...🍃...
...Ingat. Kematian itu pasti, namun tak tau kapan dan dimana-nya. Apa yang sudah kita punya untuk bekal nanti?...
...🍃...
Yusuf memejamkan matanya sambil menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi mobil yang terasa nyaman. Dia masih merasa tak enak hati melihat wajah murung Aisyah dan beberapa anak pesantren yang lainnya. "Nak Yusuf," panggil pak Firman cukup lembut sambil menepuk bahu Yusuf pelan membuat Yusuf membuka matanya dengan cepat. "Maaf kalo nanti dirumah bapak sepi ya nak Yusuf. Bapak cuma tinggal sendirian, mbak Ersi ART dirumah bapak cuma sampe jam 5 sore. Sedangkan pak Didi yang saat ini ngejemput kita, tinggal dirumah seminggu 6 hari, setiap hari jum'at pak Didi pulang ke rumah nya," ucap pak Firman menjelaskan.
Yusuf menganggukkan kepalanya mengerti. "Tidak apa-apa pak. Maaf, kalo boleh saya tau Istri bapak kemana?" tanya Yusuf karena dia belum melihat sama sekali istri pak Firman sedari kemarin, bagaimana pun Yusuf harus mengucapkan terima kasih juga kepada orangtua angkatnya.
"Istri saya udah tenang sama anak saya di atas sana. Mereka meninggal gara-gara ngejemput saya ke Bandara," jelas Pak Firman, terlihat jelas ada raut wajah penyesalan saat mengucapkan hal itu.
"Maaf pak," ucap Yusuf merasa tak enak.
"Tidak apa-apa," jawab pak Firman sambil tersenyum.
___
Sesampainya di kediaman pak Firman, Yusuf mengikuti pak Firman yang sedang menunjukkan kamar untuk nya. Mereka berhenti di depan sebuah pintu berwarna putih. "Nah ini kamar kamu, sekarang masih jam 11 pagi, kamu tidur dulu aja. Nanti jam 3 ikut bapak ke kampus ya, sekalian liat-liat lingkungan calon kampus kamu nanti."
Yusuf mengangguk dengan cepat. "Baik pak, terima kasih."
"Iya, bapak ke kamar dulu ya. Bapak juga ingin tidur sebentar."
"Iya pak."
Setelah pak Firman pergi, Yusuf langsung masuk kedalam kamarnya. Ia menyimpan 2 tas besarnya diatas ranjang. Mungkin mandi lebih menyegarkan, pikirnya.
___
"Nah ini kampusnya," ujar pak Firman. Yusuf mengangguk lalu keluar dari dalam mobil.
"Mau ikut keruangan bapak atau makan sore di kantin?"
"Saya keliling kampus aja pak, ingin lihat-lihat," jawab Yusuf.
"Kalo begitu bapak keruangan bapak dulu ya. Ada taman disana." Pak Firman menunjuk sebuah taman yang lumayan luas.
"Iya pak," jawab Yusuf mengerti.
Pak Firman mengulurkan sebuah ponsel yang baru saja dia keluarkan dari dalam sakunya. "Ini ponsel buat kamu. Nanti bapak telepon."
"Tidak perlu pak, saya tunggu di taman saja," tolak Yusuf lembut.
"Ambil, bapak sengaja beli ini buat kamu," ucap pak Firman tak kalah lembut.
Dengan ragu pada akhirnya Yusuf mengambil ponsel tersebut. "Terima kasih pak."
"Iya. Anggap saja bapak ayah kandung mu sendiri," ujar pak Firman.
***
"Hai sayang," panggil seorang perempuan, senyum terukir diwajahnya sambil memeluk buku yang dia bawa.
"Kok tumben lama banget sayang?" tanya laki-laki itu santai namun tak menutupi raut wajahnya yang sedikit kesal.
"Iya, tadi pembagian kelompok dulu," ujar Maura. Dia memajukkan kepalanya hendak mencium pipi lawan bicaranya, namun dengan cepat Satria menahan bahu Maura dengan tangannya.
"Ini dikampus!" tolak Satria. "Maura." Maura langsung menengok kearah Satria, tak biasanya ia memanggil namanya. "Ada yang mau aku omongin ke kamu," ucap Satria sedikit lebih tegas, Maura sedikit cemberut dan menjauhkan wajahnya.
"Mau ngomong apa sih?" tanya Maura dengan tangan yang mulai sibuk mencari bungkus rokok dan korek.
Terdengar Satria menghembuskan nafasnya sedikit keras. "Fokus dulu ke aku ya sayang, gak usah nyari rokok." Maura mendengus kesal namun tetap menuruti perintahnya. 'Kenapa Satria jadi rese gini sih' gumam Maura. "Mamah aku gak suka sama kamu," ucap Satria cepat membuat Maura mengangkat alisnya. Mulai lagi! batin Maura.
"Terus? Masalahnya apa Satria? Cukup ya sabarnya sampai sini, gue pacaran sama lo, bukan sama nyokap lo. Kalo lo yang gak suka sama gue baru itu masalah."
"Lo?Gue? Aku ini pacar kamu Maura, aku juga ngomong baik-baik." Maura berdecak pelan, dia menggelengkan kepalanya. Satria yang melihat mood Maura sudah buruk langsung berusaha menenangkannya. "Kalo gini terus kapan kita berdua nikah sayang. Kamu tau kan syarat papa biar aku dapet posisi yang tetap? Nikah. Kita udah pacaran 2 tahun, jangan bikin malu ya," lanjut Satria masih dengan nada lembut, namun berhasil membuat Maura tak percaya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
sakura🇵🇸
wow....siapa yang tau masa lalu orang ya❤️
tiba2 dapet hidayah gimana caranya...keren
2022-08-19
0
Triiyyaazz Ajuach
wow ternyata Maura sama badungnya kaya Rani
2022-08-14
1