Pernikahan secara diam-diam sudah terlaksana. Keduanya kembali ke Jakarta dan menempati rumah mewah hadiah Sang Konglomerat untuk Sang penyanyi.
***
" Mbok Tri dan Pak Min sebaiknya ikut tinggal dengan aku di rumah ini sekarang. Rumah lama akan saya kontrak kan."
" Baik Nya." Mbok Tri yang memandangi seluruh bagian luar rumah dengan geleng-geleng kepala karena heran dengan rumah majikannya.
Sementara Pak Min hanya manggut-manggut mengikuti titah sang majikan.
" Nyonya hebat, suami Nyonya pasti seorang konglomerat. Aku jadi tidak sabar ingin bertemu langsung Nya."
Sang majikan menunjukkan senyum tipis ke arah mbok Tri.
Mbok Tri dan Pak Min segera menuju ruang istirahat mereka untuk meletakkan koper bawaan mereka.
" Pak Min, Pak Min." Mbok Tri yang mencoba meraih dan menarik tangan pak Min
" Apa?"
" Pak Min, apa kamu tidak merasakan sesuatu yang aneh begitu?" Mbok Tri yang kasak kusuk di lorong tempat istirahatnya yang berdampingan dengan Pak Min dan keduanya tengah berada di depan pintu ruang istirahat sebelum Mbok Tri akan menuju ke dapur.
" Maksud kamu apa sih Tri?"
" Nyonya itu tidak pulang setelah ada acara yang kamu antar dan Sampai sekarang, terus tiba-tiba menikah, seperti ada yang disembunyikan." Nada dan gerakan mbok Tri yang bagaikan detektif Conan. " Saya ikut Nyonya lama Pak Min, jadi saya tahu Nyonya betul. Kalau menikah, dia pasti akan memberi tahu kita waktu dia menikah, alias melibatkan kita, tapi..." Dengan mengernyitkan dahi dan menaruh telunjuk di area samping kanan bibir yang di gerak-gerakan. " Tiba-tiba sekarang sudah menikah dan tinggal di rumah gedongan seperti ini Pak Min." Mbok Tri yang berjalan beberapa langkah ke arah Pak Min.
" Sudah lah Tri, kita kan hanya bawahan. Jangan berlebihan ikut campur urusan Nyonya."
" Aku mung Kondo ( Saya hanya berkata ) Pak Min. Yowes lah ( Ya sudah lah ) aku ke dapur dulu.
Pak Min yang masih berdiri di tempatnya menggelengkan kepalanya beberapa kali melihat ke arah Mbok Tri yang berjalan menuju dapur.
" Wah...wah...dapurnya istimewa ini. Orang kaya kalau membuat dapur...huh...ini mah sudah pasti kalau suami Nyonya bukan orang sembarangan ini." Mbok Tri yang menggelengkan kepalanya berulang dan menyentuh berulang semua peralatan canggih yang berada di dapur rumah majikannya. Mbok Tri yang mengelus kulkas besar dan menyandarkan tubuh dan kepalanya seperti merangkul kulkas besar tersebut lalu datanglah majikannya.
" Mbok. Sedang apa?" tanya majikan dengan heran melihat Mbok Tri dengan gaya aneh yang merangkul kulkas besar.
" Hehehe." Mbok Tri yang terkejut ketika majikannya datang dan melepaskan dekapan tangan ke kulkas, lalu menghampiri sang majikan. " Ini lho Nya, Kulkasnya bagus, dapurnya istimewa mewah dan luar biasa Nya. Makanya si mbok elus-elus takut lecet, hehehehe."
Majikan yang tersenyum di hadapan mbok Tri. " Mbok tolong masakin apa aja yang bisa dihidangkan ya, yang ada di kulkas. Buat makan malam nanti."
" Baik Nya." Mbok Tri kemudian bergegas, menuju dapur dan mulai memasak.
Malam pun akhirnya tiba. Suasana rumah yang terasa sepi malam itu membuat Nyonya gelisah. Nyonya yang duduk sedari tadi di meja makan menunggu Sang Konglomerat untuk pulang ke rumahnya.
Teng Suara dentang jam besar yang ada di ruang tamu yang terdengar hingga ke seluruh ruangan rumah menunjukkan pukul 21.00. Dan Sang Konglomerat masih saja belum menunjukkan batang hidungnya untuk muncul di hadapannya. Sementara Nyonya hanya bisa memandangi, mengambil lalu meletakkan kembali ponsel yang ada di depannya dengan resah.
" Ada apa ini?" Mbok Tri yang melihat majikannya gelisah. Namun dia hanya bisa melihat dari kejauhan.
Beberapa saat terdengar suara klakson mobil dan Nyonya terlihat sumringah dan segera berlari ke arah pintu utama.
Mbok Tri hanya melihat tingkah majikannya yang terasa tidak biasa. Tidak seperti Nyonya yang dia kenal dahulu waktu di rumah lama.
Cup. Sang Konglomerat yang mendaratkan sebuah ciuman ke kening sang Nyonya.
Sementara Mbok Tri yang ada di dapur melihat dari kejauhan dan melotot matanya membulat sempurna dan mematung sejenak. Melihat Sang Nyonya dengan seorang pria yang sudah sangat terkenal sepak terjangnya di dunia perpolitikan dan siapa orang yang tidak mengenal suami sang Nyonya. Mbok Tri menelan ludahnya. Dia beralih mengintip dari balik meja bar mini yang ada di dapur. " Itu kan pak Bambang yang terkenal itu, itu suami Nyonya, bukannya dia masih...aisssh" Mbok Tri yang mengusap-usap wajahnya sendiri seolah tak percaya apa yang ada di lihatnya. " Apa ini mimpi?" Mbok Tri yang mencubit lengannya sendiri membuktikan bahwa apa yang dilihatnya bukanlah mimpi. " Ternyata benar, ini bukan mimpi." Mbok Tri kemudian bernafas dalam bingung melihat apa yang dilihat nya malam itu.
" Mbok." Sang Nyonya yang sudah berada di area meja makan.
" Iya Nya." Mbok Tri yang terkejut karena di panggil sang Nyonya sementara dia bersembunyi dari balik mini bar.
" Tolong keluarkan desernya ya mbok, yang ada di kulkas."
" Baik Nya."
" Siapa dia?" Sang Konglomerat yang menoleh ke arah Mbok Tri.
" Ini mbok Tri dan satu lagi Pak Min. Mereka sudah kerja dengan aku lama. Makanya aku ajak kesini supaya rumah juga tidak sepi. Dan aku tidak merasa kesepian jika kamu bekerja sayang."
" Okay, baiklah. Asal dia bisa jaga rahasia."
" Pasti sayang."
" Saya permisi ke belakang Tuan, Nyonya."
" Iya mbok."
Apa maksudnya dengan kata suami Nyonya yang penting bisa jaga rahasia.
Jangan-jangan
Aish...Nyonya tidak mungkin seperti itu Tri.
Mbok Tri yang terlihat sibuk di dapur melihat Sang Nyonya yang merasa bahagia dengan senyuman merekah dari bibirnya, begitu pula dengan Sang Tuan barunya yang sepertinya memang sangat mencintai Nyonya. Suasana makan malam itu terlihat hangat dan romantis seperti layaknya kaum muda yang dimabuk asmara.
" Saya tidak pernah melihat Nyonya sebahagia ini. Sepertinya memang Nyonya sangat bahagia setelah menikah dengan sang Tuan. Tapi... Ah sudahlah buka urusan saya. Nyonya baik, tidak mungkin dia seperti itu."
Mbok Tri masih memandangi pasangan suami istri yang sang Nyonya sendiri membawa jas dan juga tas kerja sang Tuan menaiki tangga menuju ruang istirahatnya. Langkah demi langkah menaiki anak tangga menuju lantai dua dengan tangan sang Tuan yang merangkul mesra pundak Sang Nyonya terlihat sekali mereka bahagia.
Pak Min yang memasuki rumah dan disambut dengan Mbok Tri. " Pak Min...Pak Min." Bisik-bisik Mbok Tri kepada Pak Min.
" Opo Tri." (apa Tri)
" Kamu sudah lihat suami Nyonya belum.
" Belum, tadi aku cuma buka gerbang pagar, terus aku hanya lihat dari belakang pas Tuan masuk ke dalam rumah."
" Suami Nyonya itu bukan orang sembarangan pak Min, aku tahu dan pernah lihat di tv."
" Hah, artis." Pak Min yang terkejut dengan penjelasan Mbok Tri dan mengeraskan suaranya.
" Sssst." Mbok Tri yang menutup mulut Pak Min dengan telapak tangannya.
" Bukan. Ta-pi..."
" Tapi Sopo (Siapa) Tri?"
" Ah, sudahlah. Tidur sana!" Mbok Tri yang kesal dengan Pak Min yang tidak nyambung.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments