Isu

Saat sampai di lobby perusahaan, dia melihat karyawan wanita lain sedang melihatnya dengan tatapan yang tidak seperti biasanya. Hingga membuat Trisha mengerutkan keningnya dan bertanya-tanya dalam hati.

Apa aku telah membuat kesalahan pada mereka sampai mereka menatapku dengan tatapan yang seperti itu? Batin Trisha penuh tanda tanya.

    Tidak mau ambil pusing Trisha pun tetap tersenyum dan menyapa mereka, meskipun tidak digubris oleh mereka dan malah dibalas dengan tatapan sinis oleh teman sesama karyawan itu, Trisha masuk ke lift dan saat lift sudah tertutup karyawan wanita mulai membicarakannya.

       "Kalian lihat! Aku tidak pernah bohong sama kalian, kalau Trisha ada main sama Pak Darrel. Buktinya adalah foto itu, aku benar-benar melihatnya dengan mata kepalaku sendiri, kemarin saat jalan-jalan bersama pacarku ke pantai. Aku melihat Trisha dan Pak Darrel ada di sana dan mereka bersikap layaknya sepasang kekasih," papar Lisa karyawan yang sedang memperlihatkan footo Trisha dan Darrel saat di pantai kemarin.

Sebuah foto yang sengaja dia ambil untuk membuat citra Trisha di kantor itu buruk di depan karyawan lainnya.

Lisa adalah senior Trisha saat Trisha masih magang di perusahaan itu, dia sebenarnya selalu iri karena dulu saat Trisha masih jadi karyawan magang selalu dipuji-puji, di setiap divisi.

Selain ramah, cantik dan juga giat dalam mengerjakan pekerjaannya, Trisha selalu saja mendapat pujian dari para karyawan yang lain dan itu membuat Lisa membencinya.

      Saat kemarin dia sedang jalan-jalan di pantai bersama kekasihnya, dia tidak sengaja melihat Trisha dan Darrel bersama dan terlihat mesra. Lisa pun terus memperhatikan Trisha dan Darrel dari jauh, dia kemudian terpikir untuk memotret kebersamaan mereka itu, lalu diperlihatkan kepada teman-temanya yang selalu memuji Trisha.

      "Aku 'kan sudah bilang, tidak mungkin karyawan yang awalnya magang, bisa langsung jadi sekertaris Presdir kita. Sekarang kalian percaya 'kan, kalau dia ada main dengan Pak Darrel atau mungkin saja awalnya dia ada main dengan Pak Romi, makanya dia langsung jadi sekertarisnya." Lisa terus menyebarkan isu buruk untuk Trisha.

Padahal pada kenyataannya, Trisha bisa langsung jadi sekertarisnya Romi, setelah lulus kuliah, itu pun karena hasil kerja kerasnya sendiri, bukan dengan cara jalur belakang.

      "Tapi tunggu, bukannya Pak Darrel itu sudah menikah ya," timpal karyawan lain yang langgeng diangguki oleh teman-temannya.

       "Iya, kalau tidak salah Pak Darrel menikah dengan anak pengusaha ekspor impor, berarti dia adalah pelakor benar 'kan?" timpal Lisa lagi, dia semakin semangat memanas-manasi karyawan lain agar membenci Trisha.

        "Aku tidak menyangka kalau Trisha yang terlihat alim itu ternyata jadi pelakor," sahut karyawan lainnya sambil menggelengkan kepalanya.

       "Iya ya, berati selama ini mereka selalu bersama bukan untuk urusan bisnis dong, tapi untuk urusan pribadi," timpal karyawan lainnya lagi.

      "Itu makanya, aku dari dulu selalu bilang kepada kalian, aneh tidak sih Trisha sering banget keluar sama Pak Darrel. Kenapa tidak sama Pak Romi atau Pak Rizky saja yang jelas-jelas sebagai asisten Pak presdir, tapi kalian selalu menganggap omonganku itu hanya omong kosong saja," timpal Lisa tak ubahnya seperti kompor.

      "Iya juga ya, pantesan aku sering liat Pak Darrel dan Trisha berangkat atau pulang kerja bareng, aku selalu berpikir mungkin karena mereka se arah dan bertemu di jalan, tapi kenapa sering banget bahkan hampir setiap hari kayaknya," sahut karyawan lain.

     "Nah maka dari itu, kita tidak boleh gampang percaya pada orang yang wajahnya terlihat alim dan baik, karena bisa saja itu hanya topeng untuk menutupi wajah Aslinya," ucap Lisa yang dibenarkan oleh yang lainnya.

Mereka tidak menyadari kalau ada yang mendengarkan pembicaraan mereka itu, karena saking asyiknya bergosip, sampai-sampai tidak menyadari keberadaan orang itu.

    Romi yang sudah ada di sana dan mendengar pembicaraan antara karyawan wanitanya itu, dia mendengar setiap kata dari mereka yang membicarakan sahabat nya dan Trisha.

      "Apa saya menggaji kalian hanya untuk bergosip seperti ini!" tegas Romi memandang tajam para karyawan yang sedang bergosip itu.

      "Kerjakan pekerjaan kalian dengan baik dan benar, jika kalian mau bergosip terus, sebaiknya keluar dari perusahaan ini. Perusahaan ini tidak membutuhkan karyawan yang hanya pandai bergosip, di sini hanya membutuhkan karyawan yang cekatan dalam bekerja, bukan cekatan dalam membicarakan kejelekan orang lain!" sarkas Romi, membuat semua orang yang ada di sana menundukkan kepala mereka.

      "Maaf Pak, ini tidak akan terjadi lagi," sahut salah satu karyawan yang tadi ikutan bergosip.

     "Sekarang apa yang kalian tunggu, cepat kerjakan pekerjaan kalian masing-masing dan saya tidak mau melihat kejadian seperti ini terulang lagi paham kalian!" perintah Romi dengan tegas.

Dia pun kemudian, kembali melanjutkan langkahnya, pergi dari sana dan langsung menuju ke ruangannya.

     Saat sampai di lantai tempat ruangannya berada, dia menghentikan langkahnya itu, di meja Trisha yang sedang fokus dengan pekerjaannya.

    "Trisha apa kamu baik-baik saja?" tegur Romi kepada Trisha.

Trisha pun mengalihkan perhatiannya pada atasannya, saat mendengar teguran itu. Dia kemudian berdiri, menghentikan sejenak pekerjaannya lalu membubgkuk hormat pada Romi.

    "Saya baik-baik saja Pak, ada yang bisa saya bantu Pak?" tanya Trisha dengan ramah.

    "Kamu antarkan poin-poin hasil rapat kemarin keruangan saya," jawab Romi dengan nada cuek.

     "Baik Pak, apa Bapak mau sekalian saya buatkan teh atau kopi?" tawar Trisha.

      "Teh saja, saya sudah ngopi tadi di rumah," sahut Romi, lalu melangkah meninggalkannya, Trisha pun menganggukkan kepala, dengan sedikit membhungkuk.

   "Kenapa sikap Pak Romi hari ini agak aneh?" gumam Trisha, sambil melihat punggung Romi yang sudah memasuki ruangannya.

Tidak mau terlalu ambil pusing dengan itu, Trisha pun berdiri dan berjalan menuju pantry yang ada di lantai itu untuk membuatkan teh untuk Romi.

   Sementara itu, saat sampai di ruangannya Romi langsung mendudukkan dirinya di kursi kerjanya.

   "Sepertinya dia tidak mendengar apa yang karyawan lain gosipkan tentangnya," gumam Romi, lalu menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi.

     Tok ... tok ... tok.

Suara ketukan pintu ruangannya itu, Romi pun segera mempersilakan kepada si pengetuk untuk langsung masuk.

    "Permisi Pak, ini teh anda dan ini poin-poin yang saya catat saat rapat kemarin," ucap Trisha, sambil menyimpan secangkir teh dan sebuah berkas di meja kerja Romi.

   "Apa ada yang Bapak butuhkan lagi?" tanya Trisha.

    "Tidak ada, kamu kembalilah ke mejamu," perintah Romi.

    "Baiklah permisi Pak." Trisha keluar dari ruangan Romi dan kembali melanjutkan kembali pekerjaannya, dia tidak tahu kalau para karyawan di sana terus menyebarkan isu miring tentangnya.

   Hari-hari tanpa ketenangan sedang menantinya saat ini, di depan sana dia akan disala kan atas kesalahan yang tidak sengaja dia lakukan, yaitu mencintai Darrel.

Cintanya itu, akan dianggap sebagai perusak hubungan orang lain, meskipun dia tidak salah apa pun dalam hal ini, tapi orang akan beranggapan lain tentangnya itu.

  

Terpopuler

Comments

Katherina Ajawaila

Katherina Ajawaila

Darrel juga ngk kasihan anak org itu yatim piatu loh, apa ngk di hina nanti 🤫

2025-03-23

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!