Perdebatan.

Sementara itu Darrel yang awalnya malas untuk pulang ke rumah, akhirnya terpaksa harus pulang karena mamanya menelepon dan menyuruh untuk pulang ke rumah.

Saat sampai di depan rumahnya itu, dia turun dari mobil dan langsung masuk, dengan Gerry— kepala pelayan sudah menunggu, seperti biasa.

Pria yang umurnya sudah jauh lebih tua darinya itu, mengambil kunci mobil yang Darrel serahkan kepadanya.

"Di mana mereka?" tanya Darrel, pada kepala pelayannya itu.

"Mereka sedang menunggu anda di ruang keluarga Tuan," jawab Gerry dengan hormat.

Darrel berjalan menuju ke ruang keluarga, dimana orang-tuanya sedang menunggu, saat sampai di ruangan itu, orang-tuanya sedang duduk, sambil menikmati secangkir teh yang sudah disediakan oleh pelayan di rumah itu.

Tanpa menyapa kedua orang itu, Darrel langsung duduk di sofa yang bersebrangan dengan pasangan paruh baya itu.

Dia tidak menghiraukan tatapan tajam dari kedua orang-tuanya, dengan santainya dia pun, menyeruput teh yang baru saja diantarkan oleh pelayan untuknya.

"Apa begini caramu menyambut orang-tuamu yang sedang berkunjung ke rumahmu Darre!" bentak Papanya dengan nada tegas tatapan tajamnya.

"Apa kalian ingin aku sambut dengan membentangkan karpet merah, dari saat kalian turun dari mobil," sahut Darrel dengan cuek, hingga membuat Papanya kesal.

"Berbicara denganmu hanya akan memperburuk kesehatanku!" ucap Papa Darrel

"Terus kenapa kalian ke sini, tidak ada yang meminta kalian untuk datang ke sini," sindir Darrel menatap kedua orang-tuanya dengan malas.

"Aku datang ke sini untuk ini!" Papa Darrel melemparkan lembaran foto kebersamaan Darrel dan Trisha dengan kasar ke meja.

Darrel melihat itu dan terkekeh, dia sudah menduga bahwa kedatangan orang-tuanya hanya untuk ini.

"Jadi kalian repot-repot datang ke sini hanya untuk ini," ucap Darrel dengan tersenyum miring kepada orang-tuanya.

"Segera tinggalkan wanita yang tidak jelas asal usulnya itu atau—"

"Atau apa? Apa anda akan mengancamku lagi, kalau kau akan mengeluarkan aku dari ahli warismu. Atau anda akan melenyapkannya seperti anda melenyapkan Rena dulu, tuan Aji yang terhormat!" potong Darrel penuh penekanan di setiap katanya dengan menatap tajam Aji— Papanya.

"Jaga bicara kamu Darrel, apa maksud perkataanmu itu!"

Aji menggebrak meja yang ada di depannya itu dengan melayangkan tatapan nyalang pada anaknya.

"Aku hanya bicara sesuai dengan fakta yang ada, aku tau kamu melenyapkan Rena dengan dalih kecelakaan. Apa kamu pikir selama ini diam saja dan tidak mencari tau kebenarannya? Tidak kamu salah, aku sudah mempunyai semua bukti kejahatanmu selama ini, jadi kalau kamu sampai berani mencelakai Trisha aku tidak akan tinggal diam, ingat itu!" Ancam Darrel dengan berani.

"Darrel jaga bicara kamu nak, dia adalah Papa kamu," ucap Merry— mamanya Darrel yang dari tadi hanya diam.

"Biarkan saja dia bicara sesukanya, karena hanya itu yang dia bisa," sahut Aji tersenyum miring.

"Apa kamu tidak pernah belajar dari Baryl, bagaimana dia selalu bersikap sopan kepada orang-tua dan kepada ibu kandungmu sendiri."

Aji lagi dan lagi, membandingkan Darrel dengan kakak beda ibu itu, Darrel tentu saja tidak suka dengan hal itu.

"Jangan pernah bandingkan aku dengan Baryl, karena kita memang berbeda, dia bisa mendapatkan apa yang dia inginkan darimu, tanpa harus mengemis seperti yang selalu aku lakukan, saat aku menginginkan sesuatu darimu!" tekan Darrel dengan mengepalkan kedua tangannya.

"Sudahlah, aku tidak ingin berdebat lagi denganmu, kedatanganku ke sini hanya untuk memintamu meninggalkan wanita tidak jelas itu dan berhenti membuat aku marah," ketus Aji.

"Jangan pernah mengatakan Trisha wanita yang tidak jelas, saat ini dia adalah pacarku. Dan aku tidak akan pernah meninggalkannya, sampai kapan pun!" tegas Darrel membalas tatapan tajam dari Aji, setelah itu Darrel pergi dari sana dia menaiki tangga menuju ke kamarnya.

"Dengar Darrel! Kalau kamu tidak bisa meninggalkannya, maka aku akan buat dia yang meninggalkanmu dengan suka rela!" Teriak Aji.

Namun tidak digubris oleh Darrel, dia segera masuk ke ruang kerjanya dan membanting pintu dengan keras.

Dia membanting semua benda yang dilihatnya untuk mengurangi amarahnya, meluapkan seluruh emosi dalam jiwanya itu.

"Kenapa! Kenapa aku harus terlahir di keluarga seperti ini arghh! kenapa aku tidak terlahir dari keluarga yang sederhana saja, tapi saling menyayangi, kenapa aku harus terlahir di keluarga yang selalu mementingkan harta tahta dan egonya saja!" Darrel mendudukkan dirinya di kursi kerjanya, dia memijat pangkal hidungnya.

Sementara itu di lantai bawah ....

"Biar aku yang coba bicara dengan Darrel Pa," ucap Marry memegang lengan Aji, berusaha menenangkannya, tapi langsung ditepis oleh Aji.

"Urus anakmu itu, cepatlah! Aku tunggu di mobil," ucap Aji lalu beranjak pergi dari sana.

"Darrel juga anakmu mas, dari dulu dia hanya ingin merasakan bagaimana rasanya perhatian dan kasih sayang darimu seperti kamu memberikan semua perhatian dan kasih sayangmu kepada Baryl," ucal Merry menatap nanar kepergian suaminya itu.

Merry mengusap pipinya yang basah, dia kemudian menuju ke ruang kerja anaknya, saat membuka pintu, dia melihat ruangan itu sangat berantakan.

Dia pun berjalan menuju kursi tempat Darrel sedang bersandar sambil memejamkan matanya.

"Rel," panggil Merry sambil mengusap pundak Darrel.

"Kalau 5mama ke sini, hanya untuk meminta Darrel agar meninggalkan Trisha, Mama tidak akan berhasil, karena Darrel tidak akan pernah meninggalkannya apa pun yang terjadi," ucap Darrel membuka matanya dan melihat ke arah Merry.

"Tapi kamu tau 'kan? Apa yang bisa Papa kamu lakukan kalau kamu membantahnya," ucap Merry.

"Darrel tidak peduli Ma, sekarang lebih baik Mama pergi dari sini, jangan sampai membuat Darrel membenci Mama juga karena Mama membantu si tua itu untuk menjauhkan Darrel dari Trisha," usir Darrel kepada mamanya itu.

"Apa kamu pikir cinta saja cukup untuk menjalin sebuah hubungan, coba kamu pikir, kalau papa kamu benar-benar menghapus kamu dari daftar ahli warisnya dan kamu hidup miskin, apa wanita itu akan terus setia berada di sisimu," ucap Merry.

"Mama hanya ingin yang terbaik untukmu nak.Mama hanya ingin kamu selalu bahagia, tanpa kekurangan suatu apa pun," ucap Merry lagi masih berusaha dengan sabar.

"Apa Mama pernah melihat aku tertawa dengan lepas selama ini? Apa Mama pernah melihat pancaran kebahagiaan dari wajahku? Apa itu kebahagiaan yang Mama bicarakan itu, Bukan Ma, ini bukan kebahagiaan. Ini siksaan untuk Darrel dan perlu Mama tau, Trisha bukan orang yang akan memandang Darrel hanya dari harta yang Darrel miliki dia adalah orang yang tulus, jadi jangan pernah sekalipun Mama bilang, kalau Trisha adalah wanita matre," terang Darrel, hingga membuat Merry membisu.

"Tapi nak—" ucapan Merry terpotong oleh Darrel.

"Pergilah Ma, sudah Darrel bilang, jangan membuat Darrel membenci Mama juga dengan berusaha memisahkan Darrel dan Trisha," usir Darrel kepada Merry.

"Baiklah, Mama akan pergi, Mama harap kamu berpikir dengan benar, jangan sampai apa yang sudah kamu perjuangkan selama ini hilang begitu saja."

"Mama tenang saja, masalah itu biar Darrel yang urus," sahut Darrel dingin.

Merry pun akhirnya, pergi dari ruangan itu, dia menyusul suaminya, masuk ke mobil untuk pulang ke rumahnya.

"Apa dia menuruti perintahku?" tanya Aji datar.

"Mungkin Darrel butuh waktu Pa," jawab Merry pada suaminya.

"Tidak berguna! Bahkan kamu tidak bisa membujuknya untuk masalah seperti ini saja, kamu memang tidak bisa mendidik anak dengan baik. Apa kamu lihat bagaimana mamanya Baryl mendidik Baryl, sehingga dia selalu menuruti setiap perkataanku dan mamanya," sarkas Aji tanpa memikirkan perasaan Merry, saat dia membandingkan dirinya dengan madunya.

"Bukankah selama ini Darrel juga selalu menuruti keinginanmu dan mengorbankan setiap kebahagiaannya, mungkin sekarang dia juga ingin bahagia dengan pilihannya sendiri," sahut Merry memberanikan diri untuk bicara.

"Mengejar kebahagiaannya dengan mencoreng nama baikku di depan keluarga Zola, begitu maksudmu!" Aji menatap tajam Lisa.

"Maafkan aku, aku akan berusaha lagi membujuk Darrel," ucap Lisa menundukkan kepalanya takut.

"Tidak perlu, aku sudah punya rencana untuk itu!" Aji tersenyum miring.

Terpopuler

Comments

Katherina Ajawaila

Katherina Ajawaila

kamu aja sbagai po unjuk contoh ngk jelas, istri toh dia, ya ngk salah kalau anaknya begitu, air ngalurnya kemana tuan aji yg terhormat 🤬

2025-03-23

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!