18

Tanpa Maura sadari, seorang laki-laki berjalan ke arahnya, dia melihat Maura yang tak tampak kebingungan dengan mobil di hadapannya. "Assalamualaikum. Ada yang bisa saya bantu?" tubuh Maura seketika menegang saat mendengar suara pria di sampingnya yang terkesan tiba-tiba. Dengan syok ia langsung mengarahkan senter hpnya ke depan wajah pria itu.

"Lo?!" pekik Maura kencang. "Kenapa lo—" ucapan Maura terhenti sesaat.

Yusuf menghentikan ucapan Maura dengan cepat. "Maaf, itu senter nya," potong Yusuf sambil menutup kedua matanya dengan tangan kanan.

Spontan Maura langsung menjauhkan ponselnya dan menatap kembali Yusuf yang tak pernah dia sangka akan bertemu kembali. "Eh sorry sorry. Lagian lo kenapa sih ngagetin?" protes Maura.

"Bukan ngagetin, kali aja ada yang bisa saya bantu," jawab Yusuf.

"Mobil gue mogok, lo ngerti soal mobil?" tanya Maura sedikit tenang karena saat ini dia tidaklah sendirian dan juga ada seseorang yang akan membantunya. Namun, raut wajah Yusuf yang tersenyum ragu membuat Maura juga ragu akankah Yusuf bisa membantu dirinya memperbaiki mobil atau tidak.

Yusuf tersenyum kecil, dia menggelengkan kepalanya pelan. "Saya juga gak ngerti soal mobil, tapi tenang. Ada pak Didi yang bisa benerin, dia belum tidur," ucap Yusuf dengan sopan.

Maura mengerutkan keningnya bingung, dia tidak mengerti dengan apa yang sedang Yusuf maksud. "Pak Didi, siapa?" tanya Maura ragu.

"Supir," jawab Yusuf dengan sabar.

Mulut Maura langsung berbentuk 0, seolah langsung mengerti dan pada akhirnya mengangguk. "Oh, oke deh. Gue tunggu disini, awas kalo lo ninggalin gue," ancam Maura waspada, jika buka Yusuf siapa lagi yang akan membantunya.

"Astagfirullah, saya gak akan sejahat itu," kekeh Yusuf.

"Iya iya. Gue percaya, ya udah cepetan," ucap Maura malas sambil menggibaskan tangannya, mengisyaratkan Yusuf agar segera pergi dan setelah itu garis bibir Maura membentuk senyuman kecil, rupanya pria laki-laki yang dia temui tadi cukup baik dan sopan.

Tak lama senyum Maura mulai mengembang saat melihat Yusuf dengan seorang laki-laki paruh baya yang datang menghampirinya. "Permisi neng, biar bapa bantu," ujar laki-laki tersebut yang Maura yakini bernama pak Didi.

"Eh iya pak. Boleh," sahut Maura sopan lalu dia sedikit memundurkan tubuhnya dan menolah ke arah Yusuf yang berdiri di sebelahnya. "Lo asli orang Bandung?" tanya Maura, sedikit memperhatikan wajah Yusuf yang sedang fokus pada pak Didi.

Yusuf mengalihkan pandangannya pada Maura lalu dia menggelengkan kepalanya.

"Bukan, saya di Bandung baru sehari," jawab Yusuf. Berbicara dengannya benar-benar terasa tenang, nada bicara yang lembut dan sopan membuat siapa saja langsung merasa segan.

"Oh, emang pernah tinggal dimana?" tanya Maura yang mulai merasa penasaran dengan Yusuf.

"Dari lahir sampai umur lima tahunan saya tinggal di Jakarta, dua bulan di Garut, terus pindah lagi ke Tangerang, dan terakhir disini," jawab Yusuf dengan senyum di akhir ucapannya.

Maura cukup bingung dengan tempat tinggal Yusuf yang berpindah-pindah, pada akhirnya dia pun memberanikan diri untuk bertanya lebih. "Bokap lo dinas nya pindah-pindah ya?"

"Waduh kalo udah di tanya itu saya suka bingung jawabnya," jawab Yusuf, senyumnya seketika itu juga menjadi kaku.

Maura lagi-lagi mengerutkan keningnya bingung. "Kenapa lo harus bingung? Ya tinggal jawab aja."

"Ceritanya panjang."

"Oh oke, sekarang gue ngerti. Masalah keluarga ya?" tanya Maura, Yusuf mengangguk. Selang 2 menit suasana terasa dingin, Maura sedikit bingung dengan apa yang harus dia lakukan, Yusuf seakan sedang asik memperhatikan pak Didi yang fokus pada mesin mobil. "Gue haus," gumam Maura pelan tanpa sadar.

"Kita cari minum didepan aja, kebetulan ada kios," ucap Yusuf.

"Oh yang deket gerbang pos satpam?"

Yusuf tersenyum tipis sambil mengangguk. "Pak, Yusuf ke warung dulu ya," pamit Yusuf terlebih dahulu.

___

"Jadi 16 ribu," ucap pemilik kios tersebut.

Maura mengulurkan tangannya mengambil botol minum dan menoleh ke arah Yusuf. "Udah dari gue aja." Maura membuka tas kecil berwarna hitamnya. Namun sebelum ia mengeluarkan uang miliknya Yusuf sudah lebih dahulu memberikan uang kepada pemilik kios.

"Kembaliannya a," Yusuf mengambil uang kembalian tersebut.

"Ih, kenapa lo yang bayar," protes Maura.

"Saya kan laki-laki. Masa laki-laki dibayarin sama perempuan," kekeh Yusuf pelan. "Yuk," lanjut Yusuf yang berjalan terlebih dahulu meninggalkan Maura.

Terpopuler

Comments

sakura🇵🇸

sakura🇵🇸

kayak api ketemu air😍

2022-08-19

0

Triiyyaazz Ajuach

Triiyyaazz Ajuach

Yusufnya kalem bgt

2022-08-16

0

Djuniati 123

Djuniati 123

wah Maura yg bar² lawan yusuf yg kalem😁

2022-08-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!