Keesokan harinya, matanya memicing bangun dari atas ranjang putih bersih tanpa noda. Tidurnya lelap tengkurap tanpa busana sehelai pun yang menutupi auratnya. Semua terlihat begitu nyata ketika hanya selimut yang menutupi tubuhnya. Sang Penyanyi kemudian tersentak dengan kedua tangan memegangi selimut tepat diatas dadanya. Bisa beranjak duduk dari tidurnya yang tengkurap itu saja, membutuhkan nafas yang terengah-engah bagaikan lari mengelilingi lapangan futsal. Rambutnya yang tergerai berantakan namun masih terlihat kecantikan yang paripurna dari wajahnya. Apa yang terjadi? Gumamnya. Kepalanya berusaha mengingat kejadian tadi malam, namun sama sekali Sang Penyanyi tidak mengingatnya.
Dia hanya duduk menunduk di atas ranjang dengan wajah yang dia sandarkan di atas kedua lututnya.
Sang Konglomerat yang berjalan menuju ke arahnya setelah dari kamar mandi. Dia hanya menggunakan handuk berbentuk kimono dan berjalan semakin dekat dengan Sang Penyanyi.
Sang Konglomerat kemudian naik ke atas ranjang dan memeluk Sang Penyanyi. Sang Penyanyi lagi-lagi tidak bisa berontak dengan apa yang sudah di lakukan Sang Konglomerat kepadanya.
" Aku tidak mau dijadikan simpanan." Jiwa berani Sang Penyanyi yang mencoba mengikis ketakutannya kepada Sang Konglomerat.
" Lalu apa mau mu?"
" Aku ingin kita ada ikatan sah, supaya kita tidak semakin berdosa dan masuk ke dalam neraka jahanam, yang aku tidak tahu suhu kepanasannya akibat kobaran apinya yang membara."
" Aku akan menikahi mu secara siri."
" Secepatnya."
" Baik, aku akan atur segalanya."
" Apa aku tidak boleh pulang?"
" Buat apa pulang. Aku sudah siapkan istana megah buat kamu tinggali bersama anak-anak kita nanti."
" Lalu bagaimana dengan istri sah kamu?"
" Haha...Masih kamu mempertanyakan mereka setelah kamu meminta aku menikahi mu?"
" Aku takut dengan mereka."
" Siapa yang berani berbicara? Tidak akan ada yang tahu."
Senyum keduanya yang penuh dengan api cinta yang bergejolak, membuat mereka lupa akan segalanya dan hanya ingin menikmati waktu berdua.
Sang Konglomerat tidak begitu saja melepaskan Sang Penyanyi tanpa pengawalan, ketika berada jauh darinya. Sang Penyanyi di antar kemanapun dia pergi. Sampai pada sebuah ruangan yang di dalamnya ada Teguh seorang Manager yang menanganinya. Pengawal suruhan Sang Konglomerat menunggu di dalam mobil dan mengawasi Sang Penyanyi dari dalam.
" Aku ingin keluar dari management."
" Sinting kamu, kenapa mendadak, di tengah jadwal masih padat."
" Guh, semua pasti ada alasannya, untuk acara partai aku akan andil, aku akan tepati jadwal aku untuk ikut serta pemilu dalam menghibur mereka yang akan maju dalam pemilihan umum. Setelah itu aku mundur dari management, dan tidak ada jadwal kontrak yang akan kita sepakati kembali."
" Kamu gila ya. Uang DP sudah masuk semua. Sebagian juga sudah aku dan kamu pakai."
" Aku akan kembalikan."
" Kamu jadi simpanan Sang Konglomerat." Teguh yang berdiri dan menatap ke arah Sang Penyanyi dengan sorot mata tajam.
" Bukan urusan kamu."
" Hehm. Belum putusan kontrak kita selesai, kamu sudah seperti Nyonya besar."
" Tolong jangan persulit aku! Aku tahu aku salah. Kita lama berteman, kita bagaikan simbiosis mutualisme, kita saling menguntungkan. Kamu bisa saja memanage penyanyi lain yang lebih bagus dari aku."
" Habis manis sepah dibuang ya."
" Aku akan kasih imbalan sebesar yang kamu mau. Satu milyar." Sang Penyanyi dengan wajah dan bibir sinis nya ketika berhadapan dengan orang seperti Teguh yang taunya hanya duit dan duit.
" Haha, tidak semudah itu. Rahasia kamu ada di tanganku."
" Kamu mau peras aku."
" Terserah apapun namanya. Jujur aku tidak butuh uang kamu. Aku hanya kamu ikuti jadwal kontrak yang tertulis dalam tahun ini. Tanpa harus kamu mengeluarkan uang satu milyar dari kantong Sang Konglomerat yang baru kamu kenal dan membuatmu mabuk kepayang dan seenak jidat ingin keluar dari management orang. Itu sama saja kamu merusak reputasi management ku. Paham!" Teguh yang tampak tegas memperlakukan Sang Penyanyi tanpa peduli Sang Konglomerat.
Sang Penyanyi hanya diam.
" Apa Sang Konglomerat kamu itu tidak sabar, hingga harus menyuruhmu cepat-cepat keluar dari dunia hiburan."
" Bukan urusan kamu."
" Apa kamu pikir tidak mencoreng nama baikku sekaligus management ku kalau kamu jadi simpanan Sang Konglomerat."
Sang Penyanyi menunduk dan memejamkan mata seolah mencari cara terbaik untuk langkah apa yang seharusnya akan dia ambil.
" Apa honor kamu kurang besar? Apa kamu takut persaingan di dunia hiburan? hingga kamu merelakan diri kamu menjadi simpanan Sang Konglomerat."
Sang Penyanyi tersentak dan berdiri dari atas tempat duduknya dan memasang wajah penuh murka menatap ke arah Teguh sang Manager.
Sang Manager bertepuk tangan dua kali dan berdiri. Sang Penyanyi dan Sang Manager saling beradu mempertahan kan keegoisannya.
" Aku hanya ingin, penyanyi ku memiliki prestasi yang membanggakan, aku hanya ingin penyanyi ku bukan penyanyi murahan yang mau dijadikan simpanan pria kaya raya."
Plak Tamparan dari telapak tangan Sang Penyanyi yang mendarat ke pipi kiri sang manager. " Tutup mulut kamu Guh! Sejak kapan mulut kamu tidak disekolah kan."
" Benar kan apa yang saya katakan."
Sang Penyanyi masih menatap sinis sang manager.
" Aku hanya tidak ingin kamu terbuai dengan uang yang hanya sementara kamu dapatkan, tapi nama baik kamu hancur, karir kamu yang puluhan tahun hancur dengan apa yang kamu lakukan. apa aku salah?"
" Aku bukan dijadikan simpanan Guh." Sang Penyanyi yang mengatakan hal itu dengan berteriak dengan menutup kedua telinganya.
" Kamu hanya berusaha menyangkal. Sudah jelas-jelas Sang Konglomerat memiliki keluarga dan istri sah. Kamu bisa mencarinya di google siapa nama istri sah dan juga nama anak-anaknya. Bahkan saya rasa kamu tahu kalau keluarga mereka sangat terpandang di negeri ini karena beliau adalah anak dari presiden kita. Siapa yang tidak tahu beliau. Apa kamu akan menghancurkan segalanya dengan menuruti keegoisan kamu? Dengan kamu sudah ingin pergi dari management saya. Itu adalah tanda malapetaka pertama yang akan kamu dapatkan, ya, kalau kamu siap dihujat oleh seluruh rakyat dicap sebagai pelakor, tidak masalah. Itu urusan kamu. Tapi ingat. Ada nama baik saya dan juga nama baik management saya yang ikut hancur karena sang manager tidak becus mengarahkan sang penyanyinya. Sang manager dianggap menjerumuskan sang penyanyi untuk mendekati Sang Konglomerat dan menjualnya hanya demi uang. Saya harap kamu pikirkan baik-baik perkataan ku barusan!"
Nafas Sang Penyanyi yang sesak karena kata-kata yang keluar dari mulut kejam sang manager yang tidak tahu kekhilafan apa yang sudah di perbuat nya dengan Sang Konglomerat. Sang Penyanyi kemudian pergi meninggalkan ruangan sang manager tanpa permisi. Brak suara pintu yang dibanting dengan keras oleh sang penyanyi.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments