...🦋...
...Jangan pernah mengecewakan seseorang yang tulus, karena akan sulit mendapatkan kepercayaannya lagi. Sekuat apapun kamu menunjukkan sudah berubah, yakinlah dia tidak akan mempercayaimu sepenuhnya....
...🦋...
Suasana kampung halaman yang sangat dirindukan Yuli. Suhu udara yang dingin, jalanan dan beberapa kolam ikan yang tidak pernah berubah. "Berapa ongkosnya?" tanya Yuli saat sudah sampai di depan kampung halamannya. Yuli melirik Yusuf yang masih terlelap tidur dipangkuannya.
"Sepuluh ribu."
"Makasih ya a, ini ongkosnya," ucap Yuli sambil memberikan uang sepuluh ribu.
"Iya, saya duluan ya teh," pamitnya dengan sopan.
Yuli mengangguk lalu mulai berjalan masuk ke kampung, melewati satu gang. "Assalamualaikum Pak," ujar Yuli seraya mengetuk pintu. Tak lama pintu terbuka, memperlihatkan seorang pria berumur 43 tahun mengenakan baju koko dan sarung.
"Yuli?" tanya Lukman.
"Pak, Mas Roni," ujar Yuli sambil menangis.
"Ayo masuk dulu Yul, Sini Yusuf biar bapa yang bawa." Yuli menyerahkan Yusuf pada Lukman lalu masuk ke dalam rumah, ia duduk di ruang tamu menunggu Lukma yang tengah menidurkan Yusuf di dalam kamar. "Nih minum dulu biar tenang Yul," ucap Lukman sambil memberikan segelas teh hangat.
"Makasih pak" Yuli meminumnya sidikit lalu menyimpan diatas meja.
"Jadi kenapa Roni? Nyakitin kamu?" Yuli mengangguk.
"Mas Roni mau nikah lagi pak."
Lukman seketika terkejut mendengarnya, ia menggelengkan kepalanya pelan. "Astagfirullah. Makannya dengerin apa kata bapak, jangan nikah sama orang kota, ibu kamu juga orang kota pergi ninggalin kita buat duda kaya di sana. Pertama kamu ngenalin Roni ke bapak, bapak udah gak yakin, masuk rumah tanpa salam terus gak cium tangan bapak, diajak sholat gak mau jadi imam. Kata bapak juga nikah sama Wahyu, anaknya soleh, ya walau pun dia kerjanya petani sama guru ngaji tapi akhlaknya bagus, sawah sama kebunnya dimana-mana."
Yuli menundukkan kepalanya, dia menarik nafasnya dalam, penyesalan memang selalu datang di akhir. "Maaf pak, Yuli kira tinggal di kota itu enak. Ternyata lebih tentram disini," ucap Yuli sambil menghapus air matanya di pipi.
"Ya udah, sekarang ikut bapak ke masjid dulu ya, sholat subuh, mukena kamu masih bapak simpen dikamar kamu." Yuli mengangguk dan mengambil mukena nya didalam kamar.
__
"Eh, Yuli? Kapan kesini?" tanya Dedeh. Yuli yang sedang memilih sayuran menoleh saat mendengar suara teman lamanya.
"Eh Dedeh, tadi subuh. Dedeh apa kabar? Udah nikah?" tanya Yuli.
Wajah Dedeh pun seketika tersenyum, "Alhamdulillah sehat, baru tiga bulan saya nikah,Akhirnya saya bisa ketemu kamu. Setiap setahun sekali kamu kesini cuma sehari."
"Sekarang gak akan sehari kok Deh. Nikah sama siapa Deh?" tanya Yuli sambil tersenyum.
"Sama Ridho, temennya Wahyu. Masih ingetkan Wahyu? Yang keluarganya suka ngasih sayuran kalo panen."
"Inget lah Deh, Wahyu sekarang sama siapa?" tanya Yuli yang sedikit penasaran.
"Sama anaknya ustadz Alim, Yuyun," jawab Dedeh.
"Eh suami kamu mana? Saya sempet kaget waktu kamu nikah umur 17 tahun, mana sama si aa ganteng yang waktu itu kesini?"
Yuli menelan salivanya keras, ia malas membahas Roni. "Udah ditelen bumi," jawab Yuli ketus.
"Innalillahiwa inna ilaihirojiun, saya turut berduka cita ya Yul. Kasian anak kamu."
"Eh?" pekik Yuli bingung.
"Aduh, ini teh pada beli apa. Sok atuh cepet, mau mandiin cucu dulu," ucap seorang ibu pemilik warung sayur.
"Eh iya bu, beli kangkung sama bumbu buat ikan," ucap Yuli.
"Yul, udah tau belum lereng di sini udah mulai retak? Saya takut longsor," bisik Dedeh.
"Hus, ngomong apa kamu tuh. Jangan ngomong yang aneh-aneh, bisa jadi doa."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
sakura🇵🇸
bapak...anaknya baru dateng kok ngomongnya gitu😭😭
2022-08-15
0
Triiyyaazz Ajuach
semoga Yuli bsa bahagia di desa
2022-08-14
1
Entin Fatkurina
next next author
2022-08-14
1