Bab 15

" Pagi yah." Gendis yang sengaja menyetel alarm untuk bangun pagi supaya bisa bertemu ayahnya sebelum berangkat ke kantor. Gendis juga berlaku sangat manis dengan mencium punggung tangan ayahnya dan mencium pipi kanan dan kiri ayahnya.

" Pagi Ndis. Ada maunya ini."

" Enggak kok yah."

" Tumben, manis sekali pagi ini."

" Hehehe..."

" Mana adikmu. Tidak makan pagi?"

" Sepertinya masih tidur Bu."

" Ya sudah kita makan pagi sama-sama."

Makan pagi bertiga dengan suasana hangat. Gendis yang merasa bersalah dengan ayahnya, berkali-kali mencoba bersikap manis. " Ayah hati-hati ya berangkat kerjanya."

" Iya Ndis." Ayahnya yang sedikit heran dengan sikap Gendis yang tidak biasanya bersikap manis kepadanya.

Kali ini Sang Konglomerat benar-benar beruntung. Halimah dan anak-anaknya sudah tidak akan melakukan pengintaian terhadap Sang Konglomerat lagi. Hingga Sang biduan istri muda dari sang konglomerat melahirkan anak mereka. Pernikahan diam-diam mereka lebih bahagia dengan hadirnya seorang putri cantik yang hadir di tengah keluarga kecil mereka.

" Terimakasih sudah memberikan kebahagiaan untuk ku meskipun usiaku sudah tidak muda lagi. Rasanya, putri kita akan menambah semangat hidup ku."

Sang biduan yang hanya tersenyum mendengar perkataan sang konglomerat.

Hari-hari Sang biduan disibukkan dengan mengurus buah hati mereka. Merasa sudah tidak kesepian lagi dengan hadirnya buah hati mereka. Sang biduan tidak terlalu merisaukan jika sang konglomerat suaminya pulang ke rumah istri pertamanya. Seluruh kasih sayangnya saat ini tercurah hanya untuk buah hati mereka.

" Ayah." Suara lirih Halimah yang melihat suaminya berada di toko perlengkapan baby. Halimah lantas menepuk punggung suaminya dari belakang. " Ayah."

Sang suami yang terkejut. melihat Halimah yang berada dalam satu toko yang sama. Halimah batin Sang suami.

" Ayah sedang apa disini?"

" E..." mulut bergetar dari sang konglomerat.

" Pak, apa perlu kami bantu barang belanjanya untuk di masukkan ke mobil?" salah satu pegawai yang menyela pembicaraan Halimah dan Bambang.

Kaki Bambang terasa lemas. Apa iya, ini semua akan berakhir hari ini?

Halimah yang melongo melihat belanjaan Bambang di toko perlengkapan bayi dengan sangat banyaknya. mulut menganga nya sampai ditutup oleh kedua telapak tangannya.

" Ayah belanja sebanyak itu? buat siapa?"

" Untuk hadiah rekan kerja Bu. Istrinya baru saja melahirkan." Untung tadi Mayang tidak ikut belanja juga. Bambang yang mengelus dada lega.

" Ibu sedang apa di sini?"

" Sama, ibu juga beli kado untuk teman ibu."

" Ibu, ibu ternyata di sini." Gendis yang menghampiri ibu nya. " Ayah juga di sini."

" Iya Ndis, lihat belanjanya ayah kamu untuk kado temannya juga. Baaanyak." Tunjuk Halimah ke belanjaan yang mengular yang selesai di packing.

" Banyak sekali."

" Harus dong Ndis, kamu tahu ayah kamu siapa kan?"

Gendis yang terheran mengapa meskipun untuk kado lahiran teman sebegitu detilnya dan lengkapnya. Namun setelah mendengar perkataan ayahnya, Gendis tersadar. Tidak ada salahnya juga sih jika ayahnya ingin memberikan kado lahiran yang banyak dan lengkap. Lagian memang ayah adalah seorang konglomerat.

Demi menutupi kecurigaan anak perempuan dan istrinya. Bambang sengaja ikut pulang ke rumah bersama keduanya.

" Tolong antar ke alamat yang sudah saya berikan!" Bambang yang bicara kepada pengawal pribadi sekaligus supirnya.

" Baik Tuan." Pengawal pribadi yang sudah mengetahui maksud dari Tuannya. Tuannya hanya berpura-pura karena ada Nyonya besar dan juga anak perempuannya.

" Mari kita pulang Bu, Ndis."

Keduanya hanya menganggukkan kepala dengan beriiringan berjalan bersama keluar dari toko perlengkapan bayi.

Meskipun Gendis menaruh curiga. Karena lagi-lagi sangat detil dan sangat komplit ayahnya memilih kado lahiran untuk teman nya. Bahkan ayah sangat peduli dengan warna yang di pilihkan adalah warna pink yang syarat bahwa bayi anak dari temannya adalah berjenis kelamin wanita.

Namun Gendis berusaha untuk membuang jauh pikiran negatif untuk ayahnya. Gendis sudah berjanji pada dirinya untuk tidak menaruh curiga kembali ke ayahnya. Karena akan sangat sia-sia menurutnya. Lagi pula hubungan pernikahan atau rumah tangga ibu dan ayahnya juga terlihat adem ayem, meskipun ayah pulang larut malam hampir setiap hari. Namun Gendis sudah dapat memastikan bahwa ayahnya tidak memiliki wanita lain selain ibunya.

" Bagaimana kalau kita makan siang dulu."

" Ide bagus yah." Sahut Gendis.

Ketiganya akhirnya memutuskan untuk makan bersama dengan sangat senangnya. Dan baru kali ini setelah entah kesekian tahun lamanya mereka tidak pernah makan di luar rumah bersama.

" Aku senaaang sekali, akhirnya setelah sekian lama, kita bisa duduk bersama, makan bersama di luar rumah."

Halimah dan Bambang yang saling tatap. Keduanya tersenyum. Bambang yang mengelus rambut anak perempuannya.

" Silahkan, ini menunya." Salah satu pegawai restoran makanan Jepang memberikan buku menu.

" Terimakasih mbak." Jawab Gendis.

" Aku pesan Ramen, pesan sushi 🍣."

Ibu dan ayahnya yang sama dengan pesanan anak perempuannya.

" Silahkan di tunggu sebentar."

" Baik mbak. terimakasih." Jawab Gendis kembali.

Tidak butuh waktu lama, pesanan datang disambut antusias oleh Gendis. Ketiganya memakan pesanan mereka dengan sangat lahap dan suasana kembali hangat. Sang konglomerat lagi-lagi beruntung dengan dapat mengelabuhi kembali anak dan istrinya.

Sementara sang biduan yang menanti suami nya pulang.

" Permisi nyonya."

" Tuan mana?" Tanya heran Sang biduan.

" Tuan sedang ada urusan Nyonya. Biar Tuan saja yang menjelaskan ke Nyonya kejadian siang ini."

Mayang yang mengerutkan dahinya. Ada apa?

" Baik, terimakasih. Bawa semua belanjaan masuk ke dalam kamar baby."

" Baik Nya. Saya permisi." Sang pengawal pribadi Sang Konglomerat langsung bergegas mengambil barang belanjaan untuk di bawa masuk ke ruang baby yang berada di lantai dua.

Sang biduan yang berusaha menghubungi suaminya.

Dering ponsel dari saku jas yang dikenakan sang konglomerat yang sedang menikmati makan siang bersama Halimah dan Gendis.

My love nama panggilan masuk yang terlihat di layar ponsel. Mayang. batin Bambang. Bambang kemudian memasukkan kembali dengan memencet tombol menolak untuk menjawab panggilan tersebut.

" Kenapa tidak diangkat yah?" Tanya Gendis.

" Orang kantor. kalau sudah berurusan dengan kantor tidak ada habisnya. Sebaiknya kita pulang kalau sudah selesai."

" Iya yah."

Ponsel berdering terus menerus hingga akhirnya Bambang mematikan ponselnya. Bambang kemudian menyetir mobil membawa anak dan istrinya pulang ke rumah.

Gendis yang merasa heran dengan ayahnya. Biasanya ayahnya selalu menomor duakan keluarganya dan lebih mementingkan pekerjaannya. Namun berbanding terbalik ketika beliau yang seharusnya mengangkat telepon untuk masalah pekerjaan, malah berkata sebaliknya. Bahwa jika membahas masalah pekerjaan tidak ada habisnya. Bukankah selama ini ayah senang dengan menghabiskan waktu untuk bekerja. Bahkan makan pagi atau makan malam di rumah saja tidak pernah dia sempatkan. Terlebih makan siang seperti hari ini. Kalau saja kita tidak bertemu dengan ayah dalam satu toko. Mungkin juga ayah tidak akan pernah mengajak kita makan bersama. Gendis yang berusaha meyakinkan dirinya bahwa ada hal aneh pada ayahnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!