...🍁🍁🍁🍁...
Dirganta membaringkan Intan di atas kasurnya. Dirganta tak berniat membawa Intan ke apartment nya, dia hanya terpaksa membawa gadis ini dengan alasan tidak mungkin mengantar anak orang pulang ketika mabuk.
Dan dengan liciknya, Dirganta berpura-pura menjadi Intan dengan mengirim pesan pada kedua orang tua Intan, jika ia menginap di rumah temannya. Dia bersyukur jika Intan tidak membuat password pada ponselnya, sehingga rencananya berjalan dengan mulus. Dirganta bukan dirinya lagi. Baru kali ini ia melakukan hal seperti ini dan hanya untuk seorang gadis.
Dirganta membuka jasnya, melemparkannya ke sembarang arah, Ia sangat letih. Dirganta membuka sepatunya lalu ikut membaringkan diri di atas kasur itu. Jika dia tidur di sofa besok badannya pasti akan sakit karena tidur dengan tidak nyaman. Dirganta kembali menatap wajah polos Intan, ternyata jika sedang tidur wajah gadis didepannya ini terlihat sangat cantik.
Dirganta tak sengaja menatap bibir merah muda yang sedikit terbuka. Dirganta masih mengingat bagaimana rasa ciuman itu. Ia bahkan menginginkannya lagi. Entah apa yang telah gadis batu itu berikan padanya, sehingga ia bisa bertindak sejauh itu.
Dirganta menyingkirkan anak rambut yang menutupi bagian wajah Intan. Dirganta tersenyum tipis. Dulu ketika pertemuan pertama mereka, ia sangat kesal dengan gadis ini. Ia bahkan sering menghukum Intan karena sering lalai dalam tugasnya. Tapi sekarang ia bahkan tidak tau bagaimana perasaannya.
Apakah ini yang dinamakan benci jadi cinta??
Dirganta memejamkan matanya. Dia tidak mencintai Intan. Dia hanya merasa tertarik dengan sosok keras kepala ini, tidak lebih.
Dirganta memejamkan matanya, ikut masuk dalam dunia mimpi. Malam ini biarlah kedua insan itu seperti ini. Karena besok, mungkin mereka hanya akan menjadi orang asing....
*****
Sinar matahari masuk kedalam kamar seorang pemuda yang saat ini tertidur lelap dengan seorang gadis.
Keduanya tertidur pulas dengan saling memeluk. Seperti pasangan kekasih.
Intan yang merasa terusik pun perlahan membuka matanya, menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina matanya. Intan memegang kepalanya yang sakit. Apa yang terjadi?
Dia ingat jika ia berada di pesta tadi malam. Lalu memakan sepotong kue, dan meminum segelas air berwarna merah. Setelah itu ia tidak mengingat apapun lagi.
Intan hendak bangkit namun perutnya seperti tertahan sesuatu. Intan melihat kearah perutnya dan membulatkan mata!!!!
Lengan siapa yang ada di atas perutnya? Intan beralih menatap sang pemilik lengan, sontak matanya kembali membulat. Bahkan mulutnya juga ikut terbuka lebar.
Dirganta sedang memeluknya di atas kasur?? Apa ia masih bermimpi?? Intan mencubit pipinya, rasanya sakit. Berarti ia tidak sedang bermimpi.
Tapi kenapa ia bisa berada di apartment Dirganta?? Bahkan berada di atas ranjang yang sama? Apa dia mabuk semalam? Hah masa bodo dengan itu. Nanti ia akan bertanya langsung pada Dirganta.
Namun bagaimana jika dia malah berbuat onar atau hal memalukan lainnya? Intan memukul kepalanya pelan, kenapa dia tidak mengingat apapun. Intan hanya berdoa semoga tidak tidak melakukan kesalahan tadi malam.
Intan menyingkirkan lengan pemuda yang memeluknya lalu mengecek apakah gaunnya masih lengkap. Ia bersyukur karena tidak melakukan hal yang akan ia sesali kemudian hari. Bisa gawat jika dia menyerahkan hal yang paling berharga dari dirinya.
Intan ingin mandi. Badannya terasa lengket. Pun Intan bangkit, berjalan kearah kamar mandi untuk membersihkan diri.
Setelah selesai, Dia pergi menuju walk in closet, mencari kemeja Dirganta yang akan ia gunakan untuk pakaian sementara. Lihatlah, Intan bahkan merasa seperti dia yang memiliki walk in closet itu.
Intan melihat dirinya di cermin, kemeja kebesaran yang menutup sampai paha dan rambut yang digulung dengan handuk karena basah.
Intan melihat Dirganta yang masih tertidur. Tak tega jika harus membangunkan Dirganta. Dirganta sepertinya masih lelah. Intan lalu memilih untuk turun kebawah menyiapkan sarapan untuk mereka berdua.
Tanpa Intan sadari Dirganta dari tadi memperhatikan dirinya yang sedang memasak. Ketika terbangun, Dirganta panik karena tak melihat gadis itu di dekatnya.
Dirganta lalu turun kebawah dan menemukan Intan yang terlihat sedang memasak sesuatu. Dirganta terkekeh pelan. Intan terlihat menggemaskan dengan kemeja kebesarannya. Intan bahkan terlihat bersenandung kecil.
Dirganta pergi dari tempatnya berdiri sebelum Intan menyadari kedatangannya. Dirganta kembali naik keatas untuk membersihkan diri.
Setelah siap dengan kaos dan juga celana pendeknya, Dirganta melangkah menuju ruang makan. Di atas meja itu sudah terdapat banyak makanan. Intan ternyata pandai memasak.
Intan yang melihat Dirganta datang pun tersenyum.
"Kau sudah bangun? Sekarang ayo kita makan. Aku udah laper banget."
Intan mengambil nasi dan lauk pauk untuk Dirganta. Kemudian mendudukkan dirinya dan juga mengambil makanan untuk sarapannya.
"Dok saya mau nanya. Kok bisa saya ada di apartment nya dokter? Bukannya saya semalem sama dokter Gina ya? Saya gak inget kalo dokter Dirganta ada di deket saya semalem." Intan menatap Dirganta yang bahkan tidak menatapnya.
Dirganta tidak tau harus berkata apa. Tidak mungkin ia mengatakan jika dirinya mengantar gadis ini, namun malah menciumnya di mobil. Bisa-bisa ia dikatakan cabul nanti karena mencium seseorang ketika orang itu mabuk.
"Semalem kamu mabuk. Jadi saya bawa kamu kesini. Gak mungkin kalo saya anterin kamu pulang dalam keadaan mabuk. Gimana tanggapan kedua orang tua kamu nanti." Dirganta bahkan tidak berani menatap mata Intan. Ia takut gugup dan mengatakan hal yang sebenarnya.
"Oo gitu ya dok. Makasih ya dok, karena udah mau anterin saya." Intan tersenyum.
"Oh ya dok. Kalo gini kita keliatan kayak suami istri yang lagi sarapan pagi."
Sontak mendengar itu Dirganta tersedak. Intan panik segera memberi air minum pada Dirganta. Dirganta mengambil dan meminum habis air putih itu.
Jika dipikirkan memang benar. Mereka terlihat seperti pasangan suami istri. Dirganta tak lagi berbicara ia hanya diam menyantap makanannya.
Intan yang melihat Dirganta memakan masakannya dengan lahap tersenyum lebar. Tidak sia-sia ia pandai memasak. Sepertinya memng benar jika Tuhan selalu berpihak padanya. Intan menyukai kedekatannya dengan Dirganta.
Tiba-tiba terdengar suara bel yang memecahkan keheningan diantara keduanya.
Intan berdiri dan segera membuka pintu. Namun saat ingin bertanya siapa matanya membulat. Astaga apa yang harus ia katakan??
Dirganta yang melihat Intan tak kunjung datang pun menghampiri. Dia bahkan meninggalkan makanannya yang belum habis itu. Setelah tau siapa yang datang Dirganta membulatkan matanya.
Untuk apa kedua orangtuanya datang ke apartment nya?? Dan juga kenapa harus hari ini? Apa tidak ada hari lain? Bagaimana dia menjelaskan semua ini? Ia pasti akan diinterogasi habis-habisan...
Seseorang tolong Dirganta. Situasi macam apa yang menimpanya..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments