...🍁🍁🍁🍁...
Keesokan harinya Intan benar-benar bangun pagi. Ia memasak makanan dengan penuh cinta.
"Hmm hmm udah mateng ni pasti enak. Dirganta pasti suka masakan aku." Intan menaruh makanan yang telah ia masak dikotak makan berbentuk love.
Intan tak main-main dengan mengatakan jika ia akan selalu berusaha mendekati Dirganta.
Setelah semua sudah siap. Intan pun bergegas menuju kamarnya, membersihkan diri.
Intan kini telah siap dengan pakaian dokternya. Ia bahkan sedikit berdandan kini. Ia harus terlihat cantik ketika bertemu dengan Dirganta nanti. Intan memandang dirinya dicermin.
"Cantik banget si yang ada dicermin. Ini ma kalo Dirganta lihat pasti dijamin jatuh cinta." Intan terkekeh pelan. "Saatnya berangkat." Intan menuruni tangga. Mengunci rumah, lalu berjalan menuju mobilnya yang telah terparkir didepan rumah itu.
Orang tua nya sedang pergi keluar kota. Itulah sebabnya kunci rumah ia yang memegang.
Intan melajukan mobilnya dengan pelan. Intan menyalakan radio mencari lagu yang cocok untuk memulai harinya. Ia bernyanyi sepanjang jalan. Hari ini suasana hatinya sedang sangat baik.
Intan sampai di rumah sakit dan langsung pergi menuju ruangan Dirganta. Ia harus meletakkan kotak makan yang ia bawa sebelum Dirganta datang.
Jika Dirganta tau ia yang meletakkannya, dipastikan Dirganta akan langsung menolak makanan yang ia bawa. Bahkan yang paling parah Dirganta bisa saja membuang makanan yang sudah susah payah ia masak ini.
Intan lalu masuk kedalam ruangan itu. Dan benar, Dirganta belum datang. Tidak sia-sia ia bangun cepat.
"Letakkin dimana ya?" Intan melihat laci yang berapa dimeja kerja Dirganta. Intan lalu mengambil kertas note lalu menulis sesuatu. Dan menempelkannya pada kotak makan itu.
Setelah tugasnya selesai Intan pun pergi dari ruangan itu menuju ruangan dokter Gina. Hari ini dokter Gina sudah masuk, Jadi Intan akan kembali pada kenyataan.
*****
Dirganta sampai di ruangannya setelah melalui banyak hal sial. Dimulai dari ia bangun telat karena tidak bisa tidur semalam akibat salah telepon. Dan ketika ingin berangkat mobilnya malah mogok. Saat ia naik taxi masih pertengahan jalan, taxi yang ia gunakan, ban nya malah bocor.
Hari ini ia benar-benar sial. Dirganta mendudukkan dirinya di kursinya. Dirganta mengatur nafasnya, Ia lelah. Dirganta harus mencari ojek lalu berlari dari depan rumah sakit sampai pada ruangannya agar ia tidak terlambat.
Dirganta membuka lacinya, Keningnya berkerut. Terdapat tanda tanya. Di lacinya ada sebuah kotak bertuliskan "Selamat pagi dokter Dirganta. Saya yakin dokter belum sarapan. Jadi sarapan ini dimakan ya. Dari orang yang suka sama dokter."
Dari mana orang ini tau jika ia belum sarapan. Apa semua kesialannya yang ia alami pagi ini karena orang yang sama??
Dirganta membuka kotak makan berbentuk love itu. Ia melihat isinya, aromanya benar-benar lezat. Perut Dirganta bahkan berbunyi.
"Huh. Gak tau ini dari siapa, Tapi laper banget. Makan aja deh."
Dirganta memakan makanan itu dengan lahap. Rasanya sangat enak. Ia jadi penasaran siapa yang memasak ini. Apa ia harus mengecek cctv agar tau siapa yang memasak ini??
Dirganta menggelengkan kepalanya. Ia benar-benar sudah hilang akal. Untuk apa ia harus melihat cctv. Tidak penting siapa orangnya, Yang jelas orang itu telah menyelamatkannya dari kelaparan.
*****
Intan sudah menyelesaikan semua tugas yang diberikan dokter Gina. Ia lapar sekarang. Intan pergi menuju kantin. Namun sebelum sampai ia melihat dokter Dirganta yang berjalan kearah tong sampah dengan diam-diam.
Ditangannya ada sesuatu, namun Intan tidak tau apa itu. Intan pun mempercepat langkahnya. Dan ketik sudah dekat ia dapat melihat dengan jelas apa yang dipegang dokter Dirganta, Ternyata itu adalah kotak makan yang ia berikan.
Intan dengan kesal pun mencoba menyamai langkah nya dengan Dirganta.
"Dokter mau kemana?"
Dirganta yang mendengar suara tiba-tiba pun terkejut. Ia bahkan sampai menjatuhkan kotak makan yang ia pegang. Namun secepat kilat ia mengambil dan menyembunyikan kotak makan itu dibelakang tubuhnya.
"Sa-saya mau pergi ke kantin. Kebetulan saya laper. Jadi saya mau ngisi perut dulu bentar."
Intan mengangkat alisnya. Dirganta bahkan berbohong. Jelas-jelas ia akan pergi membuang kotak makan yang ia berikan.
"Yaudah dok. Saya juga mau pergi ke kantin. Gimana kalo kita bareng aja?" Intan tanpa menunggu respon Dirganta segera menarik lengan pemuda itu menuju kantin.
Sesampainya di kantin banyak yang memperhatikan mereka. Para perawat dan lainnya bahkan terkejut melihat seorang Dirganta yang terkenal dingin, cuek, dan tak tersentuh itu berangkulan lengan dengan seorang wanita.
Dirganta yang sadar diperhatikan mencoba memberitahu Intan agar melepaskan rangkulan wanita itu ada lengannya. Namun Intan tidak menggubris.
Dirganta ingin sekali melepaskan lengan wanita itu, namun tangannya yang satu lagi sedang menyembunyikan kotak makan itu. Saat melewati tempat sampah. Dirganta pun pura-pura tersandung. Tanpa terlihat satu orang pun ia memasukkan kotak makan itu pada tempat sampah yang ada didepannya.
Dirganta berdiri dan berjalan mendahului Intan. Intan yang melihat itu pun membulatkan matanya. Kemana kotak makan itu?? Dimana Dirganta meletakkannya. Jelas-jelas ia melihat tadi kalau kotak makan itu masih berada ditangan Dirganta.
Dirganta mengambil makanan yang ia pesan lalu mengambil tempat pada meja yang terletak disudut kantin tempat biasa ia makan siang.
Tak lama Intan pun menyusul dengan raut wajah masam. Dirganta yang melihat Intan duduk didepannya pun mengerutkan keningnya.
"Kenapa kamu disini? Masih bnyak meja kosong. Pergi dari hadapan saya." Dirganta lagi-lagi mengusir Intan secara terang-terangan.
"Saya juga biasanya makan siang disini dok. Kalo dokter mau, dokter aja yang pergi. Saya bakalan tetep makan disini."
Dirganta tak punya pilihan lain. Ia tau jika Intan adalah wanita keras kepala. Tidak akan semudah itu mengalah.
Dirganta tak lagi berkomentar. Ia membiarkan Intan duduk didepannya. Mereka memakan makan siang itu dengan tenang. Tidak ada pembicaraan.
Banyak yang memperhatikan mereka, namun mereka tidak peduli. Dirganta terkesan cuek sedangkan Intan sesekali tersenyum. Biarlah banyak yang memperhatikan mereka. Ia harus membuat rumor jika ia dan Dirganta memiliki hubungan. Dengan itu tidak akan ada lagi yang mau mengganggu Dirganta.
Tanpa kedua yang asyik dengan dunianya itu sadari seseorang mengepalkan tangannya. Ia sudah melihat keduanya sejak tiba di kantin itu.
Ia sudah lama menyukai Dirganta tapi Dirganta bahkan tak pernah mengubrisnya ataupun menanggapinya. Dirganta bahkan tidak pernah mau dekat dengannya, Tapi lihatlah wanita itu. Mereka bahkan satu meja.
Ia tidak peduli apa statusnya dengan wanita didepan Dirganta. Ia akan membuat Dirganta membalas perasaannya meskipun harus membuat Intan celaka.
Wanita itu tersenyum sinis. Ia lalu melangkahkan kakinya meninggalkan kantin itu...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments