"Iya, iya, aku turun selamat malam, kamu hati-hati di jalannya ya." Trisha mulai melepas sabuk pengaman dan membuka pintu lalu keluar dari mobil yang membawa mereka itu.
"Tidak kasih ciuman sebagai ucapan selamat malam di sini," ucap Darrel menggoda Trisha menunjuk pipinya.
"Jangan meminta hal yang aneh-aneh, sudah sana cepat pulang, sudah malam besok harus kerja," ucap Trisha.
Wanita itu memutar matanya malas, mendengar ucapan dari pacarnya itu, lalu kembali melanjutkan niatnya, turun dari mobil dan menutup pintu mobil Darrel.
"Baiklah, besok aku jemput lagi berangkat kerjanya, kamu langsung tidur jangan melakukan apa pun lagi." Kata Darrel dibalas anggukan oleh Trisha.
Trisha melambaikan tangan, saat mobil Darrel mulai berjalan. Dia merasa bahagia karena hari ini bisa merasakan bagaimana rasanya kencan seperti yang orang lain rasakan.
Trisha melangkah dengan langkah ringan, masuk ke rumahnya itu. Bayangan tentang yang terjadi malam ini membuat bibirnya terus tersungging.
Dia pun akhirnya memutuskan untuk mandi terlebih dahulu sebelum pergi tidur. Setelah selesai dengan acara mandinya itu, dia segera berpakaian.
Kemudian mulai merebahkan tubuhnya, di ranjang yang tidak terlalu besar itu, pikirannya masih belum teralihkan dari apa yang Darrel lakukan untuknya tadi.
"Apakah begini rasanya jatuh cinta dan dicintai, aku mungkin tidak bisa mengungkapkan betapa bahagianya aku hari ini, karena mendapatkan perlakuan manis dari Darrel," gumam Trisha dengan senyum-senyum.
Dia tidak tahu apa yang telah dilakukan Darrel padanya, saat dia sedang tertidur di mobil pria itu. Jika seandainya dia tahu, entah apa yang akan dia lakukan pada pacarnya itu.
Sementara itu di sisi lain, Darrel malam ini memutuskan untuk pulang ke apartemennya karena dia sedang malas untuk pulang ke rumahnya.
"Aku ingin tidur dengan nyenyak dan memimpikan wanita kesayanganku itu," gumamnya sambil senyum-senyum sendiri lagi, membayangkan wajah cantik dan kalem Trisha.
Dia berjalan memasuki unit apartmentnya itu dengan bersiul, Darrel pun langsung masuk ke kamarnya, lalu langsung mandi.
Setelah itu dengan hanya memakai boxer tanpa memakai baju, dia merebahkan tubuhnya di ranjang king size miliknya.
Dia menahan kepala dengan kedua tangan, pikirannya melayang, memikirkan tentang apa yang harus dilakukannya, agar Trisha tidak pergi darinya, saat dia mengetahui bahwa Darrel sudah menikah.
"Baru membayangkannya saja sudah membuatku tidak terima, apalagi kalau sampai kejadian, kamu pergi dari sisiku, aku benar-benar tidak akan membiarkannya," gumamnya menerawang menatap langit-langit kamarnya itu.
"Sebenarnya sihir apa yang dia kasih padaku, perasaan dulu saat aku jatuh cinta untuk pertama kali, tidak sampai seperti ini. Tapi kenapa saat pertemuan pertama kami, aku merasa tidak bisa lagi melupakannya." Dia menggeleng tak percaya dengan yang terjadi pada dirinya itu.
Meskipun sebelumnya dia memang pernah merasakan bagaimana rasanya jatuh cinta, tapi berbeda dengan yang saat ini dia rasakan pada Trisha.
Wanita yang nampak sederhana, anggun, kalem, cantik, juga pintar di saat bersamaan, hingga membuatnya semakin jatuh cinta lagi dan lagi pada wanita itu.
"Sumpah demi nyawaku sekali pun, aku tidak akan melepaskanmu Tris, jangan salahkan aku yang akan mengurungmu, di istana cintaku, tapi salahkan dirimu yang membuatku tidak akan bisa melepaskanmu."
Cinta dan obsesi, memang itulah mungkin yang saat ini dirasakannya pada Trisha, tapi dia yakin, cinta dalam hatinya benar-benar tulus untuk wanita itu, meskipun ada sedikit obsesi yang hadir pula.
Karena waktu sudah semakin malam, dia pun mulai memejamkan matanya, berusaha untuk tidur karena besok pagi pria yang telah dimabuk cinta itu harus menjemput lagi pacarnya.
Dia berencana akan berangkat pagi-pagi sekali, agar bisa sarapan di rumah Trisha bareng pacarnya itu.
Malam ini pun, mereka lalui dengan bahagia sebagai pasangan kekasih yang sama-sama tengah dimabuk cinta.
Tidak peduli apa yang akan terjadi kedepannya di kehidupan mereka, entah itu kebahagiaan atau kesedihan yang akan menghampiri mereka kelak yang jelas saat ini, mereka hanya merasa bahagia.
...******...
Pagi ini, seperti yang telah direncanakannya saat malam hari, Darrel pagi-pagi sekali sudah sampai di rumah Trisha, untuk sarapan bersama pacarnya itu.
Trisha pun akhirnya memutuskan membuat nasi goreng untuk sarapan mereka pagi ini, dia sengaja membuat nasi goreng untuk dua porsi.
Saat Trisha sedang sibuk dengan kegiatannya itu, Darrel yang duduk di meja makan bulat yang berukuran kecil itu, mengajaknya mengobrol.
"Kamu sejak kapan menyewa rumah ini?" Tanya Darrel kepada Trisha yang sedang menuangkan nasi gorengnya ke piring.
"Sejak mulai kuliah dan kerja," jawab Trisha tanpa menengok ke arahnya.
"Kenapa tidak pindah dan menyewa rumah yang lebih besar dari ini saja," sahut Darrel memperhatikan setiap sudut ruangan yang cukup kecil itu.
"Uangku tidak akan cukup, kalau menyewa rumah yang lebih besar dari ini. Karena selain untuk kebutuhan pribadiku, aku juga harus menyisipkan uang gajiku, agar bisa dikirim ke panti," terang Trisha.
Ya, itulah salah satu sifatnya yang membuat seorang Darrel Shankara, mengagumi sosok itu, peduli terhadap orang lain dan tulus terhadap orang lain.
"Kamu memang tidak punya lagi sodara dari ayah atau dari ibumu gitu?" tanya Darrel yang sudah tahu, jika pacarnya itu memang seorang yatim piatu sejak kecil.
"Ada, aku punya tante dari ayah, tapi dia tidak mau menampungku, saat orang-tuaku meninggal, dia langsung menitipkan aku di panti," terang Trisha.
"Makanlah mumpung masih hangat, aku mau ganti baju dulu." Trisha menyimpan nasi goreng yang sudah siap itu, di depan Darrel.
"Dandannya nanti saja di mobil, aku mau makan bareng tidak enak kalau makan sendiri," ucap Darrel.
"Iya aku hanya ganti baju saja tidak akan lama," sahut Trisha sambil berjalan menuju kamarnya.
Dia menutup dan mengunci pintu kamarnya, setelah itu mengganti baju dengan pakaian kerja yang sudah disiapkannya tadi, sebelum membuat nasi goreng.
Setelah selesai berpakaian dengan setelan formalnya seperti biasa, wanita yang selalu terlihat cantik di mata Darrel itu pun, kembali ke meja makan.
Mereka pun langsung memulai sarapannya, hingga habis. Dan setelah itu Trisha membawa piring kotor ke wastafel, lalu mencucinya terlebih dahulu. Setelah selesai, barulah dia menyusul Darrel yang sudah lebih dulu ke mobilnya.
Trisha masuk dan menutup pintu mobil, setelah dia sudah duduk dengan nyaman di mobil itu, si empunya mobil pun, mulai menjalankan kendaraan roda empat itu dengan kecepatan sedang.
Setelah menempuh perjalanan hampir 40 menit, mobil itu akhirnya sampai di depan kantor tempat kerja Trisha, dia menghentikan kendaraan itu dan Trisha pun bersiap turun dari mobilnya itu.
"Hati-hati di jalannya ya Rel," ucap Trisha melepaskan sabuk pengamannya.
"Iya kamu juga hati-hati saat kerja dan jangan telat makan siangnya," sahut Darrel.
"Iya." Trisha menganggukkan kepala, setelah itu turun dari mobil dan langsung memasuki kantornya.
......................
Jangan lupa jejaknya ya😘
Tambahkan ke favorit juga, biar bisa terus mengikuti cerita selanjutnya 🥰🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Katherina Ajawaila
kasihan ya Trisha, semoga aja ngk di manfaatin Darrel 😞
2025-03-23
0