Bab 5

Tin...Tin...Suara klakson mobil Pak Min di depan pagar rumah sang Majikan.

" Iya...iya..." Mbok Tri yang lari tergopoh dari dalam rumah menuju pagar dan segera membukanya.

" Lho, kok Nyonya tidak ada di dalam mobil Pak Min." Mbok Tri yang heran karena tidak melihat sang Majikan duduk di dalam mobil.

" Iya, saya disuruh pulang duluan."

" Terus?" Mbok Tri yang bingung karena tidak biasanya sang Majikan seperti itu.

" Sudah lah Tri, siapin saya makan siang, saya lapar."

" Lah...lah...lah...lagak mu kayak majikan aja Pak Min...Pak Min..." Mbok Tri yang berjalan mendekat ke arah Pak Min dan menuju dapur.

Pak Min yang berjalan di belakang Mbok Tri dan mengikuti langkah kakinya menuju ke arah dapur.

" Ini makannya! Ambil sendiri."

Keduanya sangat cocok sekali jika mereka bertengkar kecil seperti itu. Wajah kesal dibalut dengan canda seperti sudah biasa mereka lakukan setiap harinya.

" Enak ini Mbok Tri." Pak Min yang mengelus perutnya dan menggelengkan kepalanya melihat menu makanan yang ada di atas meja dengan nafsu yang sudah tidak sabar lagi. Dia kemudian berlari kecil mengambil piring dan sendok, menggeser kursi dan duduk nyaman mengambil satu persatu menu yang tersaji di meja makan.

" Pak Min, tadi kan belum dijawab. Kemana Nyonya kok tidak pulang sama kamu."

" Aku juga tidak tahu Mbok Tri, Wong(orang) aku nunggu Nyonya di tempat parkir basemen kok." Pak Min yang menikmati makanannya dengan lahap.

" Ya, kan Nyonya tidak biasanya begitu Pak Min."

" Ssst, kamu itu mbok ya sudah, jangan ingin tahu terus urusan pribadi Nyonya."

" Siapa yang ingin tahu urusan pribadi Nyonya, orang aku cuma tanya, kenapa Nyonya pulangnya tidak sama kamu. Sudah lah Pak Min kamu itu bikin sewot." Mbok Tri yang beranjak dari tempat duduk di hadapan Pak Min.

" Haha, Mbok Tri...Mbok Tri...begitu saja marah, kopi ku endi?" (kopi ku mana?)

" Nggawe o dewe!" (Buatlah sendiri!) Mbok Tri yang meneruskan langkahnya menuju teras belakang rumah untuk menjemur pakaian yang belum selesai dia jemur sekaligus menyirami bunga yang ada di taman belakang rumah.

Sementara pemandangan berbeda dengan Mayangsari dengan Sang Konglomerat yang sedang sibuk berbelanja berlian di toko berlian di sebuah Pusat Perbelanjaan yang ternama di Ibu Kota Jakarta. Tampak sebuah cincin berlian segede gaban yang menghiasi jari jemarinya. Tidak hanya satu atau dua berlian yang dibelikan Sang Konglomerat untuknya. Melainkan Lima berlian cantik dengan kilauan yang mengkilap menyilaukan mata bagi setiap insan yang melihatnya.

" Ini terlihat cantik di jari mu." Jemari Sang Konglomerat yang memegangi punggung tangan Sang Penyanyi.

Sang Penyanyi mengangguk dan tersenyum manis dan merekah. Dia tidak bisa berkata-kata lagi atas apa yang telah dilakukan Sang Konglomerat kepadanya. Dia hanya bisa mengikuti titah Sang Konglomerat terhadap apa saja perhatian yang diberikan kepadanya.

Semua pegawai bahkan memandangi. Sang pemilik Toko tampak tersenyum dan tahu akan satu hal rahasia bahwa Sang Konglomerat ternyata memiliki wanita spesial selain istri sahnya. Sang pemilik Toko juga diberikan imbalan yang sepadan untuk merahasiakan dan menutup mulut semua karyawannya yang melihat kejadian tersebut.

" Mbak Mayang terlihat cantik sekali dengan memakai berlian produk kami."

" Terimakasih." Sang Penyanyi hanya bisa tersenyum berbunga-bunga atas perhatian Sang Konglomerat kepadanya.

Sang pemilik Toko memberi isyarat kepada seluruh karyawannya untuk menundukkan kepala dan mengucapkan terimakasih atas kunjungan Sang Konglomerat ke Tokonya tersebut.

" Sekarang belilah tas, sepatu dan apapun yang kamu inginkan." Sang Konglomerat yang menatap dalam ke arah Sang Penyanyi dan mengusap janggutnya Sang Penyanyi dengan sentuhan lembut.

Lagi-lagi Sang Penyanyi dibuat terbuai hingga terbang ke langit ke tujuh. Tidak percaya dengan kata canda yang diucapkan kepada Teguh sang managernya sebelum acara dimulai. Serasa semesta memberinya pilihan antara surga dan neraka. Surga karena menikmati semua perhatian yang diberikan Sang Konglomerat kepadanya. Dan Neraka karena Sang Konglomerat sudah memiliki istri sah bahkan anak-anak yang menunggu setiap hari untuk kepulangannya.

Tuhan, apakah aku harus melanjutkan gejolak cinta dalam hati ini? Tapi rasanya sakit kalau aku harus terpisah jua darinya. Tidak ingin jauh darinya, karena dia telah memberikan perhatian padaku yang luar biasa, yang selama ini tidak pernah diberikan oleh lelaki manapun.

Sang Penyanyi hanya manggut-manggut dan mengikuti titah yang kesekian kalinya dari Sang Konglomerat. Memasuki Toko Tas ternama dan bermerk mendunia yang ada di Ibu kota Jakarta, membuat sang penyanyi silau akan surga yang diberikan Sang Konglomerat kepadanya.

" Selamat datang Pak." Pemilik Toko yang berjalan menuju ke arah Sang Penyanyi dan Sang Konglomerat dengan menundukkan kepalanya dan memberikan telapak tangan di dada Sang Pemilik Toko.

Sang Konglomerat yang memberikan senyum simpulnya kepada Sang Pemilik Toko. Keduanya di pandu langsung dan diberikan penjelasan tentang bahan dasar dan pembuatan tas-tas branded tersebut. Lagi-lagi yang diberikan Sang Konglomerat kepada Sang Penyanyi adalah Tas Branded keluaran terbaru dengan harga fantastis yang mencengangkan jiwa. Sang Penyanyi dibuat menelan ludah berkali-kali. Dia sepertinya sudah tidak bisa berkata-kata lagi dengan sikap Sang Konglomerat kepadanya. Perhatiannya melebihi batas manusia normal sekalipun menjadi budak cinta.

Semua Tas maupun sepatu dan juga baju branded keluaran terbaru dengan berbagai merk sudah ada di tangan sang pengawal yang sudah di persiapkan Sang Konglomerat untuk membawakan belanja hari ini ke dalam mobil yang terparkir di basemen.

Keduanya kemudian berjalan menuju makan malam private VIP yang sudah di persiapkan oleh Restauran Jepang yang berada tidak jauh dari dimana mereka berbelanja. Masih berada di dalam satu Pusat Perbelanjaan Ternama di Ibu Kota, keduanya menikmati makan malam intim.

Keduanya duduk berhadapan " Apa ini tidak berlebihan."

" Tidak." Sang Konglomerat yang memberikan satu gelas cantik berkaki panjang yang berisikan minuman anggur yang mengandung alkohol 99% dan memberikannya kepada Sang Penyanyi.

Sang Penyanyi menggelengkan kepalanya berulang. Isyarat menolak untuk mabuk kepayang.

Lalu Sang Konglomerat memberikannya dengan sorotan mata tajam menggoda penuh rayuan. Usahanya pun berhasil. Satu gelas berkaki panjang berisikan alkohol dengan aroma anggur yang menyengat pun di raih oleh Sang Penyanyi.

Apa ini, bayaran yang harus saya terima, karena dia telah membelikan saya semua barang mewah tadi. Mata Sang Penyanyi yang tak berhenti melihat isi dalam gelas cantik yang dipeganginya. Hidungnya tidak berhenti mencoba meresapi aroma anggur menyengat yang siap membawa dirinya ke neraka yang sesungguhnya. Nafasnya sesak keluar tak beraturan, tanpa waktu lagi matanya terpejam dan meneguk segelas anggur dengan kepala mendongak ke atas sebagai bentuk pertaruhan nama baiknya.

Bersambung

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!