Aku Bukan Seorang Pelakor Hai Netizen...
Pagi kota Jakarta sangat padat. Berbagai kemacetan setiap sudutnya tak terelakkan lagi. Wanita cantik dengan rambut tergerai rapi dengan polesan cat rambut warna kecoklatan memang menambah kecantikan Mayangsari. Wanita cantik berusia 35 tahun itu duduk di seat belakang mobil dengan supir pribadinya. " Pak, Min, sebaiknya kita lewat jalan tikus saja deh pak, haduh macetnya bikin pusing kepala eike." Dengan gaya centil kesal Mayangsari yang menyibak rambutnya karena kesal mobil yang ditumpangi sedikitpun tidak bergerak maju melenggang meninggalkan kemacetan.
" Baik, Nya." Pak Diman yang langsung mengambil arah kiri menuju jalan tikus meskipun lebih jauh sedikit ketimbang jalan utama.
Mobil berjalan menembus jalan tikus. Selang beberapa waktu, mobil yang ditumpangi Mayangsari berhenti di sebuah Hotel. Mayangsari adalah seorang penyanyi yang memilik nama di kota Jakarta. Meskipun banyak penyanyi pendatang baru yang lebih fresh, namun nama dan suara Mayangsari masih menghiasi Hotel-Hotel atau tempat wedding dimana dia diundang oleh siapapun yang menginginkan jasanya untuk bernyanyi dan menghibur tamu undangan. Dengan lagu khasnya Tiada Lagi Yang Ku harapkan, Tiada Lagi Yang Ku Impikan. Membuat nama Mayangsari masih eksis dijagat hiburan tanah air.
" Alhamdulillah, pak Min, akhirnya sampai juga kita." Mayangsari langsung bergegas masuk menuju ke ruang hias untuk memperbaiki Make up nya dan berganti pakaiannya untuk segera naik panggung menghibur para tamu undangan. Acara pernikahan milik klien memang belum mencapai puncaknya. Namun sudah tentu semua harus dipersiapkan terlebih dahulu biar tidak ada kesalahan saat bernyanyi di atas panggung untuk menghibur para tamu undangan yang sudah hadir di acara pernikahan kliennya. " Terimakasih, Bapak, Ibu." Mayangsari yang bersalaman santun kepada klien yang sudah menunggunya dan menyambut kedatangannya. Tak ubahnya penyanyi kelas atas, Mayangsari masih disambut dengan menggunakan pengawalan dari pihak klien untuk memberikan fasilitas yang terbaik untuk Mayangsari. Mayangsari melangkahkan kakinya mengikuti pengawal menuju sebuah ruangan make-up untuk membuat penampilannya terlihat paripurna.
" Iya, terimakasih bapak pengawal." Mayangsari kemudian menutup pintu dan duduk di depan cermin. Didalam ruangan juga disediakan make-up artis yang sudah tentu ahli dalam bidangnya.
" Mbak, tolong untuk foundation nya pakai ini saja ya."
" Iya baik." Mbak make-up artist mengambil foundation yang diberikan Mayangsari kepadanya.
Setelah make-up sudah dilakukannya berjam-jam, Mayangsari kemudian memakai balutan gaun putih anggun menjuntai dengan sentuhan belahan gaun sampai di atas lutut di sisi kanannya. Penampilan seksi sekaligus anggun dan menawan membuat siapa yang melihatnya pasti akan sangat terpesona. Ditambah dengan suara merdunya yang khas, membuat siapa yang mendengarnya akan semakin tergila-gila tak terkecuali tamu undangan.
Acara puncak telah di mulai. Alunan alat musik yang mengiringi suara merdunya membuat para tamu undangan bahkan menyawernya secara pribadi. Ada yang maju ke depan dan bergoyang maupun bernyanyi bersamanya. Hingga lagu-lagu yang dibawakan oleh Mayangsari menghipnotis semua tamu undangan. Mereka semua ikut bernyanyi menikmati suasana bahagia yang tercipta oleh pasangan pengantin. Mayangsari yang berjalan sambil bernyanyi menuju ke arah pasangan pengantin dan memberikan mikrofonnya kepada mereka untuk bernyanyi bersama Mayangsari. Semua tamu undangan tersenyum dan tertawa bahagia melihat semua proses berjalan dengan lancar dan semua terhibur. Setelah tugas Mayangsari bernyanyi menghibur tamu undangan selesai. Dia pergi ke ruang make-up kembali dan duduk di depan cermin. " Alhamdulillah, akhirnya semua selesai dengan lancar dan semua terhibur." Ujarnya dengan seorang make-up artis yang berada dalam ruangan tersebut.
Make-up artist kemudian membersihkan riasan yang masih menempel di wajah Mayangsari. Semua hal atribut bernyanyinya, dia lepaskan. Sudah ada pengawal yang sudah di persiapkan menjemputnya untuk masuk ke dalam mobilnya. Semua urusan yang berkaitan dengan keuangan dan kliennya adalah urusan managernya. Mayangsari melangkahkan kaki dan berpamitan kepada klien yang mengundangnya dan masuk ke dalam mobil dengan di bantu oleh pengawal yang sudah di sediakan. " Terimakasih bapak pengawal."
Mayangsari tersenyum lebar dan menutup pintu mobilnya.
" Sama-sama mbak Mayangsari."
" Pak Min, kita jalan." Ujar Mayangsari
" Baik Nya." Pak Min menganggukkan kepalanya seraya menyetir mobil melaju menuju jalanan padat membelah kemacetan yang mengular.
" Sepertinya memang kita harus bersabar dengan yang namanya macet...macet...macet ciiin..." Dengan gaya nada bicara kesal centilnya.
" Iya Nya."
" Aku tidur sajalah Pak Min."
" Silahkan Nya."
Mayangsari mulai menempelkan kepalanya ke atas bantal yang sudah di persiapkan nya. Baginya mobil adalah rumah kedua untuk perjalanannya menjemput rejeki. Di dalam mobilnya lengkap dengan peralatan bernyanyinya. Dari mulai kotak yang berisi peralatan make-up yang jumlahnya tidak sedikit karena saking lengkapnya. Belum baju-baju atasan lengkap dengan bawahan dan juga sandal berhak 3 cm sampai dengan 12 cm ada dalam kotak yang sudah di tata rapi di belakang mobilnya.
Satu jam kemudian, kemacetan yang sudah menjadi makanan sehari-hari di Ibu Kota Jakarta ini, membuat resah pengguna jalanan. Di jam-jam tertentu seperti jam berangkat kerja dan jam pulang kerja, jangan harap bisa menembus jalanan Jakarta dengan lengang.
" Alhamdulillah akhirnya sampai rumah juga ya Pak Min." Mayangsari yang membuka pintu mobilnya dan melangkahkan kakinya menuju ke dalam rumah. Di dalam rumah, sudah ada Mbok Tri sebagai tukang bersih-bersih dan beres-beres rumah.
" Sudah pulang Nya." Mbok Tri yang keluar dari pintu utama.
" Iya mbok. Tolong buatkan saya jahe hangat ya mbok!" Mayangsari yang meninggalkan mbok Tri dari hadapannya dan berlalu masuk ke dalam rumah menuju kamarnya.
" Njenengan di buatkan Jahe hangat juga atau kopi kental pahit Pak Min?" Tanya mbok Tri dengan membawa barang-barang Nyonya yang hari itu di bawa.
" Yah, kayak baru kerja sehari dua hari aja lu Tri." Ledek Pak Min.
" Hihi." Mbok Tri cengingisan dengan menutup area giginya dengan telapak tangannya. Ya siapa tahu berubah Haluan to Pak Min."
" Kalau Nyonya jahe hangat, biar kualitas suaranya tetap bagus. Nah aye, buat ape Tri?"
" Baik, baik, tunggu sebentar ya, nanti kopi pahit kentalnya saya bawakan kesini. Tak tambahi sama gorengan pak Min."
" Nah, cocok itu Tri. Pinter kamu." Canda keduanya berakhir. Mbok Tri masuk ke dalam rumah dan membuatkan pesanan Nyonya besar Mayangsari dan pesanan Pak Min supir pribadi Nyonya besar.
Mayangsari yang sudah selesai mandi kemudian keluar dari kamarnya. " Sudah mbok jahe hangatnya?"
" Sudah Nya, ini." Mbok Tri yang menunjukkan satu cangkir jahe hangat ke hadapan Nyonya besar.
" Terimakasih ya mbok. Itu apa?" Mayangsari menoleh ke arah nampan yang berisi satu cangkir kopi hitam dan juga gorengan."
" O, ini kopi hitam pahit kental pesanan Pak Min Nya."
" Sampingnya?"
" Gorengan Nya, tadi saya menggoreng pisang sama ada tape goreng, biasanya kan Nyonya tidak mau."
" Yasudah sana, antar ke Pak Min!"
" Baik Nya."
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments