"Malu?" ulang Maura tak percaya.
"Kamu dengerin aku dulu, jangan salah tangkap ya. Mulai sekarang ikutin saran aku. Udah cukup urakannya, sekarang fokus buat masa depan hubungan kita, aku juga cape dan malu ditegur terus sama mamah sayang. Kamu fokus sama kuliah kamu ya, keluar dari kerjaan kamu, biar semua biaya kuliah dan lain-lain aku yang bayar. Bukan maksud aku ngelarang kamu kerja, tapi pekerjaan kamu bikin mamah aku gak suka sama kamu. Maaf, kalo didepan aku baju kamu gitu ya gak apa-apa, tapi kalo sampai disosial media gitu kayanya terlalu vulgar. Aku juga minta kamu berhenti ngeroko dan mabok ya, jangan pernah ke clubbing lagi. Bentar lagi kamu mau 20 tahun, aku mau yang terbaik buat kamu. Sebenernya aku kaget, kemarin Mama pulang dari mall negur aku, katanya kamu ada di sana, bahasa kamu sama temen-temen kamu kasar. Aku omongin gini jangan marah ya, harus belajar dewasa, jangan terlalu manja. Ada batasan kamu harus pulang ke apartemen kamu jam berapa. Ya, sayang," ucap Satria seperti sedang memberitahu anak kecil yang keras kepala.
"Udah ceramah nya?" ejek Maura malas, sudah terlalu sering Satria mempermasalahkan hal ini dan Maura cukup muak untuk saat ini.
Raut wajah Satria yang awalnya lembut mulai berubah. "Aku serius Maura," ujar Satria dengan nada bicara tegas.
"Gue juga serius! Lo hidupnya enak, bisanya cuma merintah gue buat berubah. Lo harus tau, hidup sendiran itu gak segampang yang lo kira, dengan kerjaan yang menurut lo aneh ini gue bisa makan, kuliah, kalo lo mau ambil mobil yang lo pinjemin juga gak apa-apa. Satu lagi, tanpa pekerjaan ini emang bakalan ada orang yang mau temenin gue? Gak akan ada Sat, tanpa uang mereka gak akan mau jadi temen gue. Kenapa gue ngerokok? Mabok? Gue salama ini stress, gue ke club karna gue kesepian, di Apartment sepi, gue selalu inget Ayah Ibu gue. Terus lo bilang gue jangan terlalu manja? Gue manja cuma sama lo Sat, gue mau manja sama siapa lagi? Om gue? dia oranglain! Ayah Ibu gue udah tenang disana, harus gue nangis-nangis minta mereka kembali?. Oke kalo lo gak bisa nerima gue apa adanya, salah gue juga sih. Kenapa gue berani-beraninya pacaran sama cowok kaya yang keluarga nya terhormat. Tapi lo harus inget satu hal, selama ini gue gak pernah minta apa-apa ke lo kan? Karna apa? Karena gue cinta sama lo itu tulus, bukan karena harta lo. Lo banyak ngasih barang ke gue, tapi bukan gue yang minta kan? Apa susahnya sih yang tutup telinga." Satria terdiam, terbesit rasa bersalahnya dalam hati. Mata Maura mulai berkaca-kaca. "Oke gue terima lo putusin gue saat ini. Cuma satu pesen buat lo, jangan deketin gue lagi!" ucap Maura menatap tajam Satria. Ia berdiri dan langsung meninggalkan Satria yang masih bungkam dibangku taman.
"Maura aku gak mutusin kamu, jangan salah paham gini lah!" teriak Satria saat melihat Maura mulai berjalan menjauhinya. Satria berdiri, ia berlari mengejar Maura.
Maura melangkahkan kakinya dengan cepat, ia ingin segera pergi meninggalkan Satria.
'Bruk'
"Aww!" Maura berdecak kesal sambil memegang bahunya. "Lo punya mata gak sih?" teriak Maura. Hati Maura bertambah kesal saat pria di hadapannya tak menghiraukan ucapannya dan sibuk merapikan buku Maura yang berceceran.
"Hello. Can you speak Indonesian?" ucap Maura sekali lagi. Pria itu berdiri lalu memberikan 3 buku yang sudah ditumpuk kepada Maura. Wajah tampan, putih bersih, badan bagus. Namun Maura tahu, ini pasti hanyalah modus. Ia tak suka dengan pria yang gemar cari perhatian, ia lebih menyukai pria seperti Satria. Santai, ramah dan sedikit cuek dengan orang yang belum ia kenal dan membuatnya penasaran.
"Kalo jalan lebih hati-hati lagi. Jangan selalu menuduh orang lain yang salah ya mbak," ujar pria itu.
Maura mengangkat alisnya angkuh. "Mbak? emangnya gue tukang jamu. Jadi menurut lo gue yang salah?"
Raut wajah pria itu tampak heran. "Emang kamu yang salah. Saya dari tadi berdiri disini."
"Makannya jangan berdiri di tengah jalan!" pekik Maura.
Pria di hadapannya tersenyum, membuat ketampanan nya bertambah. "Ini taman dan jalan masih luas, kenapa kamu nubruk saya?" tanya nya tenang.
"Lo nuduh gue modus hah?" pekik Maura kesal.
Pria itu mengembungkan pipinya sedikit seakan menahan tawa membuat Maura semakin kesal. Namun sebelum ia memaki pria dihadapannya ini, sebuah tangan pria menggenggam tangannya. "Aku minta maaf," ucap Satria. Maura mendengus kesal dan menepis tangan Satria, namun Satria tetap menggenggam nya.
"Lepasin! mau apa lagi sih lo?" pekik Maura kesal.
"Aku minta maaf Maura, jangan kayak anak kecil gini," gumam Satria. Maura memutarkan bola matanya kesal. Pria dihadapannya menundukkan kepalanya lalu beranjak pergi.
"Eh, nama lo siapa? jangan pergi woy! Kita masih ada urusan," teriak Maura, namun pria itu tetap berjalan tak menghiraukan teriakan Maura.
"Urusan?" tanya Satria bingung.
"Apa sih? Lepasin gue, kita udah gak ada hubungan apa-apa," ucap Maura kesal sambil berusaha menepis tangan Satria. Maura mengedarkan pandangannya mencari pria tanpa nama itu, namun tak ada. "****!" gumamnya kesal. "Mau apa lagi lo? Lepasin tangan gue sekarang, gue harus pergi!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
sakura🇵🇸
nanti kamu yang modus ya maura😅😅
2022-08-19
0
Triiyyaazz Ajuach
bar bar juga Maura ternyata
2022-08-14
0