...🍃...
...Dunia mungkin akan mengecewakan, tetapi Allah tak pernah mengecewakan....
...🍃...
"Yusuf, pak Firman ini dosen di universitas Bandung," ucap Kyai Abdullah memperkenalkan. "Datang nya beliau kemari khusus nya buat kamu" lanjutnya.
Seketika Yusuf mengernyitkan keningnya bingung, dia menoleh ke arah pak Firman lalu kembali menoleh pada Kyai dengan cepat. "Khusus buat saya?" ulang Yusuf.
Pak Firman tersenyum lalu mengangguk pelan, dia menatap Yusuf dengan penuh kasih sayang. "Sebelum pada Intinya bapak mau tanya sesuatu ke nak Yusuf," ucap pak Firman membuat rasa penasaran Yusuf semakin besar. "Apa impian terbesar nak Yusuf?"
"Membahagiakan orang-orang yang saya cintai," jawab Yusuf pasti, banyak orang-orang yang memperlakukannya dengan baik dan Yusuf sangat ingin membalas semua kebaikan itu.
"Selain itu? Apa nak Yusuf ada keinginan untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi?" tanya pak Firman. Yusuf terdiam, ia menoleh pada Kyai Abdullah dengan wajah bingung. Kyai Abdullah tersenyum lalu mengangguk yang mengartikan 'jawab saja'.
Dengan ragu-ragu Yusuf mengangguk, ada perasaan aneh yang seakan mengatakan jika kesempatan emas ada dihadapannya. "Ya, itu salah satu harapan terbesar saya" jawab Yusuf.
"Alhamdulillah," ujar Pak Firman dan Kyai Abdullah bersamaan. Yusuf menarik nafasnya dalam, menanti ucapan selanjutnya. "Nak Yusuf, jujur saat pertama melihat mu bapak seperti melihat anak bapak satu-satunya. Dia sangat rajin dalam kegiatan islami di masjid ataupun lomba" gumam Pak Firman.
"Sekarang anak bapak dimana?" tanya Yusuf hati-hati.
"Sudah tenang di atas sana," Yusuf terdiam berusaha mencerna perkataan tersebut.
"Maaf," ucap Yusuf dengan cepat namun pelan.
"Ah, tak usah di pikirkan," jawab Pak Firman ramah. "Apa nak Yusuf mau melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi di Bandung? Semua biaya dan kehidupan kamu bapak tanggung selama di sana," lanjutnya. Yusuf menatap Pak Firman tak percaya, mengapa ada orang sebaik itu? Hatinya bergemuruh senang, bibirnya perlahan ditarik membentuk senyuman.
***
"Jihan," seru Yusuf. Jihan yang baru keluar dari dapur menoleh.
"Eh, kak Yusuf. Ada apa kak?" tanya Jihan bingung.
"Aisyah mana?" tanya Yusuf langsung.
Jihan menoleh ke arah belakang di mana ada pintu menuju dapur lalu kembali menoleh ke arah Yusuf. "Ada di dapur kak, lagi bantuin yang lainnya bikin makan malem. Mau aku panggilin?" tawar Jihan.
Yusuf langsung mengangguk semangat. "Boleh. Makasih ya."
"Iya kak. Tunggu bentar ya kak," ucap Jihan lalu masuk kembali kedalam dapur. Yusuf menyandarkan tubuhnya disebuah pilar depan pintu dapur, matanya terpejam menghapal kata-kata yang sudah ia susun untuk disampaikan kepada Aisyah nanti.
"Kak," panggil Aisyah saat melihat Yusuf tengah memejamkan matanya. Mendengar suara Aisyah Yusuf langsung membuka matanya.
"Aisyah, assalamualaikum," ujarnya sambil tersenyum.
"Waalaikumsalam kak. Kata kak Jihan kakak nyariin aku?" tanya Aisyah sambil melirik Jihan yang menunggunya di depan pintu. Ia memang memaksa Jihan agar ikut menemaninya, mencegah agar tidak ada fitnah karena hanya berduaan dengan Yusuf.
"Iya, ada yang mau kakak omongin ke kamu," Aisyah terdiam, jantungnya berdetak dengan kencang.
"A-apa?" tanyanya gugup.
"Jawab jujur. Kamu ada perasaan juga sama kakak?" Aisyah terdiam, semburat merah kembali merona di pipinya.
"Harus dijawab sekarang ya kak?" gumamnya pelan.
"Harus sekarang, takutnya di ambil orang lain gimana?" goda Yusuf.
"Jawab aja Aisyah," ucap Jihan ikut menggoda.
"Hmm, besok aja aku jawabnya ya kak," gumam Aisyah. Yusuf tersenyum.
"Ya udah kakak tunggu besok ya," ucapnya lembut. "Lagi sibuk di dapur?" tanya Yusuf. Aisyah mengangguk.
"Lagi bikin sayur sama nasi kak," jawab Aisyah.
"Ya udah, lanjutin aja dulu ya. Kakak juga mau bantu ngajar dulu."
"Iya kak. Kalo gitu Aisyah duluan ke dapur ya kak. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam. Masak yang enak ya Aisyah," ucap Yusuf.
"Insyaallah," jawab Aisyah malu-malu. Ia membalikkan badannya kembali masuk kedalam dapur.
"Makasih yah," ucap Yusuf pada Jihan yang masih berada di depan pintu dapur.
"Iya kak, sama-sama. Oh iya kak, Besok siang kakak mau ikut nganterin Aisyah gak? Dia mau setor hapalan." Yusuf memejamkan matanya sebentar lalu tersenyum samar.
"Besok pagi saya udah berangkat ke Bandung," gumam Yusuf.
"Bandung? Ngapain kak? Lomba lagi?" Yusuf menggelengkan kepalangya.
"Alhamdulillah, saya di tawarin kuliah di Bandung. Besok jam 6 berangkat."
"Alhamdulillah kak. Tapi, Aisyah udah tahu?" tanya Jihan gugup.
"Belum, kamu jangan kasih tau Aisyah dulu ya. Besok anterin dia ke taman masjid, beres sholat subuh aja, bentar kok. Saya cuma mau denger jawaban dia sama mau ngasih surat," jawab Yusuf tenang, namun hatinya terasa berat meninggalkan Aisyah selama 4 tahun.
"Aisyah pasti suka juga sama kakak, aku yakin, tapi jangan diajak pacaran ya, langsung nikah muda aja." canda Jihan.
"Niat saya begitu Jihan," sahut Yusuf pelan. Yusuf tersenyum saat melihat Aisyah hendak berjalan keluar dapur. "Kayanya di dapur lagi sibuk Han, sampe ada yang mau nyusulin," kekeh Yusuf, Jihan menoleh kedalam dapur dan menemukan Aisyah tengah berjalan kearahnya.
"Maaf tadi aku masuk duluan, kirain kak Jihan ngikutin," ucap Aisyah dengan sedikit terkekeh. "Tadi di cariin Winda, eh malah gak ada."
"Ya udah, Kak kita pamit duluan ya," ucap Jihan.
Yusuf mengangguk. "Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam," jawab Yusuf. Setelah Jihan dan Aisyah masuk ke dalam dapur, Yusuf melangkahkan kakinya menuju ruangan Ustadz Opik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
sakura🇵🇸
masa mencuri2 kayak gini paling seru😍
2022-08-17
0
Triiyyaazz Ajuach
LDR an donk Yusuf dan Aisyah
2022-08-14
0