Bab 14

Sang Konglomerat yang diinginkan Halimah berkumpul bersama dan makan pagi lengkap bersama anak-anak, kehadirannya malah berada di rumah Sang biduan. Sang Konglomerat memang merasakan kebahagiaan tersendiri jika dekat dengan istri mudanya. Apalagi dengan kabar kehamilan istri mudanya yang akan menambah kebahagiaan rumah mereka nantinya. Akan semakin lengkap dan menjadikan sang biduan merasa tidak kesepian lagi jika sang Konglomerat sibuk bekerja di luar rumah.

Malam harinya Sang Konglomerat yang pulang larut malam untuk kesekian kalinya. Gendis yang mengintip dari kamar tidurnya kalau ayahnya baru pulang pukul 02.00 WIB.

" Ayah darimana saja ya? Kalau aku tanya pengawal pribadinya, sudah pasti dia tidak akan mengaku. Aku benar-benar akan menyelidiki hal ini."

Malam berlalu berganti pagi.

" Pagi." Sang konglomerat yang berdiri menyapa semua anggota keluarganya untuk makan pagi bersama.

" Pagi yah." Halimah dengan senyum simpulnya melihat suaminya yang masih menyempatkan makan pagi bersama keluarganya.

" Pagi yah." Suara Gendis dan Panji yang membalas salam dari ayahnya.

Mereka semua makan pagi dengan terlihat rukun, seperti biasa saja. Sang konglomerat sungguh pandai mengelabuhi istri dan anak-anaknya.

" Ayah berangkat ke kantor dulu." Mencium kening Halimah. lalu berjalan menuju mobil yang sudah siap mengantarnya.

Halimah mengedipkan mata dengan senyum simpul. Hatinya merasa damai, perhatian kecil yang diberikan suaminya pada pagi ini, sedikit memberikan ketenangan dalam batinnya yang risau akhir-akhir ini. Seolah tak memperdulikan lagi apa yang sebenarnya terjadi dalam rumah tangganya saat itu.

Lain halnya dengan Gendis dan Panji yang akan memastikan sendiri, kalau ayahnya tidak memiliki simpanan atau wanita lain selain ibunya.

Gendis memberi tanda pada Panji adiknya dengan memainkan kakinya pada kaki Panji di bawah meja makan. Panji yang tanggap dengan sikap kakaknya langsung bereaksi.

" Bu, aku akan keluar sebentar sama kakak. Ada yang harus aku beli untuk kekasihku, aku harus ajak kakak untuk memilihnya."

Halimah mengernyitkan dahi. " Bisa nanti siang kan."

" Harus pagi ini Bu."

" kalau begitu ajak ibu sekalian. Sekalian kenalkan kekasihmu pada ibu."

Panji yang merasa kebingungan dengan harus beralasan apa kepada ibunya. Panji yang menggaruk kepalanya dengan terus memikirkan cara supaya bisa keluar pagi ini untuk membuntuti mobil ayahnya.

" Bu, ada keperluan yang harus aku beli juga. Da..." Gendis yang menyela dengan langsung mencium pipi ibunya dan berlari dengan menarik lengan Panji adiknya.

Ibunya hanya menggelengkan kepalanya dengan sikap kedua anaknya yang aneh pagi itu.

Panji langsung buru-buru mengegas mobilnya supaya tidak terlalu ketinggalan jauh dari mobil ayahnya.

" Itu dik! mobil ayah sudah kelihatan. Mobil kita jangan terlalu dekat. Ayah pasti mengenali mobil kita."

" Siap kak!"

Mobil Sang Konglomerat yang melaju berdasarkan rute untuk pergi ke kantor. Mobil berhenti di depan kantor Sang Konglomerat. Sang konglomerat masuk ke dalam kantor dan lenyap dari pandangan Gendis dan Panji.

" Tidak ada hal yang janggal kan kak? Percayalah ke ayah. Ayah hanya terlalu sibuk dengan pekerjaannya."

Gendis yang menghembuskan nafasnya lega. " Baguslah kalau firasat ku salah dik."

" Apa sekarang kita akan pulang?"

" Jangan dulu dik. Seharian ini saja, kita harus ikutin ayah dan mobilnya kemana saja beliau pergi."

" Hah." Panji dengan rasa kagetnya. " Kak..."

Gendis yang mendelik menatap adiknya.

" Huh..." nafas pasrah dari Panji dengan menyenderkan punggung dan kepalanya pada jok mobil.

Di mulai sejak dari pukul 07.00 WIB. Satu jam, dua jam berlalu hingga lima jam. Waktunya makan siang. Kebosanan melanda di dalam mobil yang diduduki oleh Gendis dan Panji. " Itu ayah keluar dik." Tangan Gendis yang menarik lengan Panji dan berusaha membangunkan adiknya.

Mata Panji yang langsung melihat ke arah ayahnya yang sedang berbincang dengan rekan kerjanya menuju mobil yang sudah siap membawanya. Keduanya masuk mobil yang sama dan membawa mereka pergi. Rekan kerja ayahnya juga seorang lelaki seusia ayah mereka. " Mereka sepertinya akan pergi makan siang kak."

" Kita ikutin!"

" Hanya makan siang kak." Panji yang berusaha membujuk kakaknya untuk memberhentikan pengintaian ini.

" Injak pedal gas. Jalankan mobilnya sekarang!" perintah Gendis pada adiknya.

Panji hanya pasrah mengikuti titah dari kakaknya. Mengikuti mobil ayahnya kemana pun pergi.

Mobil ayahnya benar saja yang diduga oleh Panji sebelumnya. Berhenti di sebuah rumah makan. Ayah dan rekan kerjanya masuk ke dalam rumah makan dan menikmati makan siang.

" Benar kan kak, hanya makan siang."

Gendis menoleh ke arah Panji adiknya yang sepertinya sudah bosan untuk melakukan pengintaian ini. " Kakak janji hanya satu hari ini dik. Besok sudah tidak lagi. Aku pernah pergoki ayah pulang sampai jam 02.00 WIB malam. Aku hanya ingin tahu. Apa saja yang dilakukan ayah di luar rumah sampai pulang selarut itu dik?"

" Haaaah...baiklah kak. Aku lapar, aku akan beli makanan untuk kita makan di dalam mobil."

" Bagus. ide brilian itu dik." Gendis yang menepuk pipi adiknya 3 kali.

Panji keluar dari mobil dengan mata melirik kesal kepada kakaknya yang sudah membuat suasana hari ini begitu membosankan baginya. Menurutnya, ini adalah hal yang penting untuk dia harus lakukan kepada ayahnya. Panji begitu sangat sadar betul dengan segudang pekerjaan ayahnya yang banyak sekali memiliki usaha selain mengurus partai besarnya. Para wanita seperti kakak dan ibunya hanya menaruh curiga tak beralasan kepada ayahnya. Begitulah versi Panji. Versi para pria pada umumnya.

Dua jam berlalu. Ayah dan rekan kerja prianya keluar dari rumah makan.

" Ayah sudah keluar dik."

Panji langsung menjalankan mobilnya kembali setelah makan siang mereka di dalam mobil selesai. " Aku harap ini yang pertama sekaligus terakhir kali, aku makan di dalam mobil dengan begitu tidak nyamannya."

" Ha...ha...ha..." Gendis yang terkekeh. melihat keterpaksaan adiknya yang semakin membuatnya tertawa.

" Ini nggak lucu kak." Panji dengan tatapan sinis ke arah kakaknya.

Mobil ayahnya kembali ke kantor. Baik ayah maupun rekan kerjanya masuk ke dalam kantor kembali.

Panji begitu tidak sabarnya ingin mengakhiri pengintaian ini. Wajah kesalnya sudah tak tertahankan lagi. bagaikan tindakan sia-sia dengan satu hari ini dengan apa yang dilakukannya.

Waktu berlalu dengan sangat cepatnya. Waktu pulang kerja telah usai. Banyak sekali para staf kantor yang keluar dari kantor untuk pulang. Namun ayah mereka tak kunjung terlihat batang hidungnya. Tepat pukul 21.00 ayahnya baru saja keluar dengan salah satu rekan kerja pria lainnya. Ayahnya terlihat mengakhiri percakapan keduanya dan meninggalkan terlebih dahulu masuk ke dalam mobilnya. Mobil ayahnya melaju. menembus jalanan kota Jakarta yang sangat padatnya. Pukul 21.00 WIB ayahnya tidak pada rute jalur pulang ke rumah. Melainkan bertemu kembali dengan rekan kerja pria yang tidak di kenali oleh Gendis dan juga Panji. Keduanya tampak asyik menikmati kopi dan hidangan makan malam di sebuah street food kawasan BSD yang sangat ramai, hingga pukul 24.00 WIB.

Panji dan Gendis yang dibuat kelelahan sendiri dengan ulah mereka sendiri.

" Ini yang pertama dan terakhir kali. Kakak jangan curiga lagi kepada ayah. Lihat! ayah begitu sibuknya menghabiskan waktu di luar rumah, pasti untuk membahas bisnis yang sedang dijalankannya. Bisnis ayah sangatlah banyak. Setiap hari dia harus bertemu dengan orang kepercayaannya yang mengendalikan usahanya. Harusnya kita berterimakasih. Bukan malah menaruh curiga terhadapnya. Aku merasa malu, dengan sikap kakak yang seperti ini."

Keduanya tetap menyelesaikan pengintaian hari ini dengan nihil. Mereka sudah yakin dan percaya bahwa ayahnya tidak memiliki wanita atau bahkan simpanan di luar rumah. Mobil ayahnya yang masuk ke garasi rumah. Satu jam kemudian di ikuti mobil yang ditumpangi Gendis dan juga Panji. Gendis akhirnya lega setelah dan memutuskan kembali percaya kepada ayahnya. Dan benar saja jika ayahnya selalu pulang larut malam. Karena ayahnya banyak sekali bertemu dengan orang kepercayaannya untuk membahas bisnis yang dijalankannya.

Panji dan Gendis yang masuk ke dalam kamar mereka masing-masing.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!