Bab 8

" Ada yang ingin aku bicarakan."

" Apa?"

" Sang managerku, tidak menginginkan aku keluar mendadak dari management seperti ini, karena masih banyak kontrak yang harus aku jalani selama satu tahun ini."

" Kembalikan saja uangnya."

" Sudah, tapi dia tidak mau. Sekalipun aku mengembalikannya dua kali lipat. Reputasi managementnya akan rusak dimata klien nya. Itu yang dia katakan. Bukan permasalahan uangnya."

" Jadi setelah menikah, kamu masih sibuk dengan kegiatanmu selama satu tahun?"

Sang penyanyi mengangguk. " Hanya satu tahun sayang." Menentramkan hati sang Konglomerat dengan menaruh tangan kanannya ke pundak Sang Konglomerat.

" Apa dia mengancammu."

Aku tidak mungkin berkata sejujurnya, nanti Teguh bisa terkena masalah, apalagi ini berhadapan dengan Sang Konglomerat. " Tidak, dia tidak mengancamku." Sang penyanyi yang berjalan menjauh dari Sang Konglomerat dan memegang teralis besi pembatas balkon dengan kedua tangan. Dengan menatap ke arah bawah halaman rumahnya. " Dia hanya memperingatkan aku tentang langkah yang akan aku ambil denganmu."

" Apa kamu bercerita kepadanya?"

Sang penyanyi menggelengkan kepalanya. " Apa kamu pikir dia bodoh, dia tahu saat kamu membawaku di dalam ruangan waktu itu. Dia sudah menduga-duga karena ponselku tidak bisa dihubungi beberapa hari. Dan tiba-tiba aku meminta keluar dari managementnya." Mayangsari yang mendekat dan memegang kedua sisi kerah milik Sang Konglomerat. " Sudahlah, sekarang keputusanku sudah bulat. Aku akan tetap melaksanakan pernikahan kita diam-diam. Dan aku tidak akan perduli dengan apa kata orang nanti. Kita saling mencintai, bukan aku merebut mu atau kamu menggodaku. Kita saling jatuh cinta saat awal bertemu. Anggap saja ini jalan Tuhan untuk kita lalui. Biarpun aku sendiri tidak tahu, apakah bangkai yang kita tutupi rapat, akan terkuak suatu saat nanti. Atau akan hanya menjadi perbincangan khalayak semata."

Sang Konglomerat tersenyum menatap dalam bola mata sang penyanyi.

Keduanya kemudian masuk ke dalam, mempersiapkan kepergian mereka ke Purwokerto dimana orang tua Sang Penyanyi tinggal.

****

Perjalanan yang melelahkan akhirnya sampai dimana orang tua Sang penyanyi tinggal.

" Alhamdulillah anak Perempuanku sudah datang." Sang ibu yang memeluk sang penyanyi. Begitu juga sang ibu yang menyambut hangat Sang Konglomerat. Begitu juga dengan ayah sang penyanyi yang menyambut hangat kedatangan mereka. " Silahkan duduk!"

" Terima kasih."

" Langsung saja Bu, aku tidak akan basa-basi dan bicara panjang lebar. Aku sudah berkata pada ibu lewat ponsel juga."

" Iya...iya." Sang ibu penyanyi yang hanya manggut-manggut saja mendengar anak perempuannya bicara.

" Ini adalah mas Bambang yang aku ceritakan." Sang penyanyi yang menoleh ke arah Sang Konglomerat dan meraih tangan dan jemari Sang Konglomerat yang duduk di sampingnya. " Kami berencana ingin menikah di sini dengan disaksikan ibu dan bapak saja."

" Apa bisa nak? Calon suami mu ini kan sudah punya anak dan istri?"

" Kita menikah siri Bu. Supaya ada saksi janji pernikahan siri kami dan kami tidak berdosa karena kami saling cinta."

" Coba saya minta tolong pak Narto yang bertugas di KUA."

" Baik Bu."

Hari-hari menjelang pernikahan siri keduanya, mereka habiskan bersama di rumah orang tua Sang penyanyi. Tidak ada suasana ramai seperti kebanyakan orang yang akan mengadakan hajatan. Rumah orang tua Sang penyanyi malah terlihat sunyi senyap dan yang ada hanyalah suara burung-burung berkicau peliharaan ayah Sang penyanyi. Hanya tampak mobil pribadi warna hitam berikut dengan supir yang terparkir di halaman rumah sang penyanyi.

" Apa kamu sudah yakin dengan keputusan mu."

" Sudah Bu."

" Bahkan apa kamu sudah memikirkan apa yang akan dikatakan orang-orang tentang kamu."

" Ibu tidak usah khawatir. Aku dengan mas Bambang saling cinta. Dan kami janji akan merahasiakan pernikahan kami. Jadi apa yang perlu dikhawatirkan Bu."

" Apa hidupmu kekurangan di Jakarta nak?"

" Maksud ibu?"

" Hingga kamu lupa, kalau sebenarnya calon suamimu itu sudah memiliki keluarga. Dan ini bukan main-main dan buka keluarga sembarangan. Semua orang tahu dia anak siapa. Dan dari keluarga seperti apa berasal. Rasanya kok ini bukan jalan yang benar yang harus kamu lakukan."

Bulir-bulir bening jatuh dari pelupuk mata. Aku dan mas Bambang tahu, kalau kita salah. Tapi kita memang atas dasar cinta menikah. Bukan aku berusaha merebutnya dari keluarganya atau dia berusaha menggodaku. Kita berjalan semengalirnya air, namun di titik inilah kita harus bermuara. Mas Bambang memberanikan diri melabuhkan pilihannya kepada ku. Begitu juga dengan aku yang merasa kenyamanan dan kecocokan bersamanya."

" Ya sudah, ibu tidak akan membicarakan ini lagi. Ini sudah menjadi pilihanmu. Ibu hanya sebagai orang tua bisanya mendoakan. Semoga kamu bahagia selalu."

" Amin, terimakasih Bu." Sang penyanyi yang meraih tangan sang ibu dan menciuminya punggung tangan yang sudah mulai renta itu.

" Assalamualaikum."

" Wa alaikum salam." Sahut ibu sang penyanyi dari balik ruangan dimana Sang penyanyi sedang merias wajahnya di depan cermin. " Pak Narto sudah datang, kamu siap-siap ya!"

Sang penyanyi manggut-manggut. Dan melanjutkan merias wajahnya dengan riasan yang sederhana begitu juga dengan pakaian kebaya yang sudah sang penyanyi persiapkan dari Jakarta. Sang penyanyi berdiri dan beranjak dari tempat duduknya ketika dirasa riasan wajahnya sudah cukup dan mendatangi Sang Konglomerat yang berada di ruang tidur dan tengah mempersiapkan dirinya dengan menggunakan setelan jas. " Apa kamu sudah siap sayang."

Huft...Suara hembusan nafas Bambang yang ada di depan cermin besar yang menyatu dengan lemari pakaian. " Sudah."

" Aku deg-degan."

Sang Konglomerat yang meraih jemari sang penyanyi dan berjalan menuju ruang tamu yang sudah di tata rapi dengan kursi yang dipinggirkan semua dan hanya bergelarkan karpet besar dan di tengahnya ada meja datar rendah untuk prosesi ijab Qabul keduanya. Keduanya berjalan mendekat ke arah meja. Penghulu yang menikahkan keduanya tidak banyak bertanya karena tahu siapa yang akan dia nikahkan. Uang tutup mulut yang begitu besar dan menjadi jaminan membuat dia hanya melaksanakan perintah sang Konglomerat dengan Sang Penyanyi. " Bagaimana? apa sudah siap semuanya?"

Anggukan kepala yang menyertai semua. Suasana juga begitu sepi pagi itu. Hanya terdiri dari ayah dan ibu sang penyanyi yang menjadi saksi janji suci yang akan diucapkan oleh Sang Konglomerat kepada sang penyanyi.

" Sah?"

" Sah." semua yang duduk di sana berkata sah tak terkecuali sang supir sekaligus pengawal dari Sang Konglomerat yang mengetahui pernikahan sirinya dengan sang penyanyi.

" Alhamdulillah." Ayah dan ibu begitu juga sang penyanyi yang mengucapkan dengan haru apa yang telah terjadi pagi itu. Mata ibu sang penyanyi yang berkaca-kaca menyaksikan pernikahan putrinya dengan sang Konglomerat yang penuh dengan kekhawatiran dalam hatinya. Hati ibu tidak bisa menutupinya jika dalam benaknya pernikahan putrinya memang sangatlah akan menjadi sebuah bencana dan malapetaka jika pihak dari keluarga sang Konglomerat mengetahuinya. Ibunya hanya menenangkan dirinya sendiri bahwa kekhawatiran itu akan sirna seiring berjalannya hari.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!