" Aku akan ada urusan satu Minggu ke depan dan tidak pulang. Aku pergi ke luar kota meninjau proyek."
" Baiklah." Halimah yang mencoba melepas jas yang dipakai suaminya.
" Aku bisa sendiri." Penolakan halus kepada istri sahnya.
Halimah menurunkan kedua tangannya yang sudah dia letakkan di pundak suaminya dan hendak melepas jasnya. Namun Sang suami seperti nya berubah akhir-akhir ini. Dia sudah berubah menjadi pria yang dingin sekarang.
Keduanya yang langsung tidur terlihat ada jarak dan seperti orang tidak mengenal. Padahal keduanya sudah memiliki anak yang sudah dewasa. Entah apa yang meracuni otak dari seorang suami Halimah, hingga dia tega menduakan istrinya yang setia yang telah memberikan dia anak yang sudah tumbuh dewasa. Jiwa pria sepertinya sulit dimengerti oleh Halimah. Seperti kembali pada usia muda yang tingkahnya terkadang membuat heran karena seperti kekanak-kanakan.
****
" Ibu, mengapa ibu menangis?" Anak perempuan Halimah yang bertanya kepada ibunya yang tengah terisak menangis duduk di sofa tempat tidurnya.
" Tidak apa-apa nak."
" Katakanlah Bu, apa ayah menyakiti hati ibu?"
" Tidak." Dengan gelengan kepala Halimah dan meraih tangan anak perempuannya untuk duduk di sampingnya.
" Lalu mengapa ibu menangis?" Anak perempuan Halimah yang menyentuh pipi wajah sang ibu dengan tatapan dalam dan melihat mata sang ibu yang benar adanya habis menangis.
" Ibu tidak apa-apa."
" Ibu jangan berbohong. Cerita lah Bu! Apa ayah menyakiti ibu."
" Hanya perasaan ibu saja nak. Tidak berarti sama sekali."
" Apa? katakan Bu!"
Halimah berdiri dan berjalan menuju sudut jendela dan melihat ke arah luar dari balik jendela tersebut, terlihat sang suami yang tengah berjalan memasuki mobil dan meninggalkan rumah. " Ayahmu berubah akhir-akhir ini. Ayahmu sibuk sekali hingga lupa dengan kita. Dan asing dengan kita ketika pulang."
" Ayah memang sibuk Bu, dia mempersiapkan partainya untuk maju dalam Pilpres tahun depan. Jadi memang dia harus sering keluar kota. Ibu jangan khawatir ya."
" Ya." Halimah tersenyum lega mendengar penjelasan putrinya yang masuk akal. Suaminya mungkin memang banyak pikiran tentang urusan pekerjaan dan dia harus mengerti dan memahami sebagai seorang istri.
Pembicaraan ibu dan anak berakhir dengan sebuah pelukan hangat berada di sudut jendela lantai dua rumah mereka.
***
Berangkatlah! Kita bertemu di pulau Dewata.
Pesan dalam ponsel sang biduan.
Melihat bunyi pesan tersebut raut wajah bahagia yang terlahir dari pancaran sang Biduan. " Iyes." Nada girang penuh kemenangan yang dia tunjukkan dan berlari bahagia menapaki anak tangga menuju lantai dua ruang istimewa miliknya. Menyiapkan pakaian yang akan dibawa dan dimasukkan ke dalam koper untuk satu Minggu ke depan bukan lah hal yang sulit untuk dilakukan. Begitu singkat bahkan jika hati tengah bergembira ria karena bulan madu telah tiba. Tidak masalah tidak pergi ke luar negeri, yang penting adalah kebersamaannya yang akan menjadi momen tak terlupakan sepanjang hidup. Apa aku akan hamil dan punya anak. Aw. Mengapa aku jadi geli sendiri ya, jika membayangkannya. Sang biduan yang tertawa kecil karena kegilaannya.
" Mbok Tri, Pak Min, satu Minggu saya pergi ke luar kota. Tolong jaga rumah baik-baik ya!"
" Baik Nya." Keduanya berkata seirama dan menundukan kepalanya sebagai tanda patuh terhadap apa yang dikatakan sang Nyonya.
" Pak Min, tolong antar saya ke Bandara!"
" Siap Nya." Pak Min bergegas menuju ke arah garasi dimana mobil terparkir.
Sang Nyonya yang naik ke dalam mobil dan mobil pun melaju dengan kecepatan sedang keluar dari gerbang rumah dan perlahan keluar dari kawasan perumahan elit menuju Bandara Soekarno Hatta.
Tidak butuh waktu lama untuk menuju Bandara. Apa-apaan ini, suami istri akan berangkat bulan madu tapi kucing-kucingan dan sembunyi-sembunyi seperti ini. Sang biduan yang mengeluhkan keadaan seperti ini terulang kembali. Entah mengapa hatinya mendominasi pikirannya yang posesif akan rumah tangga suaminya dengan istri lamanya. Sang biduan mulai merasa ingin memiliki seutuhnya suaminya itu tanpa ada pihak manapun yang akan menjadi penghalang keduanya.
Supir sudah ada di Bandara Ngurah Rai dan menjemputmu dan kita bertemu di villa.
Pesan dari sang suami Konglomerat kepada sang istri diam-diamnya.
" Okay fine, tidak masalah, tidak satu flight, tidak masalah harus berangkat sendiri-sendiri seperti ini. Dan lagi-lagi tidak masalah jika dia tidak menjemputku dan satu mobil." Bicara sendiri mengeluarkan keluh kesah memang cara yang paling ampuh untuk menerima kenyataan yang tak sesuai realita. Senyum datar sang biduan yang tengah berada dalam pesawat yang tengah terbang di atas awan mencapai 30.000 kaki.
****
" Silahkan masuk Nyonya." Supir yang membuka pintu mobil.
Hah, supir alias pengawal pribadi ini ikut juga.
Sang Biduan yang masuk ke dalam mobil.
Mobil melaju perlahan meninggalkan Bandara.
" Apa perjalanan menuju Villa jauh."
" Lumayan Nyonya."
" Baiklah."
****
Cup. Kecupan bibir bertaut satu sama lain. Tanpa rasa malu keduanya melakukan hal intim itu di depan pengawal pribadinya. Pengawal pribadinya yang merasa malu sendiri melihat ciuman sepersekian detik antara keduanya, langsung bergegas keluar setelah membawakan koper milik Nyonya sang istri diam-diam milik sang Konglomerat.
" Kamu terlihat lebih segar dan tampak muda dari usia kamu honey." Godaan manja sang istri kepada sang suaminya.
Sang suami yang tersenyum malu dan mencubit hidung sang istri dengan lembut.
Sang suami merangkul punggung sang istri dan berjalan masuk ke ruangan yang sangat terbuka tanpa sekat. Hanya ada kaca-kaca yang membatasi villa itu dengan kolam renang. Semua ruangan menyatu seperti tidak ada area privat untuk bercinta untuk keduanya. Masuk ke dalam Villa di sambut dengan ruangan yang sangat luas deng sofa panjang yang berbentuk huruf L, yang berada di depan Tv LED besar. Terdapat ranjang di sebelahnya. ranjang yang lengkap dengan kelambu sebagai penghangat sekaligus sangat terasa akan nuansa Bali. Setelah itu terdapa pembatas kaca-kaca besar sebagai pintu geser keluar menuju arah kolam renang yang cukup luas dengan di kelilingi tumbuha hijau dan pepohonan yang rindang dan menyejukkan mata. Nuansa alam yang menyegarkan mata membuat kesejukan tersendiri bagi yang menikmatinya.
" Pemandangannya bagus sekali, tampak ada gunung yang terlihat dari sini, meskipun jauh sekali tapi hijaunya sungguh indah."
Sang suami yang merangkul sang istri dari belakang dan berdiri melihat pemandangan yang sangat indah yang terlihat jelas dari Villa. " Apa kamu suka?"
Sang istri yang manggut-manggut dan tersenyum binar.
" Akan kita habiskan satu Minggu ke depan dengan ada di tempat ini." Sang suami yang membelai rambut halus sang istri.
Sang istri yang tersenyum dan meletakkan kepalanya di pundak kanan sang suami dengan perasaan penuh cinta.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments