" Pak Min, Pak Min, ini kopi hitam pahit kentalnya."
" Enak ini Tri, maknyus." Pak Min yang memberikan jempolnya melihat pasangan kopi hitam dan gorengan.
" Ya enaklah, siapa dulu yang nggoreng, Mbok Tri." Keduanya terkekeh.
" Tri, Tri, memang tangan kamu itu jago buat apa saja. Yang mbok suguhkan selalu enak-enak. Pantes Nyonya suka sama kamu." Pak Min yang memakan lahap pisang goreng yang berada di tangan kanannya.
Tet...Tet... suara bel pagar berbunyi. Tampak laki-laki berdiri di depan pagar yang keluar dari mobilnya.
" O, silahkan masuk pak." Mbok Tri membuka pagar dengan tergesa.
Sang lelaki yang diketahui seorang Manager dari majikannya memang sudah biasa berkunjung ke rumah.
" Silahkan masuk Pak Teguh, saya panggilkan Nyonya." Mbok Tri yang bergegas masuk memanggil Majikannya yang sedang berada dalam kamar tidurnya.
Tok...Tok...Suara ketukan mbok Tri dari balik pintu kamar.
" Iya mbok, masuk aja."
Ceklek. Mbok Tri membuka gagang pintu kamar majikannya. " Nya, ada pak Teguh datang."
" Ngapain Teguh malam-malam begini datang ke rumah." Suara lirih Mayangsari berdiri dari meja riasnya dan berjalan keluar dari kamarnya menuju ke tempat Teguh duduk di ruang tamu.
" Iya Guh, ada apa malam-malam begini?Biasanya juga telpon."
" Enggak, ini ada jadwal sibuk buat nyanyi mengisi acara pemenangan partai. Bisa nggak?"
" Bisa ajalah demi cuan."
" Ini ya, scedulenya."
" Hah, yang bener Guh, ini kan partai besar Guh."
" Trus ada masalah. Bagus dong."
" Ya nggak ada sih, ya heran saja, kenapa tidak pakai jasa penyanyi yang lebih fresh. Alhamdulilah kalau ada yang masih mau mengundang saya untuk menghibur bernyanyi di tengah banyak sekali penyanyi yang berdatangan yang lebih mumpuni."
" Iya, makanya itu."
"Ini minumnya pak Teguh." Mbok Tri yang memberikan secangkir teh manis di atas meja di hadapan pak Teguh.
" Makasih, mbok."
" Iya sama-sama." Mbok Tri berdiri dari jongkoknya dan berjalan menuju ke dapur.
" Yasudah kalau begitu, besok kita ketemu di tempat acara ya."
" Udah, gitu doang Guh." Canda Mayangsari kepada sang manager yang mengatur jadwalnya besok dan untuk beberapa bulan ke depan.
" Apalagi." Teguh yang berdiri dan ingin berjalan menuju ke pintu utama untuk keluar.
" Haha.." Mayangsari terkekeh dan ikut berdiri dan berjalan mengiringi Teguh sang managernya.
" Sampai ketemu besok ya." Teguh yang masuk ke dalam mobil dengan mengangkat telapak tangannya dan menyalakan korek api di ujung rokoknya. Menyalakan mobilnya untuk keluar dari halaman rumah Mayangsari.
" Yok." Mayangsari juga mengangkat telapak tangan kanannya sebagai tanda perpisahan.
" Mbok Tri, tolong aku pijitin aku ya!" Mayangsari yang berlalu dari hadapan mbok Tri dan masuk ke dalam kamarnya.
" Iya, Nya." Mbok Tri yang berjalan mengikuti majikannya dari belakang.
Mayangsari kemudian merebahkan tubuhnya di atas ranjang dengan posisi tengkurap dengan memeluk bantal. Mbok Tri yang duduk di samping majikannya mulai mempersiapkan staminanya. " Sudah siap Nya."
" Iya mbok."
Mbok Tri kemudian mulai memijat dari ujung pundak majikannya. Perlahan namun terasa kuat cengkraman jari jemari mbok Tri biarpun usianya sudah tidak lagi muda. Jari Jemarinya perlahan memijat turun di area punggung dan mulai berbincang. " Nya, maaf lho bertanya lancang."
" Ada apa mbok? Gak apa-apa biasa saja."
" Lha ya, Nyonya itu apa tidak bosan hidup sendiri. Apa tidak memikirkan ingin menikah trus punya suami."
" Haha." Mayangsari terkekeh. " Mbok, Mbok, ya semua wanita pasti ingin menikah dong. Ya tapi siapa ini calonnya juga belum ada mbok. Cari suami bukan kayak cari binatang peliharaan Mbok."
" Iya juga sih Nya, ya si mbok hanya kasihan saja sama Nyonya, masak harus banting tulang terus. Hidup sendiri pula di Jakarta. Kasihan kalau lihat Nyonya pulang larut malam terus kecapean. Hehe." Mbok Tri terkekeh.
" Cariin dong Mbok, Haha..." Ujar Mayangsari sambil mengeluarkan gelak tawa kecil. " Ya, doain saja Mbok semoga segera bertemu jodoh. Amin."
" Amin Nya." Mbok Tri yang memijat area telapak kaki Mayangsari.
" Makasih ya mbok, pegal-pegal di badan udah agak mendingan. Sekarang mbok Tri tidur saja."
" Baik Nya."
" O ya mbok, besok masak apa?"
" Besok masak sayur asam, goreng tempe tahu ayam sama sambal. Apa Nyonya mau dimasakin yang lain."
" Enggak, besok di taruh di kotak makan saja, paginya saya makan di mobil. Karena besok aku harus berangkat agak pagi, supaya tidak macet di jalan. kalau lebih pagi, biar aku tidur di mobi. Ketimbang pusing lihat mobil tidak gerak sama sekali karena macet." Mayangsari yang memegang kepalanya karena kesal dengan kemacetan Ibu kota Jakarta. " Sama tolong bilang ke pak Min, besok habis shubuh kita berangkat. Supaya dia siap-siap."
" Baik Nya."
" Makasih ya Mbok Tri, selamat tidur."
" Iya Nya." Mbok Tri yang membuka dan menutup pintu kamar majikannya. Mbok Tri kemudian berjalan menuju keluar dan melihat Pak Min, sedang merokok di teras rumah dengan bernyanyi lagu jadul khas Betawi sambil melihat ke arah langit gelap dengan melihat bentuk bulan tidak utuh namun sinarnya menguning keemasan bagaikan sedang terlihat ada sesosok perempuan cantik dengan rambut panjang yang tergerai.
" Heh, Pak Min." Sentak Mbok Tri yang mengagetkan Pak Min.
" Ayam...Ayam...Ayam..." Pak Min yang jenggirat langsung berdiri dari tempat duduknya dan berdiri naik di kursi, tempat dia duduk. " Kamu itu lho Tri, apa tidak bisa, tidak mengagetkan orang." Pak Min mengelus dadanya karena saking kagetnya.
" Ngelamun kan...kan..." Mbok Tri yang memberikan telunjuknya menghadap ke arah Pak Min.
" Siapa yang melamun Tri." Pak Min yang turun dari kursi. " Ono Opo Tri?" (Ada apa Tri?)
" Besok shubuh Pak Min sudah harus siap. Nyonya ada jadwal manggung."
" Shubuh? Tidak biasanya Nyonya berangkat pagi."
" Lha embuh, ora eruh." ( Ya tidak tahu)
" Yoweslah, aku tak turu." (Yasudah, aku mau tidur."
" E..e..di cek i dulu semuanya. Pagar sudah di kunci apa belum."
" Iya, iya. Ngalah-ngalahne Nyonya ae kamu iku Tri..Tri.." ( Iya, iya. Seperti melebihi Nyonya saja kamu Tri..Tri..)
Pak Min yang berjalan ke depan untuk mengecek pagar apakah sudah di kunci apa belum. Sesuai perintah Mbok Tri. Sudah biasa keduanya saling melempar canda dan ledek. Mereka sama-sama duda dan janda yang sudah berusia tua, yang masing-masing sudah di tinggal suami dan istrinya meninggal dunia. Namun mereka bagaikan kawan di dalam rumah majikan mereka. Bagaikan Tom & Jerry yang suka bertengkar kecil masalah pembagian tugas rumah dan lain sebagainya. Belum lagi jika Mbok Tri yang selalu meminta Pak Min untuk mengantar ke pasar untuk belanja sayur, mereka akan heboh saling bertengkar kecil satu sama lain dari rumah sampai pasar dan pulang ke rumah kembali. Keduanya tahu bahwa apa yang diucapkan Mbok Tri kepada Pak Min hanyalah candaan semata, begitu juga sebaliknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments