya, hanya saja untuk saat ini, dia hanya ingin egois dengan mendapatkan apa yang dia inginkan, tanpa harus terbebani dengan keinginan dan perintah orang lain.
"Apa kamu mau pulang sekarang?" tanya Darrel menggenggam tangan Trisha yang berada di atas meja.
"Heummm, pulang sekarang aja deh, besok aku harus kerja." Angguk Trisha.
"Baiklah, ayo aku anterin."
Darrel mulai memanggil pelayan restoran yang menjadi tempat mereka dinner itu dan membayar makanan mereka terlebih dahulu, setelah selesai melakukan pembayaran. Dia pun bangun terlebih dahulu, lalu mengulurkan tangan pada Trisha.
"Ayo," ucap Darrel dengan suara yang lembut, juga tatapan mata tulus penuh cinta.
"Ayo," sambut Trisha, menerima uluran tangan pria yang baru saja resmi menjadi pacarnya itu.
Mereka pun berjalan ke luar dari restoran, Darrel membawa Trisha untuk menaiki mobilnya, dia menyimpan tangannya di ujung kepala Trisha karena takut, terkena mobil.
Setelah memastikan pacarnya, duduk di mobil dengan nyaman, di pun mulai memutari mobil itu dan memasukinya. Tanpa menunggu lagi, Darrel langsung menjalankan mobilnya meninggal restoran.
"Apa besok kamu akan sibuk?" tanya Darrel memulai percakapan.
"Eummm, belum tau, tapi kayaknya bakal cukup sibuk, kenapa?" sahut Trisha menatapnya dengan heran.
"Tidak ada, cuma bertanya saja." Darrel beralih menatapnya sekilas, dengan senyuman yang tersungging dari bibirnya itu.
"Kirain ada apa," decak Trisha memutar matanya malas.
Darrel tidak menyahutinya lagi, dia masih mempertahankan senyuman di wajahnya itu, malam ini adalah malam yang membahagiakan baginya, ini pertama kalinya dia dapat merasa sebahagia saat ini.
"Sebenarnya aku masih ingin menghabiskan waktu lebih banyak lagi bersamamu," ucap Darrel yang sudah mulai menghentikan mobilnya, karena telah sampai di depan rumah yang Trisha sewa.
"Kita masih punya banyak waktu untuk bertemu lagi." Trisha menatapnya dengan sebuah senyuman tipis.
"Besok ya, kita ketemu lagi," ucap Darrel menatapnya dengan tatapan memohon.
"Eummm lihat besok saja deh," sahut Trisha yang sudah mulai melepaskan sabuk penanganan.
"Kok gitu, sih." Protes Darrel
"Aku turun dulu ya, kamu hati-hati bawa mobilnya," ucap Trisha yang sudah mulai membuka pintu mobilnya.
"Tunggu!" tahan Darrel, hingga Trisha pun menghentikan gerakannya yang akan turun dari mobil.
"Apa?" Trisha menatapnya dengan kening mengerut.
"Apa kamu tidak akan memberikan hadiah jadian kita."
"Hadiah apa?" Kerutan di kening wanita berusia 25 tahun itu semakin tajam, mendengar ucapan pacarnya itu.
"Hadiah di sini atau di sini," sahut Darrel menunjuk pipi dan bibirnya.
"Oh baiklah." Trisha menyentuh kedua pipi Darrel dan mengusapnya dengan perlahan.
"Selamat jadian, semoga hubungan kita langgeng terus," sambung Trisha dengan mengusap kedua pipi Darrel.
Darrel sedikit cemberut, karena bukan itu keinginannya. Padahal dia berharap, wanita di depannya itu memberikan dia kecupan mesra di pipi atau bibirnya, bukan hanya usapan seperti itu saja.
"Segeralah istirahat," ucap Darrel dengan wajah yang masih sedikit masam.
"Baiklah, kamu juga hati-hati di jalannya dan selamat istirahat." Trisha tersenyum lebar, hingga menampilkan lesung pipi di kedua sisi pipinya yang tirus itu.
Darrel mengangguk dan membalas senyuman itu, rasa kecewa yang sempat dirasa sebelumnya, telah hilang begitu saja hanya dengan melihat senyuman yang memabukkan itu.
Senyuman yang membuatnya tidak pernah bosan melihatnya, bahkan ingin selalu melihatnya dan selalu merindukan saat dia tidak melihat senyum itu, meskipun hanya sebentar saja.
"Kamu benar-benar bisa buat aku gila, hanya dengan melihat senyummu saja, malam ini tuhan yang menjadi saksi, jika malam ini adalah permulaan untuk cinta kita, aku tidak akan pernah melepaskanmu sampai kapan pun," janji Darrel.
Dia menatap Trisha yang baru saja melambaikan tangannya dan memasuki rumah sederhana yang menjadi tempatnya tinggal selama beberapa tahun itu.
Setelah memastikan wanita pujaannya memasuki rumah dengan aman, dia pun mulai menjalankan kembali mobil itu menuju ke rumahnya meskipun dengan malas.
...*******...
Darrel telah sampai di mansion megahnya, dia turun dari mobil dan masuk ke dalam rumahnya. Di depan pintu, kepala pelayan yang bekerja di sana menyambut kedatangannya seperti biasa, sambil membungkukkan setengah badan, Darrel pun menyerahkan kunci mobil pada kepala pelayan itu.
"Apa dia sudah tidur?" tanya Darrel kepada kepala pelayan itu.
Darrel Shankara sebenarnya adalah pria yang sudah memiliki istri, dia sudah menikah dua tahun karena perjodohan yang di lakukan oleh orang-tuanya.
"Nyonya sudah istirahat Tuan," jawab kepala pelayan.
"Baguslah kalau gitu," sahut Darrel mengangguk samar dan melanjutkan langkahnya menuju ke lift.
Kepala pelayan itu masih mengikutinya, berjaga-jaga siapa tahu Darrel membutuhkan bantuannya.
"Kamu pergilah istirahat, aku sudah tidak membutuhkan apa pun lagi," perintah Darrel tanpa menghentikan langkahnya.
"Apa anda tidak akan makan malam Tuan?" tanya Gerry, kepala pelayan di mansion itu.
"Tidak, aku sudah makan," sahut Darrel mulai menutup lift, meninggalkan Gerry yang masih berdiri di depan lift.
Setelah lift berhenti di lantai tiga, lantai tempat dia menghabiskan waktunya selama berada di rumah, dia berjalan ke arah kamarnya, meskipun megah dan mewah.
Namun, itu tidak dapat menjamin adanya sebuah kebahagiaan. Di tempat yang begitu megah dan mewah yang menyilaukan mata itu hanya kesunyian dan kehampaan yang ada, tidak ada kehidupan sama sekali di sana.
...******...
Keesokan harinya ....
Suara klakson mobil Darrel yang datang pagi-pagi ke rumah Trisha untuk menjemputnya berangkat kerja bersama, tapi setelah beberapa kali membunyikan klakson mobilnya, Trisha belum juga keluar dari rumahnya, tapi pria itu masih setia menunggu di dalam mobilnya.
Setelah beberapa saat menunggu dengan sabar, akhirnya Trisha pun keluar juga dengan beberapa sandwich di tangannya. setelah Trisha masuk ke mobil mewah Darrel itu, Darrel pun mulai melajukan mobilnya karena dia tidak mau terlambat ke kantor.
Apalagi pagi ini sebenarnya dia ada rapat penting dengan kliennya, tapi demi Trisha dia rela menunggu dan telat sampai ke kantor.
"Kamu sudah sarapan belum?" tanya Trisha yang sedang menyuapkan salah satu sandwich yang dibawanya itu ke mulutnya.
"Belum aku belum sempat sarapan aku mau dong itu, tapi suapin aku ya aku kan lagi nyetir nih." jawab Darrel.
Pria itu sedikit bohong, padahal dia sudah sarapan di rumahnya sebelum ke sini. Tapi karena ingin di suapin oleh Trisha Darrel pun berbohong.
"Emmm ya udah nih." Trisha mengarahkan sandwich yang belum digigitnya ke mulut Darrel tapi ditolak oleh Darrel.
"Aku mau makan yang sudah kamu gigit Tris," sahut Darrel membuat kening Trisha mengkerut.
"Kenapa mau yang udah digigit, mending yang baru aja nih." Trisha mengarahkan sandwich itu kemulut Darrel tapi pria itu malah merapatkan bibirnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Isnan Daffi Diffa
hdir thor
2022-09-17
0