Kepincut Senior Dingin

Kepincut Senior Dingin

Pertemuan pertama

Tepat hari ini seorang gadis yang baru saja selesai melakukan sumpah dokter setelah lulus kedokteran akan mulai melakukan koas di rumah sakit terbesar di Kota Jakarta. Ia juga sudah siap dengan pakaian dokternya.

Dan gadis itu bernama Intan. Intan menarik nafasnya, mencoba menenangkan perasaan nya yang gugup. Ini merupakan pengalaman pertamanya, jadi dia tidak boleh gugup. Atau semuanya akan menjadi kacau.

Intan sudah menyiapkan dirinya selama satu minggu penuh. Mencari referensi di internet, mengulang pelajaran dia dapat, Hingga berlatih berbicara didepan cermin.

Semua itu dia lakukan tidak lain dan tidak bukan untuk menyiapkan mentalnya nanti.

"Jangan gugup Intan, kamu pasti bisa. Pikirkan semua yang telah kamu lalui hingga sampai ketahap ini. Sering kok kamu lalui hal yang kayak gini, Ayo semangat." ucap Intan menyemangati dirinya. Ya ampun, jantungnya berdetak kencang.

"Sayang cepat turun, sarapan udah jadi ni." teriak Valen, ibunya dari lantai satu.

Rumah mereka terdiri dari dua lantai, Dan kamar Intan terletak dilantai dua rumah nya. Intan merupakan anak satu-satunya Valen juga Yandra, ayah Intan. Bisa dibilang dia tidak ada saingan. Dan juga dia merupakan putri manja. Maklum, menjadi satu-satunya membuat Intan mendapat keuntungan.

"Iya ma, Intan lagi siap-siap. Bentar lagi turun." Balas Intan berteriak. Namun jangan salah sangka, dia tidak membentak ibunya. Dia berteriak hanya agar ibunya mendengar perkataan nya. Karena jarak antara dapur juga kamarnya yang jauh.

Intan memandang kembali dirinya di cermin, Ia sudah siap. Intan terlihat cantik juga cocok saat mengenakan pakaian itu. Intan pun melangkah keluar dari kamar nya, menuruni tangga menuju ruang makan.

Disana dia melihat ibu dan ayahnya yang sudah menunggunya untuk sarapan bersama. Setiap pagi keluarga mereka memang selalu berusaha untuk sarapan bersama. Namun tak jarang juga Intan sarapan sendirian karena sering kali orangtuanya melakukan perjalanan bisnis.

"Pagi pa pagi ma." sapa Intan mencium pipi ayah dan ibunya. Ia lalu mengambil tempat duduk di depan ibunya.

"Pagi sayang, Hari ini kamu udah mulai koas nya ya?" tanya sang ayah menatap putrinya. Walaupun dia sudah diberitahu oleh istrinya, Valen. Tapi dia ingin putrinya yang memberitahu nya kembali.

Ada rasa yang tidak dapat dijelaskan saat putri yang kita cintai memberitahu kan hal yang dia lakukan dengan semangat. Dan itu tandanya, dia sudah berhasil membesarkan putrinya.

"Iya pa. Intan gugup takut banget kalau banyak salah, takut teledor juga. Nanti senior-senior nya malah gak mau ngajarin Intan. Gimana kalau nilai yang Intan dapet jelek, bisa-bisa Intan gak bakalan jadi dokter deh.." ucap Intan sambil memakan sarapannya.

"Gak usah gugup sayang. Anak mama kan anak yang pintar, pasti Intan bakalan bisa kok. Yang penting nurut dan mau belajar, dokter senior nya juga pasti maklum kok kalo Intan masih salah, namanya juga masih belajar." ucap Valen menyemangati putrinya.

Valen tau, putrinya itu pasti tengah amat teramat gugup sekarang. Dulu ketika putrinya mendaftar kedokteran, mereka sangat bangga karena putrinya berani mengambil sesuatu hal yang besar. Putrinya itu bahkan tidak tidur semalaman hanya untuk menunggu pengumuman hasil tes nya.

Menunggu, apakah dia lulus atau tidak. Dan ternyata putrinya itu dinyatakan lulus. Valen sangat bahagia ketika melihat putrinya yang sangat bersemangat memberitahu kelulusan nya kepada dirinya dan suaminya. Dan sebagai hadiahnya, Valen dan suaminya membawa putrinya itu liburan ke luar negeri dan membelikan putrinya sebuah mobil.

"Iya ma." jawab Intan kembali melanjutkan sarapannya. Intan berdoa, semoga nanti dia tidak membuat kesalahan atau semuanya bisa runyam.

Kegiatan sarapan mereka telah selesai, Intan berpamitan kepada ayah dan ibunya.

"Intan berangkat dulu ya pa ma. Bye. Love you." ucap Intan melambai, mengambil kunci mobil lalu berlari menuju mobil kesayangannya dengan body berwarna merah dan interior nya berwarna merah muda. Warna kesayangannya.

Mobil itu adalah hadiah yang diberikan oleh papanya ketika dia dinyatakan lulus saat dia mengambil kedokteran. Dan sampai sekarang, mobil itu tetap dia gunakan dan selalu dia bawa kemana pun dia pergi selama dia membawa mobil. Maklum, mobil kesayangan.

Jam sudah menunjukkan pukul 8 pagi, tapi Intan belum juga sampai. Intan menambah kecepatannya. Ia takut terlambat, Tidak mungkin kan hari pertamanya melakukan koas dia malah terlambat. Apa kata senior-seniornya nanti. Bisa-bisa dia dicecar. Oh tidak, Intan tidak mau!!

Intan menghentikan mobilnya ketika ia sudah sampai diparkiran rumah sakit. Rumah sakit dengan nama Kusuma Hospital itu terlihat sangat besar dan juga megah, Tidak heran jika rumah sakit ini termasuk salah satu rumah sakit ternama dan terbesar di Jakarta. Intan memang tidak salah pilih tempat.

Intan berjalan cepat melangkah menuju lobi. Saat hendak menuju lift dari sisi kirinya tiba-tiba lewat seorang laki-laki berjalan dengan cepat dan menabrak bahu kirinya. Intan yang kaget pun langsung mencoba menahan keseimbangan tubuhnya agar tidak terjatuh.

Intan hendak berteriak kesal, namun dia urungkan saat melihat laki-laki itu berjalan dengan tergesa-gesa.

Mungkin dia sedang buru-buru, pikir Intan.

Intan kira laki-laki itu mungkin saja keluarga pasien yang hendak melihat keluarganya yang sakit, namun ternyata laki-laki itu mengenakan pakaian dokter.

Intan mengerutkan keningnya bertanya-tanya.

Apa ia juga salah satu mahasiswa yang ikut koas di rumah sakit ini. batin Intan.

Saat laki-laki itu masuk kedalam lift dan berbalik memencet tombol lift, Intan akhirnya dapat melihat wajah laki-laki itu. Intan membulatkan mata terkejut, wajah laki-laki itu sangat tampan, Intan baru melihat ada mahasiswa kedokteran yang setampan pemuda itu.

Apa aku yang kudet ya jadi gak tau kalau ada mahasiswa yang berwajah sangat tampan seperti itu. batin Intan.

Pintu lift itu pun tertutup. Intan berdecak sebal. Ia belum puas memandangi wajah tampan itu.

"Siapa ya namanya, dia tampan banget mana tinggi lagi."

"Tunggu-tunggu. Kenapa jantung aku berdetak kencang banget? Ini kenapa? Apa aku baru aja jatuh cinta? cinta pandangan pertama?" Gumam Intan berbicara sendiri.

"Ini gak bisa di biarin. Dia itu tipe ideal aku banget. Aku harus tau namanya segera. Tunggu aku tampan. Calon kekasih mu ini datang."

Senyum bodoh Intan langsung terbit, hatinya berbunga-bunga saat ini. Intan pun melangkahkan kakinya masuk kedalam lift satunya. Ia memencet tombol yang ada di sana. Lift itu pun membawanya kelantai 8, lantai dimana senior nya berada.

Intan keluar dari lift dan langsung pergi mencari ruangan dokter Gina, Dokter Gina adalah senior yang akan membimbing dia selama ia koas di rumah sakit itu.

Intan berjalan dan bertanya pada salah seorang perawat yang kebetulan lewat didekatnya.

"Maaf mengganggu sebentar, Apa senior tau dimana ruangan dokter Gina? Saya adalah mahasiswi yang akan dokter Gina bimbing." ucap Intan menatap perawat didepannya. Sepertinya usia mereka tidak berbeda jauh.

"Kau tinggal lurus saja, Lalu belok kiri. Nanti kau akan bertemu pintu yang bertuliskan dokter Gina." ucap perawat itu tersenyum sambil menunjukkan jalan.

"Baiklah. Terima kasih banyak senior." ucap Intan membalas senyuman perawat itu.

Intan lalu pergi mencari ruangan seperti yang diucapkan perawat tadi. Setelah mencari ia pun menemukan sebuah pintu yang bertuliskan dokter Gina.

Intan mengetuk pintu di depannya. Menunggu suara seseorang dari dalam ruangan itu. Tak lama seseorang yang berada didalam itu pun menyuruhnya masuk.

"Masuklah." ucap dokter Gina.

Intan membuka pintu dan berdiri di depan meja dokter Gina. "Selamat pagi dokter Gina. Saya Intan, Mahasiswa koas yang akan dokter Gina bimbing." ucap Intan memperkenalkan diri.

"Duduk lah Intan, tidak usah canggung begitu dan jangan terlalu formal saya kurang suka hal itu." pinta Gina.

Intan mengangguk, kemudian mendaratkan bokong nya di kursi yang berada didepan meja dokter Gina.

"Baiklah, Karena kau baru pertama kali jadi hari ini kau hanya perlu menemaniku untuk memeriksa beberapa pasien. Agar kau juga bisa belajar dari sana." ucap dokter Gina dengan senyuman diwajahnya. Senyumnya sangat teduh menurut Intan.

"Baik dokter Gina." ucap Intan membalas senyuman itu.

Dokter Gina juga Intan bercerita panjang lebar. Saling mengakrabkan diri. Intan bersyukur dokter Gina yang menjadi seniornya karena menurut Intan, dokter Gina merupakan dokter yang baik. Terlihat dari pembawaannya yang tenang.

Dan sepertinya Intan tidak akan terkenal mental selama koas jika dokter seniornya adalah dokter Gina.

Terima kasih Tuhan, setelah mengirimkan dokter Gina sebagai senior ku. batin Intan.

*****

Intan dan dokter Gina pun berjalan menuju ruangan dimana pasien-pasien yang akan mereka periksa dirawat. Namun saat hendak berbelok ke lorong kiri Intan tak sengaja menabrak sesuatu yang keras. Intan mengusap keningnya yang sedikit sakit.

Namun sebelum Intan dapat melihat apa yang dia tabrak, orang didepannya malah berteriak.

"Apa kau buta? Kau tidak bisa menggunakan matamu dengan benar. Kau bahkan tidak bisa melihat jalan dengan benar hah!! Bagaimana jika kau menabrak pasien bukan aku." ucap lelaki itu marah.

Intan menundukkan kepalanya mendengar bentakan itu. Intan yang tidak pernah dibentak pun jadi sedih.

"Maafkan saya dokter. Saya benar-benar tidak sengaja. Sekali lagi maafkan saya." ucap Intan bersungguh-sungguh.

"Sudahlah Dirganta, Intan juga tidak sengaja. Dan juga kan yang dia tabrak bukan pasien. Kenalkan ini Intan, Mahasiswi koas yang akan menjadi asisten ku selama dia koas disini." ucap Gina memperkenalkan Intan.

"Aku tidak peduli siapa dia. Yang jelas dokter Gina harus mengajarinya agar bisa melihat jalan dengan benar. Bahkan jika perlu bawa dia untuk memeriksakan mata nya. Dia juga bahkan tidak bisa fokus, lalu bagaimana jika dia menjadi dokter nanti. Aku tidak bisa membayangkan hal itu." ucap dokter laki-laki itu pedas tanpa memikirkan perasaan Intan.

"Sekali lagi saya lihat kamu seperti ini, saya bakalan ajukan perpindahan kamu Atau bahkan nilai kamu akan saya buat jelek. Permisi." ucap Dirganta berjalan cepat pergi sana.

Melihat dokter itu yang sudah pergi Intan akhirnya kembali menaikkan pandangannya. Ia lalu melihat siapa dokter yang ia tabrak tadi. Mata serta mulut nya membulat. Ternyata yang dia tabrak barusan adalah dokter tampan yang menabrak bahunya tadi pagi.

Astaga, lelaki itu ternyata bukan mahasiswa yang sedang koas, tapi seorang dokter. Bahkan merupakan senior disini. pikir Intan berteriak dalam hati.

"Mm.. dokter Gina, siapa dokter tadi? Kalo dilihat-lihat tempramen nya sangat buruk. Apa pasiennya gak serangan jantung kalo dia seperti itu?" tanya Intan kepada dokter Gina.

"Itu dokter Dirganta, sifatnya memang seperti itu. Ia sangat dingin dan irit bicara, banyak dokter wanita dan perawat yang menyukai nya tapi dia tidak pernah tertarik dengan siapapun. Dan jangan cari gara-gara dengannya atau kau akan mendengar perkataan pedasnya lagi." ucap Gina menjelaskan siapa Dirganta juga memperingati Intan agar menjauh dari Dirganta.

"Bahkan ada rumor yang mengatakan jika dia tidak tertarik pada wanita. Karena kabar kehidupan asmaranya memang tidak ada yang tau. Jadi kalo kamu ketemu dia mending kamu menghindar aja. Dia bakalan cecar siapapun yang berbuat salah di rumah sakit ini."

"Baik dok, saya bakalan ingat." balas Intan.

Tidak menyukai perempuan? Intan bergidik ngeri membayangkan wajah tampan itu sia-sia. Kenapa sekarang banyak sekali laki-laki yang tidak normal.

Tapi jika Intan pikirkan, itu hanya gosip yang tersebar diantara para dokter juga perawat kan. Dan gosip itu belum tentu benar. Intan yakin, Pasti ada sesuatu yang membuat Dirganta menutup dirinya.

Intan menjadi tambah semangat untuk mendapatkan Dirganta, bayangkan bagaimana terkejut nya para perempuan yang berusaha mendekati Dirganta akhirnya tau jika Intan yang mendapatkan Dirganta.

Oh Intan pasti akan sangat sombong. Dia akan memamerkan Dirganta pada semua orang karena dapat berhasil mendapatkan lelaki dingin itu.

Lamunan Intan saat dokter Gina bersuara.

"Sekarang ayo kita pergi."

Intan hanya mengangguk. Sekarang ia tau siapa nama dokter tampan itu. Dirganta. Intan akan mengingat nama itu. Intan memegang dada kirinya, jantungnya berdetak kencang lagi. Ah, ternyata begini rasanya saat jatuh cinta..

Intan dulu pernah menyukai seseorang, namun hanya sebatas menyukai karena orang itu sangat baik menurut Intan. Dan itupun ketika dia masih sekolah atas atau SMA.

Intan mengaguminya dari jauh. Tidak berani mengungkapkan perasaannya karena Intan tidak berharap untuk memiliki kekasih. Dan puncaknya ketika orang yang dia sukai itu mulai mendekatinya, dan akhirnya menyatakan perasaan padanya.

Dan jawaban Intan adalah dia tidak mau menjadi kekasih lelaki itu. Perlu Intan ingatkan jika dia "Hanya Menyukai" tidak mencintai. Dan setelah penolakan itu, lelaki itu mulai menjauh dari Intan.

Namun walaupun begitu, Intan masih menyukai lelaki itu. Dan Intan semakin yakin saat dia sudah kuliah, Intan tidak lagi menyukai laki-laki itu. Walaupun Intan sering melihatnya karena mereka satu universitas.

Banyak yang mendekati Intan mulai dari dia smp, sma hingga kuliah. Tapi tidak ada satupun yang bisa menarik perhatian Intan karena Intan hanya fokus pada kuliahnya. Dia tidak berpikir untuk menjalin hubungan dengan siapapun.

Dan untuk pertama kalinya Intan akhirnya merasakan jatuh cinta. Pada dokter senior yang baru pertama kali dia lihat. Dan dokter senior itu Dirganta, dokter yang amat sangat dingin. Membuat Intan menjadi tambah ingin memiliki nya.

______________________________________________

Hallo selamat datang di cerita ku. Semoga kalian suka ya..

Terima kasih..

Jangan lupa follow author!!

Vote, komen, dan like juga ya:)

Terpopuler

Comments

FR

FR

menarik thor

2023-12-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!