"Aku akan menyuruh sopirku saja, untuk menjemput Trisha karena waktunya tidak akan cukup, kalau aku yang menjemputnya," gumam Darrel sambil berjalan cepat menuruni tangga.
Dia memang jarang setiap saat menggunakan lift, untuk bolak-balik ke kamarnya dan ke lantai bawah, tapi dia lebih sering menggunakan tangga.
Darrel berpapasan dengan Zola yang baru akan ke kamarnya, Zola mengerutkan kening saat berpapasan dengannya, karena dia tidak tahu kalau Darrel pulang, karena dia baru pulang tadi subuh habis liburan.
"Sejak kapan kamu di rumah?" tanya Zola basa-basi.
"Kemarin," jawab Darrel singkat.
"Tumben pulang, aku kira kamu lupa kalau kamu masih punya rumah," ucap Zola terkekeh.
"Terserah akulah, mau pulang kapan pun ini 'kan rumahku," ketus Darrel.
"Ya ya ya, terserah kau sih," sahut Zola, kemudian pergi dari sana menuju ke kamarnya.
Darrel kemudian dia melanjutkan langkahnya untuk berangkat ke kantornya, dia tidak sarapan terlebih dahulu, karena hari ini akan ada klien dari Singapura dan klien itu, minta bertemu dengannya pagi-pagi, karena dia ingin kembali lagi ke negara asalnya hari ini juga.
"Pak tolong jemput Nona Trisha di alamat ini ya," ucap Darrel kepada salah satu sopirnya.
"Baik Tuan," jawab sopir itu membungkuk.
Darrel masuk ke mobil, dia pun berangkat ke kantornya dengan diantarkan sopirnya. Dia memang suka diantar supir saat berpergian, kecuali jika dia mau menjemput Trisha atau pergi dengan Trisha, maka dia selalu membawa mobilnya sendiri karena ingin lebih bebas saat berdua dengan pacarnya itu.
"Halo, Tris. Aku sudah menyuruh sopirku untuk menjemputmu, maaf ya aku tidak bisa menjemputmu, aku kesiangan jadi aku tidak bisa menjemputmu," terang Darrel.
"Iya tidak apa-apa padahal, aku juga bisa berangkat sendiri, tidak perlu menyuruh spirmu untuk menjemputku," sahu Trisha di balik sambungan telepon.
"Aku tidak akan tenang kalau kamu naik kendaraan umum."
"Ya sudah baiklah, terima kasih ya sudah menyuruh sopirmu menjemputku, kamu sudah sarapan belum?" tanya Trisha.
"Belum sempat," jawab Darrel jujur.
"Loh, kenapa belum sarapan sih Rel, sarapan itu penting, agar tubuh kita fit saat menjalani aktivitas seharian," omel Trisha.
"Aku 'kan sudah bilang, kalau aku kesiangan, jadi tidak sempat juga untuk sarapan," sahut Darrel, dia sangat senang karena Trisha perhatian padanya.
Trisha memang orang yang tidak mudah didekati, tapi kalau dia sudah dekat dengan seseorang, dia akan sangat perhatian kepada orang tersebut.
"Di mobil 'kan bisa," ucap Trisha.
"Iya ya, kan bisa di mobil, kenapa aku tidak kepikiran ya," sahut Darrel sambil terkekeh.
"Ya udah kalau gitu, nanti aku titipkan sarapan untukmu ke sopir yang jemput aku ya," ucap Trisha.
"Baiklah, terima kasih sayang," Kata Darrel membuat pipi Trisha memerah.
"Hemmmm, ya sudah aku tutup dulu telponnya ya."
"Iya selamat bekerja," ucap Darrel.
"Iya selamat bekerja juga," jawab Trisha, setelah itu sambungan teleponnya pun mati.
Belum juga 24 jam mereka tidak bertemu, tapi Darrel sudah sangat merindukan Kekasihnya itu, dia tersenyum membayangkan kebersamaan mereka selama ini.
Sopir yang mengantarkannya itu, jadi penasaran siapa yang ditelepon oleh tuannya itu, baru kali ini dia mendengar tuannya berbicara begitu lembut dan senyum-senyum sendiri saat sudah menelepon seseorang.
Sopir itu juga sebenarnya merasa aneh dengan tuannya itu, sudah beberapa bulan ini tuannya itu jarang minta diantar olehnya, kalau mau pergi keluar.
... ******...
Beberapa saat kemudian mobil yang ditumpangi oleh Darrel pun sampai di kantornya, di lobby asistennya sudah menunggunya.
"Selamat pagi Tuan," sapa Arya— asisten Darrel.
Darrel hanya menyahutinya dengan deheman dan anggukan kepala ringan saja.
"Apa tuan Axel sudah memberikan kabar, kapan mereka akan sampai di sini?" tanya Darrel sambil berjalan.
"Barusan sekertaris tuan Axel menelepon, mereka sedang dalam perjalanan," terang Arya, Darrel pun menganggukkan kepalanya.
Setelah sampai di lantai tempat ruangannya berada, Darrel masuk ke ruangannya terlebih dahulu dia ingin memeriksa berkas untuk presentasinya nanti, dia tidak mau ada kesalahan hingga membuat kliennya kurang puas dan tidak mau menerima tawaran kerja sama darinya.
"Kamu bilang kepada selly kalau ada sopir saya yang datang, suruh dia masuk ke sini," perintah Darrel pada Arya yang setia berdiri di samping tempat duduknya.
"Baik tuan," sahut Arya patuh.
Dia pun keluar untuk menemui sekertaris tuannya dan mengatakan sesuai dengan apa yamg dikatakan Darrel.
"Tuan, Tuan Gerry sudah di lobby," ucap Arya.
"Baiklah, ayo kita ke ruang rapat sekarang, biar kita menunggu nya di sana," ucap Darrel, dia berdiri dan merapikan jasnya.
Darrel berjalan diikuti oleh Arya di belakangnya, asistennya itu membukakan pintu ruang rapat untuknya, setelah Darrel masuk, barulah ikut masuk dia juga menggeserkan kursi untuk Darrel duduki.
Ruangan itu terasa sunyi tidak ada pembicaraan antara mereka berdua, hanya terdengar suara jarum jam yang terus berputar.
Setelah beberapa saat kemudian, pintu ruang rapat pun terbuka terlihat salah satu, karyawan Darrel membukakan pintu untuk kliennya itu.
Kliennya masuk dengan sekertarisnya yang cantik, dengan pakaian yang sangat ketat, hingga mencetak setiap lekuk tubuhnya.
Melihat itu Darrel tersenyum tipis, dia tahu kalau Axel selalu memperkerjakan sekertaris yang seksi dan memiliki body goals, untuk dijadikannya penghangat ranjang.
Itu makanya, di saat ada pekerjaan di luar negeri atau luar kota, dia selalu membawa sekertarisnya bukan asistennya.
"Selamat pagi Mr Axel," sapa Darrel sambil mengulurkan tangannya, untuk bersalaman dengan Axel.
"Selamat pagi juga Mr Darrel, maafkan saya, karena harus meminta anda bertemu saat masih pagi seperti ini, karena tiba-tiba saja asisten saya menelpon kalau saya harus segera kembali hari ini juga," jelas Axel.
"No problem Mr, saya juga banyak waktu luang, hingga tidak masalah kalau anda mau rapat di jam berapa pun," uca Darrel.
"Baiklah sebaiknya kita mulai saja presentasinya Mr, silakan duduk Tuan, Nona," ucap Darrel mempersilakan Axel dan sekertarisnya untuk duduk, di kursi yang telah digeser oleh Arya sebelumnya.
Darrel pun mulai mempresentasikan apa saja keuntungan bekerja sama dengan perusahaannya, dia mempresentasikan semuanya dengan begitu baik dan meyakinkan, hingga membuat Axel tidak merasa ragu lagi untuk bekerja sama dengan perusahaan Darrel itu.
Setelah mencapai kesepakatan untuk bekerja sama, Axel pun langsung pamit pulang kembali, ke negara asalnya karena pesawatnya telah menunggunya.
"Baiklah terima kasih karena Mr Gerry, sudah mempercayai perusahaan saya untuk bekerja sama," Kata Darrel saat mereka bersalaman.
"Melihat presentasimu yang luar biasa seperti itu, rasanya tidak ada alasan untuk saya menolak kerja sama ini, semoga kerja sama kita akan berjalan lancar untuk seterusnya," ucap Axel.
"Ya mudah-mudahan saja Mr," sahut Darrel.
"Baiklah, kalau begitu saya permisi dulu Mr Darrel, pesawat saya sudah menunggu," pamit Axel.
"Iya, silakan Mr Axel, mari saya antar sampai ke lobby," ucap Darrel.
Mereka pun berjalan menuju lift untuk menuju oobby, sebenarnya sekertaris Axel itu, dari tadi terus melihat Darrel dengan tatapan lapar, dia juga menatap Darrel dengan tatapan menggoda saat mata mereka saling bertabrakan.
Namun bukannya tergoda, Darrel malah jijik melihatnya, terlihat sekali kalau sekertaris Axel itu adalah wanita tidak baik, bukan hanya dari penampilannya saja, tapi dari sikapnya pun mencerminkan karakter dia yang sesungguhnya.
Kalau yang menggodanya seperti itu adalah Trisha, mungkin Darrel akan langsung tergoda, tapi kalau orang lain, tidak akan mempan untuknya, dia malah merasa jijik melihatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments