Bab 3

Keesokan harinya. Mayangsari dengan menggunakan setelan atasan dan bawahan yang santai dengan rambut yang masih diikat dengan tali dan juga wajah yang sama sekali belum dipoles riasan, keluar dari kamarnya.

" Mbok, Pak Min sudah di kasih tahu kan semalam."

" Sudah Nya, itu Pak Min sedang mengelap mobil di depan."

" Mana, ini, kotak makan yang buat saya makan di mobil." Mayangsari yang sedang berdiri di depan meja makan dan menunjuk satu set kotak makan yang sudah disiapkan Mbok Tri.

" Iya, ini Nya. Mungkin ada tambahan lagi."

" Tidak usah Mbok, ini saja. Tolong bawakan ke mobil ya Mbok." Mayangsari yang berjalan menuju pintu utama dengan mengambil ponsel dari tasnya dan menghubungi Teguh sang manager. " Halo Guh, ini aku mau berangkat lho."

" O, iya...iya, kita ketemu di sana saja."

" Okay, bye." Mayangsari mematikan ponsel dan memasukkan kembali ponselnya ke dalam tasnya. Mayangsari yang berdiri di depan pintu. " Gimana Pak Min, sudah siap?"

" Sudah Nya."

" Iya sudah berangkat sekarang ya. Pak Min sudah sarapan kan?"

" Sudah Nya. Silahkan." Pak Min yang membuka pintu mobil untuk majikannya.

" Iya sudah, saya berangkat dulu ya Mbok. Jaga rumah baik-baik."

" Iya Nya, hati-hati semoga diberikan kelancaran hari ini."

" Amin." Mayangsari yang berjalan masuk ke dalam mobil.

" Pak Min kemudian menutup pintu mobil dan masuk di dalam mobil. Mobil dinyalakan dan mulai berjalan perlahan meninggalkan rumah. Suasana lengang dengan langit yang masih hitam dan hari masih gelap membuat jalan terasa sepi. Tidak terdengar bising oleh keramaian apalagi kendaraan yang padat ditambah dengan suasana macet. Pak Min melaju menuju arah tujuan yang membutuhkan waktu sekitar dua sampai tiga jam untuk sampai ke daerah yang akan dituju oleh majikannya.

Mayangsari yang tahu, kalau perjalanannya akan terasa panjang, dia memilih menyenderkan kepala dan memejamkan mata. Sampai pada akhirnya langit tampak cerah dengan silau matahari yang menyengat wajah Mayangsari hingga dia memicingkan mata. " Alhamdulillah sudah pagi." Mayangsari yang masih menahan kantuknya dengan menguap beberapa kali di ikuti dengan mengangkat kedua lengan dan tangannya. " Saya sarapan dulu ya Pak Min." Mayangsari yang mulai membuka tempat minum dan juga kotak makan yang sudah di siapkan oleh Mbok Tri.

" Iya Nya, silahkan."

Mayangsari mulai menikmati makanan yang dibawakan oleh Mbok Tri. Satu persatu suapan nasi dan juga sayur begitu juga lauknya, dia masukkan ke dalam mulutnya dan turun ke perutnya sampai perutnya sudah terasa kenyang. Mayangsari juga masih mengunyah buah yang sudah dipotong-potong oleh Mbok Tri sebagai pencuci mulut. " Alhamdulillah Pak Min, kenyang Pak Min."

" Alhamdulillah Nya."

" Kalau Pak Min capek, kita bisa berhenti dulu."

" Tidak usah Nya. Mumpung jalanan belum macet. Nanti di Bundaran HI nya sepertinya akan macet."

" Iya makanya. Kita berangkat agak pagi, biar minimal, macetnya kita di sana saja. Syukur kalau padat aja tanpa macet."

" Iya Nya."

Mayangsari mulai mendengarkan musik dan menyenderkan kembali kepalanya di dalam mobil. Sesekali mencari cermin yang ada di kotak riasnya dan membenahi penampilannya yang masih natural tanpa polesan make-up apapun.

Mobil melaju dengan kecepatan signifikan, hingga sampai di Bundaran HI yang perkiraan mereka berdua macet ternyata, Bundaran HI cukup padat dan ramai kendaraan namun tidak seperti apa yang mereka bayangkan. Mobil melaju dengan tanpa beban dan menuju arah tujuan dimana Teguh sang manager menghubungi Mayangsari via sambungan telepon. " Halo Guh." Sahut Mayangsari.

" Sampai dimana?"

" Ini sampai di sekitaran Bundaran HI."

" Yasudah aku tunggu ya."

" Sudah sampai kamu."

" Iya aku semalam menginap di daerah sini. Habis nongkrong sama anak-anak."

" O, pantesan cepet banget sampainya."

" Yasudah, hati-hati ya, aku tunggu disini."

" Iya Bos siap." Mayangsari yang mematikan sambungan teleponnya dari Teguh sang manager dengan melempar canda.

Mobil masuk ke sebuah Hotel terkenal di kawasan Menteng. Acara kali ini di gelar di sebuah ballroom yang didalamnya sedang menggelar rapat tahunan sebuah partai besar milik Bambang T.H. Dengan di datangkannya Mayangsari untuk bernyanyi dan menghibur semua orang yang sedang berada dalam ballroom dirasa akan menambah semangat dan gairah partai dalam berkolaborasi dengan seorang penyanyi yang cukup memiliki nama panggung.

Mayangsari yang turun dari mobilnya. Disambut dengan sang manager yang membawanya ke ruang ganti dan make-up. Menaiki tangga loby sebuah hotel yang terdengar riuh dan banyak orang-orang baik laki-laki maupun perempuan dengan memakai jas kebesaran sebuah partai.

" Pelan-pelan dong Guh, narik tangannya." Mayangsari yang berjalan cepat gara-gara tangannya di tarik berjalan dengan sang manager.

Sang Manager kemudian melepaskan tangan Mayangsari dengan senyum tersungging.

" Untung lho aku masih pakai sandal jepit." Mayangsari yang menunduk dan melihat sandal jepitnya. Keduanya berdiri di depan lift, menunggu lift terbuka dan menuju ke lantai 2.

Beberapa detik kemudian lift terbuka dan keduanya masuk ke dalam lift. Lagi-lagi lift tidak serta merta tidak ada orang, melainkan full dengan orang-orang yang memakai setelan jas kebesaran lambang partai.

" Mbak Mayangsari?"

Mayangsari hanya mengangguk malu dan memberikan senyum merekah dengan salah seorang yang menyapa dalam lift. Dia malu karena penampilannya yang tanpa riasan make-up apapun yang menghiasi area wajahnya.

" Mbak boleh minta foto."

" Punten ibu. (Maaf ibu) Bagaimana kalau nanti saja ibu, kan saya mengisi acara di rapat ibu. Biar saya dandan paripurna dulu ya ibu."

" O, begitu baik kalau begitu mbak Mayang."

Pintu Lift terbuka. Semua yang berada dalam lift satu persatu berjalan keluar. Sang manager menarik tangan Mayangsari menuju sebuah kamar yang sudah di siapkan untuk ruang ganti dan make-up.

" Kita nyanyi kan Guh?" Canda Mayangsari.

" Enggak, gua jual lu." Wajah serius sang manager menimpali pertanyaan Mayangsari.

" Haha." Mayangsari tertawa terbahak. Jual berapa Guh? Ogah kalau tidak mahal uangnya tidak bisa sampai tujuh turunan." Mayangsari tidak berhenti melempar canda ke sang manager.

" Sana jadi istri keduanya pak Bambang T.H. baru bisa."

" Haha." Mayangsari tertawa lepas. " Emang mau Guh orangnya ke Eike. Secara konglomerat kelas kakap gitu loh. eh, btw kok gak sampai-sampai."

" Noh, kamarnya yang paling ujung." Sang manager yang menunjuk dengan telunjuknya menunjuk ke arah kamar yang paling ujung.

" Ampyuuun Guh, pusing. Kalau tidak gara-gara sesuap nasi udah ongkang-ongkang eike di rumah, bobok manja."

" Sudah jangan bawel. Honornya Gede bisa vakum nyanyi sampai lima tahun."

" Haha, dasar lu ya."

Keduanya berdiri di depan pintu kamar Hotel. Teguh sang manager mengetuk pintu terdahulu karena di dalamnya ada dua orang make-up artis yang membantu Mayangsari menyiapkan baju ganti dan riasan make-up untuk tampil menghibur para dewan partai yang sedang rapat.

Tok...tok... ketukan pintu dari kepalan genggaman batas jari.

" Iya, sebentar, suara dari dalam kamar."

" Silahkan masuk pak, Mbak Mayang."

" Iya, terimakasih." Sahut Mayangsari.

" Acaranya nyanyi gue jam berapa Guh?"

" Iya aku, ke ballroom dulu memastikan tidak molor waktu rapatnya. Jadi sesuai jadwal yang aku berikan kemarin. Nanti aku calling dari ballroom. Acaranya di lantai 5 ya, jangan lupa!" Teguh yang meninggalkan Mayangsari yang sedang merias diri di depan cermin di bantu oleh dua make-up artis sekaligus.

" Okay." Tampak Mayangsari yang rambutnya sedang di pegang oleh salah satu make-up artis. Sementara yang satunya memberi riasan di wajahnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!